Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum PP Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengatakan Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin atau memberikan rahmat bagi seluruh alam dan juga sangat menghargai perbedaan.
"Melalui pertemuan ini GP Ansor juga ingin meluruskan citra Islam, terutama di dunia Barat, bahwa Islam tidak identik dengan kekerasan dan teror karena (sebaliknya) Islam adalah agama yang penuh rahmah, penuh kasih sayang, yang di Indonesia dikenal dengan Islam yang rahmatan lil alamin," kata Yaqut usai pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo bertajuk "Nurturing The Share Civilization Aspirations of Islam Rahmatan Li Al-'amin The Republic of Indonesia and The United Stated of America", di Hotel Four Seasson Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan bahwa peradaban umat manusia yang menghargai segala perbedaan, baik agama, suku, ras, kepercayaan, adat istiadat, maupun budaya, harus terus diwujudkan.
Menurut Yaqut, Islam yang rahmatan lil alamin, begitu juga dengan ideologi Pancasila, sangat menghargai perbedaan-perbedaan itu. Harapan itu sejalan dengan komisi yang dibentuk Mike Pompeo terkait dengan hak asasi manusia yang tidak bisa dicabut (Unalienable Rights).
Yaqut mengatakan bahwa dialog bersama Menlu AS tersebut dimaksudkan untuk menyamakan cara pandang antara Indonesia dan AS terhadap persoalan-persoalan tersebut.
Melalui pertemuan itu, dia berharap peradaban dunia akan menjadi lebih baik.
"Peradaban dunia yang bebas dari konflik dan menggunakan hak-hak dasar, hak asasi manusia yang tidak bisa dicabut sebagai norma untuk menciptakan perdamaian," kata Gus Yaqut.
Ia juga ingin menunjukkan bahwa Islam yang didakwahkan oleh ulama pada umumnya di Indonesia adalah Islam yang moderat, Islam yang sangat berbeda dengan apa yang ditemui di dunia Barat, seperti kejadian terakhir di Paris, Prancis.
"Pemerintah Amerika saya kira penting melihat Islam di Indonesia bahwa ternyata tidak seperti gambaran Islam di dunia Barat yang dicitrakan negatif," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, mereka mau datang ke sini, ingin melihat secara langsung dan mudah-mudahan ini juga menjadi bagian dari dakwah Nahdlatul Ulama bahwa Islam memang seharusnya melindungi semuanya, menjadi rahmat bagi sekalian alam.
Gus Yaqut menjelaskan pertemuan dengan Mike Pompeo tersebut berawal dari deklarasi Humanitarian Islam yang dilakukan Ansor 2 tahun lalu di Jombang, yaitu deklarasi tentang bagaimana menerjemahkan Islam untuk kemanusiaan, Islam yang menghargai perbedaan.
Setelah deklarasi itu, pihaknya berkorespondensi dengan banyak pihak, salah satunya dengan pemerintah Amerika Serikat.
"Alhamdulillah, dalam kurang lebih sebulan terakhir ini, kami mendapatkan respons positif dari pemerintah Amerika, khususnya Pak Pompeo hingga beliau berkenan untuk hadir ke Indonesia dan datang di Forum Ansor," ujar Gus Yaqut.
Dalam pertemuan tersebut, Mike Pompeo juga mengatakan bahwa Indonesia bisa menjadi negara maju dan Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia akan terus berdampingan dengan agama lain.
"Saya percaya Indonesia bisa maju. Tidak ada alasan Islam tidak bisa berdampingan dengan agama lain," katanya.
Menurut Pompeo, hidup harmoni secara bersama dan saling menghormati adalah hal yang sangat penting.
Ia bahkan menyebut bahwa moto "Bhinneka Tunggal Ika" sama dengan moto yang dimiliki Amerika Serikat, termasuk UUD NRI Tahun 1945 yang menyatakan bahwa semua orang bebas melaksanakan dan memilih agama yang dianutnya.
"Melalui pertemuan ini GP Ansor juga ingin meluruskan citra Islam, terutama di dunia Barat, bahwa Islam tidak identik dengan kekerasan dan teror karena (sebaliknya) Islam adalah agama yang penuh rahmah, penuh kasih sayang, yang di Indonesia dikenal dengan Islam yang rahmatan lil alamin," kata Yaqut usai pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo bertajuk "Nurturing The Share Civilization Aspirations of Islam Rahmatan Li Al-'amin The Republic of Indonesia and The United Stated of America", di Hotel Four Seasson Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan bahwa peradaban umat manusia yang menghargai segala perbedaan, baik agama, suku, ras, kepercayaan, adat istiadat, maupun budaya, harus terus diwujudkan.
Menurut Yaqut, Islam yang rahmatan lil alamin, begitu juga dengan ideologi Pancasila, sangat menghargai perbedaan-perbedaan itu. Harapan itu sejalan dengan komisi yang dibentuk Mike Pompeo terkait dengan hak asasi manusia yang tidak bisa dicabut (Unalienable Rights).
Yaqut mengatakan bahwa dialog bersama Menlu AS tersebut dimaksudkan untuk menyamakan cara pandang antara Indonesia dan AS terhadap persoalan-persoalan tersebut.
Melalui pertemuan itu, dia berharap peradaban dunia akan menjadi lebih baik.
"Peradaban dunia yang bebas dari konflik dan menggunakan hak-hak dasar, hak asasi manusia yang tidak bisa dicabut sebagai norma untuk menciptakan perdamaian," kata Gus Yaqut.
Ia juga ingin menunjukkan bahwa Islam yang didakwahkan oleh ulama pada umumnya di Indonesia adalah Islam yang moderat, Islam yang sangat berbeda dengan apa yang ditemui di dunia Barat, seperti kejadian terakhir di Paris, Prancis.
"Pemerintah Amerika saya kira penting melihat Islam di Indonesia bahwa ternyata tidak seperti gambaran Islam di dunia Barat yang dicitrakan negatif," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, mereka mau datang ke sini, ingin melihat secara langsung dan mudah-mudahan ini juga menjadi bagian dari dakwah Nahdlatul Ulama bahwa Islam memang seharusnya melindungi semuanya, menjadi rahmat bagi sekalian alam.
Gus Yaqut menjelaskan pertemuan dengan Mike Pompeo tersebut berawal dari deklarasi Humanitarian Islam yang dilakukan Ansor 2 tahun lalu di Jombang, yaitu deklarasi tentang bagaimana menerjemahkan Islam untuk kemanusiaan, Islam yang menghargai perbedaan.
Setelah deklarasi itu, pihaknya berkorespondensi dengan banyak pihak, salah satunya dengan pemerintah Amerika Serikat.
"Alhamdulillah, dalam kurang lebih sebulan terakhir ini, kami mendapatkan respons positif dari pemerintah Amerika, khususnya Pak Pompeo hingga beliau berkenan untuk hadir ke Indonesia dan datang di Forum Ansor," ujar Gus Yaqut.
Dalam pertemuan tersebut, Mike Pompeo juga mengatakan bahwa Indonesia bisa menjadi negara maju dan Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia akan terus berdampingan dengan agama lain.
"Saya percaya Indonesia bisa maju. Tidak ada alasan Islam tidak bisa berdampingan dengan agama lain," katanya.
Menurut Pompeo, hidup harmoni secara bersama dan saling menghormati adalah hal yang sangat penting.
Ia bahkan menyebut bahwa moto "Bhinneka Tunggal Ika" sama dengan moto yang dimiliki Amerika Serikat, termasuk UUD NRI Tahun 1945 yang menyatakan bahwa semua orang bebas melaksanakan dan memilih agama yang dianutnya.