Jayapura (ANTARA) - Kondisi geografis alam belantara di tanah Papua hingga kini masih menjadi misteri karena memiliki karekteristik tersendiri namun hal itu tidak menyurutkan pemerintah dalam membangun jaringan telekomunikasi agar masyarakat yang hidup di wilayah terpencilm terdeoan dan terluar (3T) tetap dapat menikmati berkomunikasi dengan baik dengan sanak keluarga di tempat lain.

Pemerintah melalui PT.Palapa Timur Telematika (PTT) melakukan pembangunan tower-tower jaringan komunikasi di puncak gunung pedalaman Papua yang memiliki kesulitan tinggi namun ternyata hal itu membuat sekelompok orang terusik sehingga melakukan vandalisme pengrusakan dan pembakaran yang menyebabkan sarana komunikasi untuk diknimati masyarakat  layanan terbatas melalui telepon dan pesan singkat atau 2G.

Sebelumnya warga pegunungan Papua di Kabupaten Puncak sempat menikmati layanan jaringan 4G seperti halnya kota lainnya di Indonesia yang sudah terlebih dulu menikmati jaringan komunikasi berteknologi tinggi secara normal.
 
Letak tower yang berada di pegunungan dengan ketinggian 3.000 hingga 4.000 di atas permukaan laut serta keadaan cuaca yang ekstrim membuat distribusi materi untuk proses pemulihan tower komunikasi membutuhkan upaya ekstra pemerintah.
 
Aksi vandalisme terhadap jaringan infrastruktur telekomunikasi yang dibangun PT Palapa Timur Telematika di wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat selama 2019 hingga Januari 2021 sebanyak 174 kasus dengan kasus tertinggi di daerah pengunungan tengah, Papua mencapai 80-90 persen.
 
"Kasus terbesar vandalisme jaringan komunikasi Palapa Timur Telematika terjadi di daerah pegunungan tengah mencapai 80-90 persen kasus,"ungkap Direktur Operasional PT Palapa Timur Telematika Eddy Siahaan.

Kasus vandalisme jaringan komunikasi PT Palapa Timur Telematika beragam mulai dari kategori sedang pemutusan kabel, pengrusakan jaringan hingga pembakaran sehingga merugikan fasilitas publik pelayanan komunikasi untuk masyarakat di wilayah Timur Indonesia khusus Provinsi Papua dan Papua Barat.

Butuh waktu perbaikan

Project Manajer PT Palapa Timur Herald Napitupulu mengatakan, untuk perbaikan jaringan komunikasi milik PT Palapa Timur Telematika membutuhkan waktu tiga hingga enam bulan kedepan bagi lokasi yang jauh di daerah pegunungan Papua.

Untuk wilayah pengunungan alam Papua, lanjutnya, mobilisasi transportasi harus menggunakan helikopter serta keadaan cuaca yang tidak menentu dan faktor keamanan menjadi kendala yang harus dialami petugas saat memperbaiki fasilitas kerusakan jaringan komunikasi di daerah pegunungan.

"Saya berharap fasilitas jaringan telekomunikasi yang sudah dibangun harus dijaga karena merupakan proyek strategis nasional untuk melayani pemenuhan kebutuhan masyarakat di daerah Timur Indonesia khususnya di Provinsi Papua dan Papua Barat,"ujarnya.

Tercatat kasus vandalisme terjadi Minggu (3/1) di tower B4 dan B5 Palapa Ring Timur yang terletak di Ilaga mengalami insiden pembakaran oleh kelompok tidak dikenal. Kejadian tersebut mengakibatkan kerugian karena seluruh perangkat pada kedua tower tersebut habis terbakar.

Imbas dari kerusakan yang dialami oleh perangkat tower B4 dan B5, jaringan konektivitas Ilaga mengalami penurunan sehingga perlu menggunakan cadangan dari konektivitas dari kota lain.

