Jakarta (ANTARA) - Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin mengimbau seluruh elite politik dan para simpatisannya memanfaatkan bulan Ramadhan untuk instrospeksi diri daripada mengajak berdemonstrasi.
"Setelah pemilu masuk Ramadhan. Hari ini mari kita instrospeksi diri. DNA kami tidak mungkin memulai sesuatu yang besar dengan kecurangan. Sekarang Allah telah bukakan satu persatu soal siapa yang curang. Tapi kami memilih untuk tidak saling menyalahkan," ujar Ketua TKN Jokowi-Amin Erick Thohir, di War Room TKN, di Gedung HighEnd, Jakarta, Rabu (8/5), demikian dalam keterangan pers yang diterima Kamis.
TKN mempertanyakan segelintir elite politik kubu 02 yang terus menerus memperkeruh suasana dengan segala upaya sistematis untuk mendiskreditkan pelaksanaan pemilu, khususnya pilpres.
Pola "psywar" yang digunakan berawal dari tudingan permasalahan form C1 sampai ke masalah penghitungan suara KPU.
Setelah terekspose ke publik bahwa mereka tidak punya C1 dan klaim kemenangan berdasarkan data yang sumir, mereka beralih ke masalah kecurangan pemilu. Tujuannya jelas untuk membangun ketidakpercayaan publik terhadap hasil pemilu.
"Mereka setiap ditanya data bilangnya rahasia. Terbalik dengan TKN yang sangat transparan. Terus ada isu aksi lagi tanggal 9 Mei. Ini pola-pola yang tidak baik dan hanya bikin masyarakat cemas saja," kata Jubir TKN Arya Sinulingga.
TKN berpandangan, upaya delegitimasi pemilu oleh pihak 02 telah berada di luar jalur demokrasi.
"Mereka mempolitisasi meninggalnya petugas KPPS, dengan memunculkan sosok dokter yang katanya profesional tapi ternyata simpatisan 02. Kembalilah ke jalan demokrasi yang benar," ujar Arya Sinulingga.
"Setelah pemilu masuk Ramadhan. Hari ini mari kita instrospeksi diri. DNA kami tidak mungkin memulai sesuatu yang besar dengan kecurangan. Sekarang Allah telah bukakan satu persatu soal siapa yang curang. Tapi kami memilih untuk tidak saling menyalahkan," ujar Ketua TKN Jokowi-Amin Erick Thohir, di War Room TKN, di Gedung HighEnd, Jakarta, Rabu (8/5), demikian dalam keterangan pers yang diterima Kamis.
TKN mempertanyakan segelintir elite politik kubu 02 yang terus menerus memperkeruh suasana dengan segala upaya sistematis untuk mendiskreditkan pelaksanaan pemilu, khususnya pilpres.
Pola "psywar" yang digunakan berawal dari tudingan permasalahan form C1 sampai ke masalah penghitungan suara KPU.
Setelah terekspose ke publik bahwa mereka tidak punya C1 dan klaim kemenangan berdasarkan data yang sumir, mereka beralih ke masalah kecurangan pemilu. Tujuannya jelas untuk membangun ketidakpercayaan publik terhadap hasil pemilu.
"Mereka setiap ditanya data bilangnya rahasia. Terbalik dengan TKN yang sangat transparan. Terus ada isu aksi lagi tanggal 9 Mei. Ini pola-pola yang tidak baik dan hanya bikin masyarakat cemas saja," kata Jubir TKN Arya Sinulingga.
TKN berpandangan, upaya delegitimasi pemilu oleh pihak 02 telah berada di luar jalur demokrasi.
"Mereka mempolitisasi meninggalnya petugas KPPS, dengan memunculkan sosok dokter yang katanya profesional tapi ternyata simpatisan 02. Kembalilah ke jalan demokrasi yang benar," ujar Arya Sinulingga.