Jayapura (ANTARA) - Keberadaan Perhimpunan Peduli Kopi Papua (P2KP) yang baru dibentuk  anak-anak muda di Jayapura tidak hanya sekedar kumpulan penikmat kopi yang beranggotakan kaum milenial dari berbagai profesi tetapi melalui aktivitas organisasi kemasyarakatan ikut berperan nyata dalam mencegah terjadi konflik sosial di Papua.

"Penyelesaian konflik di Papua juga adalah tanggungjawab pemuda, maka kami mencoba jalan-jalan baru menawarkan penyelesaian konflik dengan menggunakan kopi sebagai alat resolusi konflik Papua," kata inisiator perhimpunan peduli kopi Papua  Habelino Sawaki di Jayapura, Papua.

Habelino mengakui, kesepakatan kaum muda  Papua untuk berhimpun di dalam sebuah organisasi Perhimpunan Peduli Kopi Papua sebagai bentuk kepedulian nyata dalam mendukung penyelesaian konflik sosial melalui kopi.

Kejadian konflik di Papua merupakan masalah sosial yang sangat kompleks dan berkepanjangan dari sejarah masa lalu karena adanya berbagai ketidakadilan serta marginalisasi yang dirasakan oleh orang asli Papua sehingga muncul berbagai konflik sosial.

Berbagai upaya dan berbagai pendekatan telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi konflik di Papua, lanjutnya, namun eskalasi konflik  tidak kunjung mereda bahkan cenderung meningkat.

"Hal ini menunjukan bahwa berbagai upaya dan pendekatan yang dilakukan belum menyentuh akar permasalahan konflik Papua. Persoalan marginalisasi orang asli Papua hampir menjadi isu utama yang kini sedang mengemuka. Globalisasi yang merasuki seluruh sendi kehidupan, menjadikan isu marginalisasi orang Papua laksana benang kusut,"katanya.

Karena itu dalam mengurangi adanya konflik, lanjut alumnus Universitas Pertahanan itu, dilakukan identifikasi akar persoalan yang mendasar untuk dicarikan solusi penanganan yang tepat, cepat dan berdampak bagi kesejahteraan warga lokal Papua.

Sebab tanpa adanya identifikasi akar persoalan,menurut Habelino, solusi yang tepat sulit diperoleh. Bahkan, bisa memunculkan masalah baru bagi lingkungan warga orang asli Papua.

Wilayah Papua yang dikenal memiliki berbagai kekayaan alam, budaya dan bahasa daerah menjadi bagian aset penting bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dua Faktor

Habelino mengakui, ada dua faktor yang menjadi penyebab orang asli Papua menjadi termarginalkan di atas tanah leluhurnya sendiri karena dipengaruhi faktor internal dan eksternal.

Untuk faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam, menurut Habelino, adalah menyangkut kesiapan sumber daya manusia dari orang Papua sendiri.

"Serta hal-hal yang sifatnya karakter harus dimiliki orang asli Papua seperti adanya ketekunan, keuletan, kejujuran, kedisiplinan dan lain-lain," katanya.

Sedangkan faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar, menurut Habelino, adalah menyangkut kebijakan affirmasi pemerintah terhadap orang asli Papua pada bidang politik, hukum, ekonomi, sosial budaya dan lain-lain kebijakan yang menyentuh kebutuhan warga asli Papua.

Melalui wadah P2KP maka tugas dan tanggung jawab kaum muda Papua, lanjut Habelino, adalah terus mendorong forum-forum diskusi-yang terbuka dan meluas untuk membahas akar persoalan marginalisasi orang asli Papua secara tuntas.

"Melalui kegiatan forum didiskusi P2KP diharapkan dapat mengawal penyelesaian konflik yang melibatkan masyarakat lokal dapat ditangani hingga tuntas," katanya.

Jika hal ini dilakukan secara terus menerus dan terpadu serta melibatkan pemangku kepentingan yang kompeten di bidangnya, menurut Habelino, diharapkan dapat memunculkan sebuah optimisme baru bagi orang asli Papua untuk dapat benar-benar menjadi “tuan di atas negerinya sendiri”.

Habelino mengakui, marginalisasi orang Papua tidak boleh dipercayakan di atas pundak individu atau kelompok yang selama ini hanya menjadikan Pembangunan Orang Papua sebagai lips service semata.

Tanggung jawab ini,menurut Habelino,memiliki dampak yang sangat berat jika tidak dikerjakan segera serta dikhawatirkan dapat menambah rumitnya persoalan.

