Jayapura (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua menyatakan Nilai Tukar Petani (NTP) di wilayah setempat turun 0,53 persen dengan indeks sebesar 92,64 pada Desember 2019.

Kepala BPS Provinsi Papua Simon Sapari di Jayapura, Kamis, mengatakan hal tersebut terjadi karena penurunan indeks harga yang dibayar
petani lebih besar dari indeks harga yang diterima petani.

"Sedangkan jika dibandingkan dengan nilai tukar petani nasional pada Desember 2019 ternyata sebesar 104,46 atau mengalami peningkatan 0,35 persen," katanya.

Menurut Simon, dari 33 provinsi yang dilakukan penghitungan NTP pada November 2019 menunjukkan bahwa 25 provinsi mengalami
peningkatan sementara delapan lainnya mengalami penurunan, di mana Riau tercatat naik tertinggi yaitu 2,65 persen dan Papua Barat tercatat menurun terbesar yaitu sebesar minus 1,08 persen.

"Sedangkan untuk inflasi pedesaan Papua pada Desember 2019 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,71 persen," ujarnya.

Dia menjelaskan dari 33 provinsi tercatat 19 provinsi mengalami inflasi pedesaan dan 14 sisanya mengalami deflasi di mana Jawa Timur menjadi yang tertinggi yaitu sebesar 1,06
persen lalu deflasi perdesaan terbesar terjadi di Gorontalo yaitu turun sebesar minus 3,30 persen.

"Lalu untuk Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Papua pada Desember 2019 adalah 115,27 atau naik sebesar 0,05 persen," katanya lagi.

Dia menambahkan selain itu, NTP Papua pada Desember 2019 jika dibagi berdasarkan subsektor maka terdiri dari tanaman pangan sebesar 85,57, holtikultura 82,05, tanaman perkebunan rakyat 97,97, peternakan 109,93 dan perikanan 103,83 di mana pada subsektor ini dirinci menjadi tangkap 111,84 dan budidaya 81,85.

Pewarta : Hendrina Dian Kandipi
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024