Timika (ANTARA) - Usaha Dagang Putri Desi di Kabupaten Mimika, Papua, melakukan ekspor perdana komoditas kepiting bakau ke Singapura melalui Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng Jakarta, Kamis.
Pimpinan UD Putri Desi, Hartati mengatakan ekspor perdana kepiting bakau Timika ke Singapura seberat 120 kilogram itu melalui Bandara Mozes Kilangin Timika.
Kepiting bakau yang sudah dikemas dalam dus kemudian diangkut dengan kargo pesawat Garuda Indonesia ke Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng Jakarta dan selanjutnya pada Kamis malam akan diangkut kembali dengan pesawat menuju Singapura.
"Pengiriman kepiting bakau asal Timika sampai di Singapura hanya memakan waktu satu hari sehingga kualitasnya masih terjaga," kata Hartati.
UD Putri Desi sebelumnya sudah pernah mengekspor kepiting bakau Timika atau yang dalam bahasa lokal disebut "Karaka" sejak 2016 hingga 2018.
Namun kegiatan itu terhenti pada Agustus 2018 lantaran UD Putri Desi harus membenahi instalasi penampungan, pencucian dan limbah sesuai standar yang ditetapkan oleh pihak karantina perikanan agar mendapatkan sertifikat Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB).
Selain mengekspor kepiting bakau dari Timika, UD Putri Desi juga melakukan kegiatan serupa dari pelabuhan ekspor Ambon.
Komoditas kepiting bakau yang bisa diekspor yaitu dengan bobot lebih dari 500 gram per ekor. "Pemesan kami dari Singapura hanya meminta kepiting dengan bobot 500 gram ke atas sampai ukuran 1.000 gram. Mereka tidak mau yang ukuran kecil," jelas Hartati.
Menrut dia, kepiting bakau Timika dihargai sekitar 24 dolar Singapura atau sekitar Rp240.000 per kilogram.
Adapun harga kepiting bakau yang dibeli dari nelayan lokal di Timika bervariasi sesuai ukuran mulai Rp65.000 untuk ukuran 500 gram, Rp90.000 untuk ukuran 900 gram dan Rp150.000 untuk ukuran lebih dari 1.000 gram.
"Kami membina banyak nelayan lokal tersebar mulai dari Kampung Keakwa hingga ke Mimika Barat Jauh. Kami bekerja sama dengan Koperasi Perikanan Embiti membina sekitar 150 orang nelayan lokal yang tergabung pada 15 kelompok," jelas Hartati.
UD Putri Desi berharap kegiatan ekspor kepiting bakau Timika bisa berkelanjutan. Kini UD Putri Desi membidik negara Tiongkok untuk pemasaran kepiting bakau Timika lantaran pangsa pasarnya besar dan harga yang lebih menjanjikan.
"Sekarang kami masih terus membenahi instalasi supaya komoditas yang kami ekspor benar-benar mutunya berkualitas. Sekarang kami masih menunggu penerbitan sertifikat CKIB dan sertifikat instalasi yang dikeluarkan oleh pihak karantina perikanan. Kalau dua sertifikat itu sudah terbit dan masuk kelas B maka kami akan lakukan ekspor tiap hari kepiting bakau dari Timika," jelas Hartati.
Pimpinan UD Putri Desi, Hartati mengatakan ekspor perdana kepiting bakau Timika ke Singapura seberat 120 kilogram itu melalui Bandara Mozes Kilangin Timika.
Kepiting bakau yang sudah dikemas dalam dus kemudian diangkut dengan kargo pesawat Garuda Indonesia ke Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng Jakarta dan selanjutnya pada Kamis malam akan diangkut kembali dengan pesawat menuju Singapura.
"Pengiriman kepiting bakau asal Timika sampai di Singapura hanya memakan waktu satu hari sehingga kualitasnya masih terjaga," kata Hartati.
UD Putri Desi sebelumnya sudah pernah mengekspor kepiting bakau Timika atau yang dalam bahasa lokal disebut "Karaka" sejak 2016 hingga 2018.
Namun kegiatan itu terhenti pada Agustus 2018 lantaran UD Putri Desi harus membenahi instalasi penampungan, pencucian dan limbah sesuai standar yang ditetapkan oleh pihak karantina perikanan agar mendapatkan sertifikat Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB).
Selain mengekspor kepiting bakau dari Timika, UD Putri Desi juga melakukan kegiatan serupa dari pelabuhan ekspor Ambon.
Komoditas kepiting bakau yang bisa diekspor yaitu dengan bobot lebih dari 500 gram per ekor. "Pemesan kami dari Singapura hanya meminta kepiting dengan bobot 500 gram ke atas sampai ukuran 1.000 gram. Mereka tidak mau yang ukuran kecil," jelas Hartati.
Menrut dia, kepiting bakau Timika dihargai sekitar 24 dolar Singapura atau sekitar Rp240.000 per kilogram.
Adapun harga kepiting bakau yang dibeli dari nelayan lokal di Timika bervariasi sesuai ukuran mulai Rp65.000 untuk ukuran 500 gram, Rp90.000 untuk ukuran 900 gram dan Rp150.000 untuk ukuran lebih dari 1.000 gram.
"Kami membina banyak nelayan lokal tersebar mulai dari Kampung Keakwa hingga ke Mimika Barat Jauh. Kami bekerja sama dengan Koperasi Perikanan Embiti membina sekitar 150 orang nelayan lokal yang tergabung pada 15 kelompok," jelas Hartati.
UD Putri Desi berharap kegiatan ekspor kepiting bakau Timika bisa berkelanjutan. Kini UD Putri Desi membidik negara Tiongkok untuk pemasaran kepiting bakau Timika lantaran pangsa pasarnya besar dan harga yang lebih menjanjikan.
"Sekarang kami masih terus membenahi instalasi supaya komoditas yang kami ekspor benar-benar mutunya berkualitas. Sekarang kami masih menunggu penerbitan sertifikat CKIB dan sertifikat instalasi yang dikeluarkan oleh pihak karantina perikanan. Kalau dua sertifikat itu sudah terbit dan masuk kelas B maka kami akan lakukan ekspor tiap hari kepiting bakau dari Timika," jelas Hartati.