Timika (ANTARA) - Program subsidi angkutan perhubungan laut untuk sembilan jenis bahan kebutuhan pokok atau yang dikenal dengan istilah tol laut dari Surabaya ke kawasan timur Indonesia dinilai kurang diminati oleh para pengusaha di wilayah Timika, Papua.

Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Mimika Inocentius Yoga Pribadi di Timika, Minggu, mengatakan sejauh ini hanya ada sekitar tiga pengusaha dan perusahaan yang rutin memasok barang ke Timika memanfaatkan program tol laut yang menggunakan armada kapal PT Temas.

Ketiga pengusaha itu yakni UD Senja Indah, UD Dua Jaya dan seorang pengusaha lokal yang mengelola UD Amko.

"Kebanyakan barang yang mereka datangkan menggunakan tol laut yaitu air mineral, daging ayam, ada juga pupuk dan pakan ternak. Sementara barang-barang lain lebih banyak disuplai oleh kapal niaga karena pelayarannya lebih rutin dan tidak memakan waktu sampai satu bulan baru tiba di Timika," kata Yoga.


Menurut dia, semenjak pengelolaan tol laut ke wilayah Timika tidak lagi ditangani langsung oleh PT Pelni melalui Pelni Logistic namun diserahkan kepada pihak swasta (melalui proses tender dimenangkan oleh PT Temas), animo pengusaha Timika untuk memanfaatkan jasa tol laut semakin menurun drastis.

"Kalau tidak salah dulu waktu PT Pelni masih tangani program tol laut dari Surabaya ke Pelabuhan Pomako Timika, tiap bulan jatah Timika itu bisa mencapai 70-80 TEUs (konteiner) dan hampir terisi seluruhnya oleh pengusaha-pengusaha dari Timika. Tapi sekarang alokasi untuk Timika berapa, itu yang tidak pernah kami dapatkan laporannya. Apakah alokasi tol laut untuk Mimika itu termasuk untuk kabupaten tetangga seperti Asmat, Yahukimo, kami tidak tahu," jelas Yoga.

Sehubungan dengan kondisi itu, Disperindag Mimika berharap agar program tol laut khusus ke Pelabuhan Pomako Timika bisa dievaluasi kembali agar program su
bsidi angkutan perhubungan laut itu benar-benar membantu para pengusaha pemasok bahan kebutuhan di Timika dan sekitarnya.

Selain itu, katanya, dengan adanya subsidi angkutan perhubungan laut maka harga barang kebutuhan pokok masyarakat di Timika dan sekitarnya bisa ditekan.

"Dulu waktu masih dikelola oleh PT Pelni, harga daging ayam beku di pasaran Timika bisa turun sampai Rp27.000 per kilogram, tapi sekarang harganya sudah lebih dari Rp40 ribu per kilogram. Apakah kenaikan harga ini ada efek dari pengelolaan tol laut yang tidak jelas lagi, itu semua perlu evaluasi total," harap Yoga.

Ia mengatakan harga pengiriman barang per kontainer dari Surabaya ke Timika sekitar Rp15 juta hingga Rp20 juta. Dengan adanya program tol laut, harga per kontainer turun drastis hingga Rp7.500.000 hingga Rp9.000.000.

"Kalau tidak salah, kalau menggunakan kapal niaga harga sewa kontainer itu bisa sampai Rp15 juta lebih, sementara kalau menggunakan tol laut harganya turun setengahnya lantaran mendapatkan subsidi dari pemerintah. Pertanyaannya, kalau tol laut tidak dimanfaatkan oleh pengusaha, lantas subsidi itu dikemanakan, siapa yang memanfaatkannya?" tanya Yoga.

 

Pewarta : Evarianus Supar
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024