Timika (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Mimika, Papua melalui Dinas Kesehatan setempat mengirim sejumlah tenaga kesehatan ke Kampung Banti, Distrik Tembagapura guna melakukan penelusuran kontak ke warga setempat sehubungan infeksi COVID-19 yang menimpa salah satu petugas keamanan saat mengurus pemulangan warga dari Timika beberapa pekan lalu.
Wakil Bupati Mimika Johannes Rettob di Timika, Rabu mengatakan, tim kesehatan yang dipimpin kepala Puskesmas Aroanop sudah tiba di Banti sejak Rabu pagi untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada warga Banti, Opitawak dan Kimbeli yang baru kembali ke kampung mereka baru-baru ini.
Para petugas kesehatan itu akan berada di Banti selama lebih kurang 14 hari ke depan untuk memastikan tidak ada warga yang terpapar COVID-19.
"Menurut laporan yang kami terima dari Dinas Kesehatan, tim kesehatan yang ke Banti akan melakukan pemeriksaan cepat antigen sekaligus melakukan penelusuran kontak ke warga karena saat mereka kembali ke Banti sempat kontak dengan petugas yang positif terpapar COVID-19. Mudah-mudahan saja warga yang kembali ke Banti dan Opitawak tidak ada yang terpapar," kata John Rettob.
Saat ini sudah sekitar 700 jiwa warga Banti 1, Banti 2, Opitawak dan Kimbeli yang kembali ke kampung halaman mereka di Distrik Tembagapura.
Saat mengungsi ke Timika pada awal Maret 2020, total warga empat kampung itu yang migrasi sementara ke Timika sebanyak 2.075 jiwa.
Wabup Mimika mengatakan jajarannya terus berkoordinasi dengan PT Freeport Indonesia agar dapat menyiapkan fasilitas pelayanan kesehatan maupun rumah untuk tempat tinggal tenaga kesehatan di Banti.
"Sebetulnya mereka menyiapkan fasilitas itu di dekat Polsek Tembagapura, hanya saja kalu masyarakat harus jalan kaki ke sana tentu akan menyulitkan karena cukup jauh dari Banti. Lebih efektif kalau pelayanan kesehatan bisa dilakukan di Banti, apakah menggunakan gedung sekolah atau rumah penduduk untuk sementara waktu," ujarnya.
Pemkab Mimika, kata Wabup John Rettob, masih terus memantau perkembangan warga yang telah kembali ke Banti, Opitawak dan Kimbeli baik menyangkut ketersediaan bahan kebutuhan pokok, sarana air bersih, penerangan listrik dan kebutuhan lainnya.
"Untuk sarana air bersih sekarang sudah bisa dinikmati oleh masyarakat. Terima kasih kepada aparat TNI dan Polri yang sudah membantu masyarakat menyiapkan segala sesuatunya, termasuk membantu membersihkan rumah-rumah warga yang sudah lama ditinggalkan. Kalau untuk penerangan listrik (PLTA), memang membutuhkan waktu untuk perbaikan karena suku cadang harus didatangkan dari Jakarta," jelasnya.
Aparat TNI dan Polri memereiksa barang bawaan warga Banti, Opitawak dan Kimbeli saat kembali ke Distrik Tembagapura beberapa waktu lalu. (ANTARA/Evarianus Supar)
Kepala Distrik Tembagapura Thobias Yawame mengatakan warga yang telah kembali ke Banti, Opitawak dan Kimbeli untuk sementara waktu belum diizinkan untuk bisa leluasa bepergian ke Timika karena keterbatasan armada angkutan bus dari Tembagapura.
"Masyarakat yang sudah kembali ke Banti, Opitawak dan Kimbeli untuk sementara ini belum bisa naik turun secara bebas ke Timika maupun balik ke Tembagapura," katanya.
Thobias mengakui sampai saat ini masyarakat setempat masih menggantungkan suplai bahan kebutuhan pokok dari Dinas Sosial dan PT Freeport Indonesia.
