Jakarta (ANTARA) - Pemerintah berencana membangun laboratorium anti-doping di kompleks Rumah Sakit Ortopedi Prof Dr R. Soeharso Surakarta, Jawa Tengah.
Rencana itu disampaikan Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali saat melakukan kunjungan ke Kota Solo, Jumat (18/12).
Menurut Zainudin, kehadiran laboratorium anti-doping di Indonesia menjadi penting sebagai bentuk komitmen pemerintah terhadap penegakan anti-doping. Selain itu, Indonesia juga nantinya tak perlu lagi mengirim sampel ke luar negeri dengan biaya mahal ketika akan mengikuti kejuaraan olahraga.
“Kita berencana akan membuat laboratorium dan rupanya berita ini dibaca oleh Pak Menkes. Beliau menunjuk Kota Solo agar dapat dijadikan laboratorium anti-doping di Indonesia,” ungkap Zainudin dalam keterangan pers yang diterima pewarta di Jakarta, Sabtu.
Rencana tersebut mendapat dukungan penuh dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dengan menyediakan lahan strategis seluas 700 meter persegi di lingkungan RS Ortopedi.
Zainudin berharap rencana itu dapat terwujud pada tahun 2021. Pihaknya juga akan segera meminta sertifikasi dari Badan Anti-Doping Dunia (WADA).
“Ini sejarah baru. Kita akan punya laboratorium anti-doping di Indonesia yang bisa digunakan sendiri dan negara lain juga dipersilakan untuk mengirim sample dan tetap di bawah pengawasan WADA sehingga hasil uji doping bisa diakui dunia internasional,” katanya.
Sementara itu, Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Ditjen Yankes Rita Rogayah mengatakan lokasi yang disediakan di RS Ortopedi sangat strategis karena terletak di depan rumah sakit.
“Menurut Direktur Ortopedi sudah menyiapkan lahan seluas 700 meter persegi, letaknya strategis di depan. Lab ini akan dibuat dengan persyaratan dan ketentuan WADA,” kata Rita.
“Kami masih mempersiapkan semuanya dan akan dimulai pada tahun 2021, semoga cepat terlaksana,” tambahnya.
Rencana itu disampaikan Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali saat melakukan kunjungan ke Kota Solo, Jumat (18/12).
Menurut Zainudin, kehadiran laboratorium anti-doping di Indonesia menjadi penting sebagai bentuk komitmen pemerintah terhadap penegakan anti-doping. Selain itu, Indonesia juga nantinya tak perlu lagi mengirim sampel ke luar negeri dengan biaya mahal ketika akan mengikuti kejuaraan olahraga.
“Kita berencana akan membuat laboratorium dan rupanya berita ini dibaca oleh Pak Menkes. Beliau menunjuk Kota Solo agar dapat dijadikan laboratorium anti-doping di Indonesia,” ungkap Zainudin dalam keterangan pers yang diterima pewarta di Jakarta, Sabtu.
Rencana tersebut mendapat dukungan penuh dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dengan menyediakan lahan strategis seluas 700 meter persegi di lingkungan RS Ortopedi.
Zainudin berharap rencana itu dapat terwujud pada tahun 2021. Pihaknya juga akan segera meminta sertifikasi dari Badan Anti-Doping Dunia (WADA).
“Ini sejarah baru. Kita akan punya laboratorium anti-doping di Indonesia yang bisa digunakan sendiri dan negara lain juga dipersilakan untuk mengirim sample dan tetap di bawah pengawasan WADA sehingga hasil uji doping bisa diakui dunia internasional,” katanya.
Sementara itu, Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Ditjen Yankes Rita Rogayah mengatakan lokasi yang disediakan di RS Ortopedi sangat strategis karena terletak di depan rumah sakit.
“Menurut Direktur Ortopedi sudah menyiapkan lahan seluas 700 meter persegi, letaknya strategis di depan. Lab ini akan dibuat dengan persyaratan dan ketentuan WADA,” kata Rita.
“Kami masih mempersiapkan semuanya dan akan dimulai pada tahun 2021, semoga cepat terlaksana,” tambahnya.