Sebelumnya tahun 2020, proyek Palapa Ring Timur juga mengalami beberapa insiden pengrusakan yang dilakukan kelompok orang tidak bertanggung jawab,seperti pada Maret 2020, tower Project B2 dengan ketinggian 62 meter mengalami insiden roboh dan terbakar hingga mengakibatkan kerusakan pada semua perangkat tower seperti radio microwave outdoor termasuk antena, ODU, kabel dan aksesoris.
 
Selain itu leg tower juga ditemukan rusak dengan bekas gergaji pada kedua sisi, solar panel dan win turbin dibongkar, serta genset dan perangkat radio microwave indoor dibakar, jelas Napitupulu.

Diakui, pembakaran juga terjadi pada NOC Kigamani saat malam tahun baru 2021 yang diduga terjadi akibat protes warga terhadap pembubaran kerumunan oleh keamanan dengan membakar terpal di toko bangunan yang terletak di samping NOC Kigamani.

Selain terbakarnya NOC Kigamani, kejadian protes pembubaran kerumunan tahun baru 2021 juga mengakibatkan jatuhnya dua korban dari anggota TNI yang sedang berjaga di sekitar NOC Kigamani. Dua anggota TNI tersebut mengalami luka akibat panah yang menyasar ke lengan dan hidung mereka.

Palapa Timur Telematika sebenarnya telah melakukan usaha-usaha yang signifikan untuk menjaga keamanan aset dan infrastruktur dengan memasang CCTV untuk pengawasan, pagar listrik, serta membangun pos TNI di area itu.

Namun karena lokasi titik site terletak di wilayah pegunungan tinggi yang sulit dijangkau oleh kendaraan darat serta jarak tempuh yang jauh dan tidak berada di lingkungan pemukiman warga, membuat kami hanya dapat melakukan patroli secara berkala.

"Kami menyesalkan aksi seperti ini karena begitu banyak masyarakat yang dirugikan dan saat ini memang sedang terjadi proses mediasi baik dengan TNI-Polri, pemimpin masyarakat setempat, serta stakeholder lainnya sehingga proses pemulihan berjalan dan kami sangat terbuka atas masukan serta permintaan informasi dari masyarakat mengenai kejadian ini,"kata Herald Napitupulu.

Jaga fasilitas publik

Anggota Komisi I DPR RI Yan Mandenas menyayangkan terjadinya pembakaran dan pengrusakan yang dilakukan OTK terhadap fasilitas telekomunikasi seperti base transceiver station (BTS) yang terjadi di Kabupaten Puncak.

Masyarakat dan Bupati Kabupaten Puncak diharapkan turut menjaga asset fasilitas publik jaringan komunikasi di wilayahnya karena dampaknya akan dirasakan oleh warga dimana bila selama ini sempat menikmati berbagai kemudahan dengan adanya fasilitas tersebut kini kembali tidak dapat menikmatinya.

"Saya benar-benar menyesalkan insiden tersebut karena untuk membangun saja sudah susah mengingat kondisi alam serta masalah keamanan namun karena pemerintah ingin masyarakat diwilayah itu juga menikmati fasilitas telekomunikasi sama seperti daerah lainnya di Indonesia maka tetap dibangun," kata Mandenas yang mengaku bulan Oktober 2020 lalu sempat berkunjung ke Ilaga untuk melihat langsung pembangunan BTS yang dilakukan PT.Palapa Timur Telematika (PTT) yang dilanjutkan penyambungan kabel optik oleh PT.Telkom.

Politisi Partai Gerindra berharap, tidak ada lagi kasus serupa karena yang akan rugi juga masyarakat karena tidak dapat berkomunikasi dengan sanak keluarga yang berada atau tinggal diluar wilayah itu.
 
"Mari kita bersama-sama untuk menjaga asset layanan publik komunikasi yang sudah dibangun pemerintah karena yang menikmati adalah warga Papua  sendiri," ajak Yan Mandenas.

Pewarta : Evarukdijati
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024