"Dinas Sosial sudah dua kali mengirim bama ke Banti. Beberapa hari ke depan rencananya Freeport juga akan menyalurkan bantuan bama. Sebagian warga kini sudah kembali melakukan aktivitas pendulangan di Kali Kabur untuk bisa mendapatkan uang untuk keperluan sehari-hari," kata Thobias.
Wakil Bupati Mimika Johannes Rettob di Timika, Rabu mengatakan, tim kesehatan yang dipimpin kepala Puskesmas Aroanop sudah tiba di Banti sejak Rabu pagi untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada warga Banti, Opitawak dan Kimbeli yang baru kembali ke kampung mereka baru-baru ini.
Para petugas kesehatan itu akan berada di Banti selama lebih kurang 14 hari ke depan untuk memastikan tidak ada warga yang terpapar COVID-19.
"Menurut laporan yang kami terima dari Dinas Kesehatan, tim kesehatan yang ke Banti akan melakukan pemeriksaan cepat antigen sekaligus melakukan penelusuran kontak ke warga karena saat mereka kembali ke Banti sempat kontak dengan petugas yang positif terpapar COVID-19. Mudah-mudahan saja warga yang kembali ke Banti dan Opitawak tidak ada yang terpapar," kata John Rettob.
Saat ini sudah sekitar 700 jiwa warga Banti 1, Banti 2, Opitawak dan Kimbeli yang kembali ke kampung halaman mereka di Distrik Tembagapura.
Saat mengungsi ke Timika pada awal Maret 2020, total warga empat kampung itu yang migrasi sementara ke Timika sebanyak 2.075 jiwa.
Wabup Mimika mengatakan jajarannya terus berkoordinasi dengan PT Freeport Indonesia agar dapat menyiapkan fasilitas pelayanan kesehatan maupun rumah untuk tempat tinggal tenaga kesehatan di Banti.
"Sebetulnya mereka menyiapkan fasilitas itu di dekat Polsek Tembagapura, hanya saja kalu masyarakat harus jalan kaki ke sana tentu akan menyulitkan karena cukup jauh dari Banti. Lebih efektif kalau pelayanan kesehatan bisa dilakukan di Banti, apakah menggunakan gedung sekolah atau rumah penduduk untuk sementara waktu," ujarnya.
Pemkab Mimika, kata Wabup John Rettob, masih terus memantau perkembangan warga yang telah kembali ke Banti, Opitawak dan Kimbeli baik menyangkut ketersediaan bahan kebutuhan pokok, sarana air bersih, penerangan listrik dan kebutuhan lainnya.
"Untuk sarana air bersih sekarang sudah bisa dinikmati oleh masyarakat. Terima kasih kepada aparat TNI dan Polri yang sudah membantu masyarakat menyiapkan segala sesuatunya, termasuk membantu membersihkan rumah-rumah warga yang sudah lama ditinggalkan. Kalau untuk penerangan listrik (PLTA), memang membutuhkan waktu untuk perbaikan karena suku cadang harus didatangkan dari Jakarta," jelasnya.
Kepala Distrik Tembagapura Thobias Yawame mengatakan warga yang telah kembali ke Banti, Opitawak dan Kimbeli untuk sementara waktu belum diizinkan untuk bisa leluasa bepergian ke Timika karena keterbatasan armada angkutan bus dari Tembagapura.
"Masyarakat yang sudah kembali ke Banti, Opitawak dan Kimbeli untuk sementara ini belum bisa naik turun secara bebas ke Timika maupun balik ke Tembagapura," katanya.
Thobias mengakui sampai saat ini masyarakat setempat masih menggantungkan suplai bahan kebutuhan pokok dari Dinas Sosial dan PT Freeport Indonesia.
"Dinas Sosial sudah dua kali mengirim bama ke Banti. Beberapa hari ke depan rencananya Freeport juga akan menyalurkan bantuan bama. Sebagian warga kini sudah kembali melakukan aktivitas pendulangan di Kali Kabur untuk bisa mendapatkan uang untuk keperluan sehari-hari," kata Thobias.