Wamena (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua tidak pernah melakukan pengadaan babi jenis landrace atau babi putih untuk diberikan sebagai bantuan kepada peternak karena babi jenis itu berbeda dengan yang biasa digunakan warga pada acara budaya masyarakat setempat.

Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Jayawijaya Hendri Tetelepta di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Minggu, mengatakan babi landrace atau babi putih bertelinga terkulai berat, dengan ukuran tubuh panjang dan besar, jarang digunakan pada ritual adat setempat.

"Babi jenis itu kalau untuk acara adat tidak dipakai. Yang dipakai itu babi kampung atau babi lokal. Sejak saya masuk ke sini (menjabat kepala dinas) kita tidak pernah melakukan pengadaan babi telinga lebar," katanya.

Selama ini Distan Jayawijaya hanya melakukan pengadaan babi lokal untuk diberikan sebagai bantuan kepada masyarakat atau pembudidaya.

"Bibit kita usahakan dari lokal sini. Kalau tidak bisa, tempat yang paling dekat biasa kita ambil di Keerom. Tetapi sedapat mungkin kita upayakan dapat dari Jayawijaya," katanya.

Karena memiliki nilai budaya, babi lokal di Jayawijaya yang berusia tiga bulan biasanya dibeli dengan harga Rp5 juta per ekor. Pada tahun 2020, Distan Jayawijaya akan melakukan pengadaan 160 babi lokal untuk disalurkan kepada peternak.

"Ke depan, penerima benih bibit babi harus selektif, punya kandang, pakan tersedia karena kita tidak berharap setelah dibagi lalu besoknya babi mati karena kekurangan pakan atau karena tidak dikandangkan," katanya.

Pengadaan babi merupakan upaya Distan Jayawijaya untuk mendukung visi dan misil bupati bersama wakil bupati, yaitu menghasilkan komoditas daerah berdaya saing. "Maksudnya babi lokal harus bisa bersaing dengan yang didatangkan dari luar," katanya.
 

Pewarta : Marius Frisson Yewun
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024