Timika (ANTARA) - Manajemen PT Freeport Indonesia mempertimbangkan protokol kesehatan maupun keselamatan karyawan dan keluarganya untuk membuka kembali akses transportasi bus bagi karyawan yang hendak melaksanakan libur kerja beberapa hari (Shift Off Day) di Timika.
Vice President Corporate Communications yang juga Juru Bicara PTFI Riza Pratama yang dihubungi dari Timika, Senin, mengatakan jajarannya masih terus mempelajari aspirasi karyawan saat menggelar unjuk rasa di Mile 72, Tembagapura, Kabupaten Mimika pada Senin siang.
"Tentunya manajemen dalam menjawab aspirasi karyawan akan memperhatikan dan mempertimbangkan protokol kesehatan maupun keselamatan karyawan itu sendiri, keluarga dan komunitas," kata Riza.
Pada Senin pagi hingga siang para karyawan PTFI maupun karyawan sejumlah perusahaan subkontraktornya di wilayah Distrik Tembagapura menggelar aksi penutupan jalan di Mile 72, sehingga mengakibatkan terhentinya akses lalu lintas dari Tembagapura menuju lokasi tambang maupun sebaliknya.
Aksi penutupan jalan itu dilakukan mulai subuh sekitar pukul 03.15 WIT.
Akses jalan tambang itu dibokade dengan menggunakan dua unit alat berat.
Karyawan juga membangun tenda kecil di lokasi blokade untuk berlindung dari hujan.
Para karyawan memasang spanduk bertuliskan permintaan dibukanya akses bus Shift Off Day (SDO) seperti permintaan sebelumnya.
Beberapa waktu lalu, karyawan juga menggelar unjuk rasa di Kantor PTFI Tembagapura Mile 68.
Karyawan membangun tenda darurat di tengah ruas jalan tambang Mile 72, Tembagapura, Mimika saat menggelar unjuk rasa pada Senin (24/8/2020). (ANTARA/HO/Polsek Tembagapura)
Selain permintaan bus untuk mengangkut karyawan yang hendak libur kerja di rumah keluarga mereka di Timika, para karyawan juga diketahui menuntut perhatian manajemen atas kinerja mereka berupa pemberian insentif.
Desakan kepada manajemen PTFI untuk memberikan insentif khusus kepada karyawan disebut merupakan wujud penghargaan manajemen terhadap karyawan yang sudah bekerja semenjak masa pandemi COVID-19 melanda Tembagapura pada Maret lalu, dan hingga kini sebagian besar dari mereka belum bisa turun ke Timika untuk menemui keluarganya.
Vice President Corporate Communications yang juga Juru Bicara PTFI Riza Pratama yang dihubungi dari Timika, Senin, mengatakan jajarannya masih terus mempelajari aspirasi karyawan saat menggelar unjuk rasa di Mile 72, Tembagapura, Kabupaten Mimika pada Senin siang.
"Tentunya manajemen dalam menjawab aspirasi karyawan akan memperhatikan dan mempertimbangkan protokol kesehatan maupun keselamatan karyawan itu sendiri, keluarga dan komunitas," kata Riza.
Pada Senin pagi hingga siang para karyawan PTFI maupun karyawan sejumlah perusahaan subkontraktornya di wilayah Distrik Tembagapura menggelar aksi penutupan jalan di Mile 72, sehingga mengakibatkan terhentinya akses lalu lintas dari Tembagapura menuju lokasi tambang maupun sebaliknya.
Aksi penutupan jalan itu dilakukan mulai subuh sekitar pukul 03.15 WIT.
Akses jalan tambang itu dibokade dengan menggunakan dua unit alat berat.
Karyawan juga membangun tenda kecil di lokasi blokade untuk berlindung dari hujan.
Para karyawan memasang spanduk bertuliskan permintaan dibukanya akses bus Shift Off Day (SDO) seperti permintaan sebelumnya.
Beberapa waktu lalu, karyawan juga menggelar unjuk rasa di Kantor PTFI Tembagapura Mile 68.
Selain permintaan bus untuk mengangkut karyawan yang hendak libur kerja di rumah keluarga mereka di Timika, para karyawan juga diketahui menuntut perhatian manajemen atas kinerja mereka berupa pemberian insentif.
Desakan kepada manajemen PTFI untuk memberikan insentif khusus kepada karyawan disebut merupakan wujud penghargaan manajemen terhadap karyawan yang sudah bekerja semenjak masa pandemi COVID-19 melanda Tembagapura pada Maret lalu, dan hingga kini sebagian besar dari mereka belum bisa turun ke Timika untuk menemui keluarganya.