"Karena itu, persoalan marginalisasi orang Papua harus segera ditangani dengan baik sehingga dapat mengurangi dampak negatif bagi pemerintah setempat. Apapun paradigma dan ideologi yang dianut maka untuk memuliakan orang asli Papua adalah sebuah keharusan,"katanya.

Memuliakan orang asli Papua, menurut Habelino, jangan direduksi menjadi pembangunan Papua semata.

Ia menyebut, membangun orang Papua dan membangun Papua adalah dua hal yang berbeda. Konflik Papua tidak jatuh dari langit begitu saja, tetapi lahir sebagai akibat struktur politik dan struktur ekonomi yang dirasakan tidak adil.

"Tidak ada jalan lain bagi pemerintah untuk menyelesaikan persoalan Papua kecuali dengan kesungguhan hati. Perdamaian memang penting, tetapi keadilan jauh lebih penting. Berapa lama konflik Papua dapat berlangsung sangat ditentukan oleh bagaimana seluruh pihak bersikap terhadap orang Papua,"katanya.

Berbicara soal pembentukan P2KP, menurut Habelino, Papua memiliki potensi penghasil kopi yang berkualitas tetapi belum dikelola secara serius.

Lahan dimiliki Papua  yang sangat luas, masyarakat Papua yang mayoritas petani serta kualitas kopi Papua yang baik, adalah menjadi potensi jika dikelola dengan baik dapat berperan menjadi sarana untuk menyelesaikan permasalahan marginalisasi di Papua.

"Menyelesaikan konflik Papua artinya mengatasi marginalisasi dan menguatkan orang Papua sehingga benar-benar sebagai warga negara. Di sinilah pentingnya hadirnya Negara hadir dalam melindungi dan memberikan jaminan hak masyarakat Papua," katanya.

Habelino menilai, persoalan Papua cukup pelik dan rumit karena melibatkan berbagai bidang kehidupan yang beragam dalam segala aspek sosial budaya, hukum, politik, keamanan  namun seperti kata para bijak, mengerjakan perkara besar haruslah dimulai dengan mengerjakan perkara- perkara kecil.

Karena rumitnya persoalan di Papua, menurut Habelino, maka pendekatan yang tepat sangat penting dilakukan pemerintah sehingga tidak menambah masalah persoalan di Papua.

"Sebagai anak muda kami menawarkan sebuah metode, pendekatan bahkan gerakan baru yakni dengan menggunakan kopi Papua sebagai pintu masuk penyelesaian persoalan Papua secara mikroskopik," katanya.

Ia mengharapkan, melalui Kopi kita dapat berharap ada secercah optimisme untuk menuntaskan berbagai persoalan masalah sosial di Papua. Namun mendorong pertumbuhan Papua melalui kopi dapat menjadi solusi marginalisasi jika dibarengi dengan keterlibatan orang  nama-Papua.

Sejumlah nama pemuda Papua yang berkumpul dan membentuk P2KP di antaranya Decky Djini mewakili barista, Else Yarona, Nancy Yoafifi dan Syahril mewakili pemilik kedai, Hermawati Koencariani latar belakang advokat senior yang akan menjadi kuasa hukum P2KP.

Lalu, Mukti mewakili komunitas peduli petani kopi, Anshar sebagai pemerhati kopi sekaligus akan jadi tim advokat P2KP, Ema Duwiri mewakili kelompok perempuan dan anak Papua.

Selanjutnya, Deradus Hunam mewakili event organizer yang akan menjadi tim untuk melakukan kampanye kopi melalui festival-festival, Richard Jakson Mayor mewakili kelompok jurnalis yang akan bergabung dengan tim humas P2KP, Rabiawal, Guntur dan Pilatus Netep mewakili kelompok pemuda dan Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Jayapura mewakili pemerintah.

Tak banyak yang mengetahui bahwa di Papua sendiri terdapat beberapa daerah yang cocok untuk budidaya tanaman kopi dan sudah dikembangkan sejak jaman Belanda.

Kopi Wamena misalnya, merupakan kumpulan dari kopi-kopi jenis arabika yang tersebar di daerah lembah Baliem makanya di kenal dengan nama Arabika Baliem yang bisa saja kopinya berasal dari daerah Tolikara, Lanijaya, Intan Jaya sampai ke Mamberamo tengah.

Kopi Wamena adalah jenis kopi dari Papua yang paling dikenal banyak orang didalam negeri. Kopi Wamena juga sering dijumpai di kedai-kedai kopi besar semisal Anomali Coffee. Pasaran kopi Wamena saat ini sudah menembur pasar ekspor.

