Di sela-sela kunjungan itu, Menteri Yohana mengaku ingin melihat langsung dan memastikan proses pemulihan trauma pascabencana pada perempuan dan anak sudah berjalan dengan semestinya.
Sebagai langkah cepat tanggap, Menteri Yohana telah menginstruksikan deputi terkait untuk terlebih dahulu melihat langsung kondisi perempuan dan anak pasca bencana banjir di Sentani.
Sejumlah bantuan spesifik anak telah diberikan di antaranya, susu, makanan, perlengkapan bayi, pakaian anak, mainan anak, dan perlengkapan mandi.
Selain itu diberikan juga kebutuhan spesifik perempuan seperti, pakaian daster, susu ibu hamil dan lansia, selimut, keperluan spesifik perempuan dan lanjut usia (lansia) dan makanan.
"Memberikan bantuan pokok memang penting, namun memastikan agar perempuan dan anak tetap dapat hidup layak dan tidak mengalami trauma pasca bencana juga tidak kalah penting," kata Yohana.
Menurut Menteri Yohana, rehabilitasi psikologis dan pemulihan trauma pasca bencana dapat dilakukan dengan mengajak anak untuk bermain, bernyanyi, bercerita, dan berdoa bersama sebab anak harus tetap merasakan senang, aman, dan nyaman walaupun dalam kondisi pasca bencana.
Menteri Yohana menambahkan, kondisi Indonesia yang berada pada lingkaran rawan bencana membuat kita harus selalu waspada dan siap menghadapi bencana, khususnya perempuan dan anak yang rentan mengalami kejahatan saat situasi darurat dan kondisi khusus.
"Selain itu, untuk mencegah terjadi bencana seperti ini lagi saya kira kedepannya perlu ada gerakan untuk pelestarian lingkungan, seperti gerakan 1000 perempuan dan anak menanam pohon bersama," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Kemen PPPA, Vennetia R Dannes mengatakan kehadirannya untuk memastikan kondisi perempuan dan anak pada proses rehabilitasi, serta tak lupa juga untuk memastikan bahwa kebutuhan khusus perempuan dan anak sudah terpenuhi dengan baik.
"Proses pemulihan trauma pascabencana menjadi penting, mengingat mereka harus kembali melanjutkan kehidupannya setelah bencana ini. Oleh karena itu, kami membawa psikolog khusus perempuan dan anak agar dapat memberikan pemulihan dan pemahaman tentang bagaimana agar dapat bangkit dari bencana," tambah Vennetia.
Berdasarkan data dari BNPB hingga akhir 2019, masih ada 5.347 jiwa yang tersebar di 21 titik posko pengungsian. Mayoritas korban yang masih ada di pengungsian merupakan korban dari meluapnya Danau Sentani.
Sedangkan di posko pengungsian Gedung Olahraga Toware, jumlah pengungsi yang masih bertahan sebanyak 532 jiwa, mayoritas mereka berasal dari Distrik Sentani. Adapun jumlah pengungsi perempuan sebanyak 130 jiwa, laki-laki sebanyak 146 dan pengungsi anak sebanyak 226 jiwa.
Menteri PPPA berupaya pulihkan trauma perempuan dan anak korban banjir Sentani
Suasana Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Yembise mengunjungi korban bencana banjir bandang Sentani, tepatnya di posko pengungsian Gedung Olahraga Toware, Kabupaten Jayapura, Papua, Minggu (31/3/2019). (ANTARA News Papua/Musa Abubar)
Jayapura (ANTARA) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Yembise mengunjungi para korban bencana banjir bandang Sentani, di posko pengungsian Gedung Olahraga Toware, Kabupaten Jayapura, Papua, Minggu, sebagai bagan dari upaya pemulihan trauma kaum perempuan dan anak-anak yang terdampak bencana alam.