Trenggalek, Jatim (ANTARA) - Sebanyak 33 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 55 orang pengungsi korban kerusuhan Wamena, Papua yang pulang kampung di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, mendapat perlakuan khusus dari pemerintah daerah asalnya.

Bertempat di pendopo Manggala Praja Nugraha, Trenggalek, Sabtu, para perantau sebagian besar masih trauma akan tragedi kerusuhan di Wamena itu diberikan sejumlah bantuan keuangan, sembako serta komitmen kemudahan layanan selama di Trenggalek.

"Demi membantu saudara-saudara kita yang menjadi korban kerusuhan Wamena ini, Pemkab trenggalek telah menyiapkan bantuan berupa layanan 'trauma healing', hingga fasilitasi layanan administrasi kependudukan, pemeriksaan kesehatan dan pendidikan bagi pengungsi usia sekolah," kata Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin saat membuka audiensi dengan para pengungsi Wamena.

Dalam kesempatan itu, Bupati Nur Arifin didampingi jajaran Forkopimda Trenggalek juga menyerahkan bantuan berupa uang pengganti biaya transportasi kepulangan para pengungsi Wamena itu ke Trenggalek, yakni sebesar Rp2,5 juta per orang untuk pengungsi yang menggunakan pesawat udara dan Rp1 juta per orang untuk yang menggunakan moda transportasi kapal laut.

Selain uang pengganti transportasi, Bupati Trenggalek juga menyerahkan bantuan lainnya berupa sembako, alat kelengkapan sekolah serta kain.

Dalam pernyataannya, Nur Arifin berharap konflik sosial serupa segera berakhir dan tidak terjadi lagi di tanah air.

"Jangan ada lagi diskriminasi sosial, ras, suku dan agama, mari kita jaga keutuhan NKRI," kata Nur Arifin atau Gus Ipin dalam kegiatan audiensi tersebut. Bupati Trenggalek Moch Nur Arifin (tengah) menyalami pengungsi korban kerusuhan Wamena, Papua asal daerah itu di Pendopo Kabupaten Trenggalek, Sabtu (26/10/2019) (IST/foto Humas Trenggalek)

Senada dengan itu Kapolres Trenggalek, AKBP Jean Calvijn Simanjuntak juga berpesan kepada para pengungsi untuk segera melupakan kejadian yang terjadi sebelumnya.

"Mari kita berdoa dan berharap hari depan lebih baik dari hari yang kemarin," ujarnya.

Jean Calvijn juga menyinggung mengenai pentingnya memberikan trauma healing kepada para korban konflik Wamena ini.

"Meskipun wajah anak-anak ini ceria, namun pasti ada rasa trauma yang membekas, sehingga perlu dilakukan pendampingan trauma healing. Dengan begitu psikologis mereka dapat terpulihkan," katanya.

Sementara itu, Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekda Trenggalek Sugeng Widodo menjelaskan, sesuai data yang dihimpun Dinas Sosial PPPA, jumlah warga terdampak konflik sosial Wamena asal Trenggalek tercatat sebanyak 33 kepala keluarga dengan total keseluruhan anggota keluarga sebanyak 55 orang.

Ditambahkan olehnya Pemerintah Kabupaten Trenggalek telah berupaya keras untuk memfasilitasi kepulangan para pengungsi Wamena ini dengan melakukan penjemputan ke bandara dan pelabuhan untuk selanjutnya dihantarkan sampai ke keluarga yang dituju.

Tidak berhenti di sini saja, pemeriksaan kesehatan dan pendampingan trauma healing juga dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Trenggalek untuk para pengungsi.

Sebelumnya, Bupati Trenggalek juga telah memberangkatkan Sekda Trenggalek, Joko Irianto dan ketua TP PKK Kabupaten Trenggalek ke Papua untuk melihat langsung warga Trenggalek yang ada disana, sekaligus membantu dan memfasilitasi kepulangan mereka.

Pewarta : Destyan H. Sujarwoko
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024