Di Timika tumbuh kopi kelas dunia. Jenis kopi yang dibudidayakan disana adalah kopi Arabica. Tersebar di wilayah suku Amungme yakni di daerah Hoea, Tsinga, Utekini, dan Aroanop Kopi ini serpertinya sangat istimewa namun belum terkenal seperti kopi Arabika baliem.

Salah satu brad dari kopi Wamena adalah kopi Amungme Gold. Ada lagi satu kopi dari TImika yang harum dan enak adalah kopi Pogapa Pone. yang satu ini kemungkinan berasal dari daerah Sugapa.

Begitu juga Kopi Nabire lebih banyak tersebar di daerah Paniai dan Deiyai. jenisnya, lagi-lagi arabika. Kopi Nabire juga belum terkenal seperti kopi Wamena.  

Masih ada lagi kopi Arfak dan Kebar di Manokwari dan Kopi Kaimana. Sayang. kedua jenis kopi dari daerah ini seakan mati suri.

Sangat sulit untuk mendapatkan biji kopinya dipasar. Kebun-kebun kopi di daerah tersebut sudah tidak mendapat perhatian yang baik dari para petani kopi.

Berdasarkan penelitian dan kajian yang dilakukan terhadap potensi dan tata niaga kopi di kabupaten Yahukimo, Jayawijaya, dan Lani Jaya.

Potensi kopi di kabupaten Yahukimo, Jayawijaya dan Lani Jaya cukup besar, dengan jumlah petani kopi 2007 orang dan luas lahan 1.102 ha serta kemampuan produksi 193,25 ton pertahun.

Sedangkan potensi produk kopi terbesar terdapat di kabupaten Jayawijaya, yaitu sebesar 138,75 ton pertahun, kemudian Lani Jaya, yaitu sebesar 28,25 ton pertahun, dan disusul oleh Yahukimo, yaitu 26,25 ton pertahun.

Program pengembangan kopi di kabupaten Yahukimo, Jayawijaya, dan Lani Jaya dapat dilakukan dengan mempertimbangkan isu-isu strategis dan rancangan program tahunan pemerintah daerah setempat.

Kopi ekonomi warga

Gubernur Papua Lukas Enembe  beberapa waktu lalu mengatakan, jika ingin bantu masyarakat yang bermukim di Pegunungan Papua jangan hanya membangun jalan tapi bangunkanlah ekonomi masyarakatnya yang sebagian besar berprofesi sebagai petani kopi.

Selama ini ada pendapat di daerah gunung identik dengan kemiskinan, konflik serta masyarakat yang tertutup, menurut Lukas Enembe, maka untuk mengatasi hal itu tidak semata-mata membangun infrastuktur namun harus menghidupkan ekonomi masyarakat salah satunya dengan kopi.

"Ingin mensejahterakan masyarakat gunung, maka kembangkan kopi. Dengan kopi masyarakat Papua bisa mendapatkan penghasilan yang menarik sehingga kesejahteraan lebih baik. Serta membuka interaksi orang gunung dengan orang luar,"kata Gubernur Lukas Enembe beberapa waktu lalu.

Pengembangan kopi ini selaras dengan visi Papua yakni Bangkit, Mandiri dan Sejahtera. Artinya dengan kopi masyarakat Papua dapat bangkit dengan memanfaatkan potensi sumber daya alamnya.

Bahkan melalui kopi masyarakat dapat meraih kemandirian dari usaha perkebunan yang dikembangkan pada skala ekonomi sehingga dapat memperoleh pendapatan yang layak dan berkelanjutan serta mereka bisa menolong dirinya sendiri tanpa bergantung kepada orang lain.

"Jadi tujuan akhirnya yakni masyarakat sejahetera, yaitu masyarakat Papua bisa memperoleh pendapatan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,"ungkapnya.

Data Dinas Perkebunan Papua disebutkan, kopi Papua sangat memiliki keunggulan tersendiri. Terbukti kopi Papua cukup sangat diminati di dalam dan luar negeri termasuk juga untuk memenuhi kebutuhan gerai kopi Starbucks.

Saat ini permintaan kopi Papua dari kalangan pemilik cafe ataupun eksportir dari Jakarta dan Surabaya cukup besar setiap bulan.

Bahkan, kopi Papua telah menjadi trend baru di kalangan anak milenial Papua sebagai solusi dalam menyelesaikan konflik sosial.

Akankan keberadaan P2KP bisa mewujudkan harapan baru sesuai komitmen kehadiran untuk berperan dalam menyelesaikan konflick di Papua masih dinantikan program nyata di masyatakat Papua.


 

Pewarta : Muhsidin
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024