Timika (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Mimika, Provinsi Papua akan menggelar pertemuan dengan pihak manajemen PT Freeport Indonesia guna mencari solusi bagi penanganan isolasi pasien COVID-19 yang kian membeludak di Kota Timika.

Wakil Bupati Mimika Johannes Rettob kepada Antara di Timika, Jumat, mengatakan saat ini kapasitas ruang isolasi pasien COVID-19 di RSUD Mimika baik ruang isolasi tekanan positif maupun ruang isolasi tekanan negatif sudah penuh dengan pasien terpapar virus corona.

Di sisi lain, katanya, saat ini jumlah pasien COVID-19 di wilayah Tembagapura sudah menurun drastis dan kini kawasan pertambangan PT Freeport Indonesia itu yang sebelumnya berstatus zona merah sudah berubah menjadi zona kuning.

"Awalnya kami menyiapkan shelter Wisma Atlet, bahkan Mimika Sport Complex untuk digunakan menangani isolasi dan karantina pasien COVID-19 dengan gejala ringan dan tanpa gejala. Tapi sekarang shelter sudah ditutup. Kami akan evaluasi kembali hal ini, termasuk melibatkan manajemen PT Freeport sebab kasus COVID-19 di Tembagapura sudah jauh menurun, padahal mereka menyiapkan 1.000 tempat tidur untuk menangani pasien isolasi. Kami akan bekerja sama dengan manajemen PT Freeport," kata Wabup Rettob.

Pemkab Mimika, katanya, akan melakukan evaluasi kembali perencanaan, pengawasan dan kebijakan pengendalian COVID-19 di Mimika, terutama pada distrik-distrik di wilayah Kota Timika dan sekitarnya yang kini kasus aktifnya meningkat drastis.

"Saat ini angka reproduksi COVID-19 di Mimika masih pada kisaran 2, tapi di wilayah Kota Timika sekarang sudah lebih dari 3. Itu artinya saat ini di Kota Timika paling banyak temuan kasus baru, termasuk Pelabuhan Portsite Kampung Amamapare. Dampaknya, pasien yang dirawat di RSUD Mimika sekarang ini penuh. Bahkan RSMM yang tadinya sudah tidak lagi merawat pasien COVID-19, saat ini sudah mulai lagi merawat pasien COVID-19," jelasnya.

Peningkatan kasus COVID-19 di Mimika akhir-akhir ini, katanya, lebih disebabkan karena warga tidak lagi menerapkan protokol kesehatan secara ketat dalam melakukan aktivitas kesehariannya.

"Yang jadi masalah sekarang orang tidak lagi merasa takut dengan COVID-19 ini. Banyak orang masa bodoh. Padahal kelonggaran aktivitas ekonomi yang diberikan oleh pemerintah dalam masa tatanan hidup baru normal sekarang ini semata-mata untuk membuat ekonomi bisa bertumbuh kembali, tapi dengan syarat menjaga kesehatan dengan benar-benar memperhatikan protokol COVID-19," ujarnya.

Menyangkut banyaknya pasien COVID-19 di Mimika yang meminta isolasi mandiri, Wabup Rettob, menegaskan dengan melihat perkembangan jumlah kasus yang melonjak drastis akhir-akhir ini maka hal itu harus dievaluasi kembali.

Pasalnya, pasien COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri tidak mendapat pengawasan penuh dari petugas lantaran banyak diantara mereka diketahui masih bebas berkeliaran kemana-mana dan melakukan kontak dengan orang lain.

"Dulu memang kami memberikan kelonggaran bagi pasien positif untuk melakukan isolasi mandiri di rumah karena berdasarkan evaluasi tingkat kesembuhan pasien yang melakukan isolasi mandiri jauh lebih cepat dibanding pasien yang dirawat di rumah sakit maupun shelter. Tapi ternyata sekarang teori itu tidak berlaku lagi karena orang bebas pergi kemana-mana walaupun kondisinya sebetulnya tidak sehat. Kami akan melakukan isolasi terpusat sehingga dapat dikontrol ketat oleh petugas," jelas Wabup Rettob.

Pada Jumat ini pasien positif COVID-19 di Mimika bertambah 32 orang, sehingga secara kumulatif jumlah wargasetempat yang sudah terpapar sejak Maret hingga kini mencapai total 1.128 orang.

Adapun jumlah pasien meninggal dunia akibat terpapar COVID-19 di Mimika yaitu sebanyak 11 orang, jumlah pasien sembuh sebanyak 818 orang dan kasus aktif kasus aktif sebanyak 299 orang.

Pewarta : Evarianus Supar
Editor : Editor Papua
Copyright © ANTARA 2024