Jayapura (ANTARA News Papua) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua mencatat inflasi tahunan Kota Jayapura pada 2018 mencapai 6,70 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 131,75 menjadi 140,58 persen pada Desember 2018.

"Secara umum, selama kurun 12 bulan, Kota Jayapura mengalami sembilan kali inflasi dan tiga kali deflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada Maret 2018 yang mencapai 2,10 persen," ujar Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Papua Bambang Wahyu Ponco Aji di Jayapura, Rabu.

Ia menjelaskan andil masing-masing kelompok terhadap inflasi Kota Jayapura yaitu kelompok bahan makanan 2,89 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,55 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,71 persen.

Lalu kelompok sandang 0,04 persen, kelompok kesehatan 0,13 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,04 persen, dan kelompok transportasi komunikasi dan jasa keuangan 2,19 persen.

Bambang menyebutkan pada periode tersebut tarif angkutan udara menjadi pendorong utama terjadinya inflasi di Kota Jayapura, yaitu sebesar 1,64 persen.

"Komoditas lain yang menjadi pendorong terjadinya inflasi di Jayapura antara lain ikan ekor kuning 1,15 persen, ikan cakalang 0,75 persen, tarif tukang bukan mandor 0,39 persen, tarif daging ayam ras 0,33 persen, cabai rawit 0,24 persen, akademi/perguruan tinggi 0,18 persen dan lain-lain," katanya.

Selain itu terdapat beberapa faktor penahan laju inflasi tahunan Kota Jayapura yang disebabkan oleh penurunan harga secara signifikan selama 2018, diantaranya kangkungr turun 0,20 persen, sawi hijau 0,07 persen, bawang merah 0,05 persen, mobil 0,05 persen, apel 0,04 persen, kentang 0,04 persen dan lainnya.

Ia menyebutkan inflasi tahunan kota Jayapura pada 2018 adalah yang tertinggi di Indonesia sementara yang terendah adalah di Kota Meulaboh (Aceh) sebesar 0,96 persen.

Pewarta : Dhias Suwandi
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024