Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan harga pemeriksaan COVID-19 yang menggunakan RT LAMP Saliva bisa sekitar setengah dari biaya tes dengan RT PCR.
"Mengenai harga yang pasti sejauh yang saya tahu dari pihak Kalbe harganya mungkin kalau tidak salah waktu itu harganya separuh dari harganya pemeriksaan RT PCR,” kata Menristek//Kepala Badan Riset dan Nasional (BRIN) Bambang dalam seminar virtual (webinar) Ristek/BRIN Kalbe Science Awards 2021 "Saliva RT LAMP COVID-19: Deteksi Nyaman Dengan Air Liur", Jakarta, Kamis.
Selain biaya lebih murah dibanding RT PCR, Menristek Bambang menuturkan RT LAMP Saliva memiliki akurasi tinggi dengan sensitivitas 94 persen dan spesifitas 98 persen. RT LAMP juga memberikan kenyamanan kepada pengguna tes itu karena hanya perlu mengambil sampel air liur.
Alat diagnostik COVID-19 itu menganalisis sampel air liur dengan metode Reverse Transcription Loop Mediated Isothermal Amplification (RT LAMP) untuk mendeteksi secara spesifik asam nukleat yang merupakan material genetik dari virus SARS CoV-2 penyebab COVID-19.
"Untuk keperluan testing (pengujian) ini bisa sangat membantu mengurangi biaya yang besar untuk RT PCR," ujar Menristek.
Menristek Bambang menuturkan alat itu akan membantu dalam upaya percepatan pemeriksaan COVID-19 untuk mendukung upaya pelacakan kontak (tracing) dan pengobatan (treatment) sehingga tidak terjadi penularan yang lebih luas.
Dia berharap Kementerian Kesehatan dan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 dapat mempertimbangkan RT LAMP Saliva sebagai pelengkap RT PCR pada awalnya terutama di daerah yang memiliki keterbatasan untuk fasilitas mesin PCR dan laboratorium bio safety level (BSL) 2.
"Mungkin Satgas bisa melihat mana-mana daerah yang cakupan RT PCR-nya terbatas dan antrean panjang, waktu tunggunya panjang, nah, itulah yang kemudian diintervensi dengan RT LAMP. Jadi kita posisikan RT LAMP ini sebagai pelengkap dari adanya RT PCR dan mungkin nanti bisa dibuat jaringan (network) RT PCR-RT LAMP sehingga cakupan pemeriksaan suatu daerah itu menjadi makin kuat," ujarnya.*
"Mengenai harga yang pasti sejauh yang saya tahu dari pihak Kalbe harganya mungkin kalau tidak salah waktu itu harganya separuh dari harganya pemeriksaan RT PCR,” kata Menristek//Kepala Badan Riset dan Nasional (BRIN) Bambang dalam seminar virtual (webinar) Ristek/BRIN Kalbe Science Awards 2021 "Saliva RT LAMP COVID-19: Deteksi Nyaman Dengan Air Liur", Jakarta, Kamis.
Selain biaya lebih murah dibanding RT PCR, Menristek Bambang menuturkan RT LAMP Saliva memiliki akurasi tinggi dengan sensitivitas 94 persen dan spesifitas 98 persen. RT LAMP juga memberikan kenyamanan kepada pengguna tes itu karena hanya perlu mengambil sampel air liur.
Alat diagnostik COVID-19 itu menganalisis sampel air liur dengan metode Reverse Transcription Loop Mediated Isothermal Amplification (RT LAMP) untuk mendeteksi secara spesifik asam nukleat yang merupakan material genetik dari virus SARS CoV-2 penyebab COVID-19.
"Untuk keperluan testing (pengujian) ini bisa sangat membantu mengurangi biaya yang besar untuk RT PCR," ujar Menristek.
Menristek Bambang menuturkan alat itu akan membantu dalam upaya percepatan pemeriksaan COVID-19 untuk mendukung upaya pelacakan kontak (tracing) dan pengobatan (treatment) sehingga tidak terjadi penularan yang lebih luas.
Dia berharap Kementerian Kesehatan dan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 dapat mempertimbangkan RT LAMP Saliva sebagai pelengkap RT PCR pada awalnya terutama di daerah yang memiliki keterbatasan untuk fasilitas mesin PCR dan laboratorium bio safety level (BSL) 2.
"Mungkin Satgas bisa melihat mana-mana daerah yang cakupan RT PCR-nya terbatas dan antrean panjang, waktu tunggunya panjang, nah, itulah yang kemudian diintervensi dengan RT LAMP. Jadi kita posisikan RT LAMP ini sebagai pelengkap dari adanya RT PCR dan mungkin nanti bisa dibuat jaringan (network) RT PCR-RT LAMP sehingga cakupan pemeriksaan suatu daerah itu menjadi makin kuat," ujarnya.*