Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Rumah Sakit Daerah (RSD) dr Soebandi Jember menyediakan aplikasi layanan deteksi dini untuk mengidentifkasi terpaparnya atau tidak masyarakat terhadap virus corona baru (COVID-19) melalui aplikasi Soebandi Mobile Admission (SoeMAd).

"SoeMAd sebenarnya aplikasi pendaftaran daring bagi pasien yang hendak memeriksakan diri ke RSD dr Soebandi Jember, namun dalam aplikasi itu juga ada layanan skrining deteksi dini COVID-19," kata Direktur RSD dr Soebandi Jember, dr Hendro Soelistijono di RSD setempat, Sabtu.

Aplikasi SoeMAd yang merupakan aplikasi pendaftaran daring itu sudah diluncurkan sejak sebulan lalu untuk mengurangi menumpuknya pasien di loket pendaftaran di tengah pandemi corona, namun layanan deteksi dini COVID-19 dalam aplikasi itu baru diluncurkan sepekan yang lalu.

"Siapapun bisa menginstal aplikasi itu di play store, kemudian mendeteksi apakah terpapar virus corona atau tidak dengan menjawab sejumlah pertanyaan dengan jujur," tuturnya.

Beberapa pertanyaan yang harus dijawab secara jujur oleh masyarakat yang melakukan skrining COVID-19 melalui SoeMAd itu di antaranya apakah mengalami gejala batuk, pilek, dan nyeri tenggorokan, tentang keluhan sesak nafas, kemudian riwayat perjalanan keluar negeri dan dalam negeri tapi menjadi transmisi lokal atau zona merah.

"Dalam aplikasi itu menyebutkan seseorang yang memiliki keluhan batuk, pilek, dan nyeri tenggorokan masuk dalam status orang dalam pemantauan (ODP), sedangkan yang mengalami keluhan sesak napas masuk pasien dalam pengawasan (PDP)," katanya.

Kendati tidak memiliki keluhan, namun memiliki riwayat perjalanan ke zona merah atau pernah kontak erat dengan pasien positif COVID-19, maka status orang tanpa gejala (OTG) juga perlu menjalani pemeriksaan dulu ke Poli Paru, apabila memang ingin memeriksakan penyakitnya ke RSD dr Soebandi Jember.

"Skrining itu juga untuk melindungi tenaga kesehatan yang melayani pasien berobat ke RSD dr Soebandi Jember, serta menangkap sebaran data yang mungkin belum tercatat di Dinas Kesehatan Jember," ujarnya.

Ia berharap masyarakat memanfaatkan layanan aplikasi tersebut untuk mengetahui status epidemologinya terkait COVID-19 karena pihaknya memastikan kerahasiaan data yang masuk dan hanya orang yang mengisi data itu yang tahu statusnya, apakah OTG, ODP dan PDP.

Berdasarkan data pantauan COVID-19 tercatat sebanyak 14 orang terkonfirmasi positif, 103 orang pasien dalam pengawasan (PDP), dan sebanyak 1.211 orang dalam pemantauan (ODP) dengan jumlah yang meninggal sebanyak 30 orang baik positif, PDP, maupun ODP.
 

Pewarta : Zumrotun Solichah
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024