Timika (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Dr Boy Rafli Amar mengajak warga Papua untuk mewaspadai masuk dan berkembangnya paham atau aliran radikalisme dan terorisme.
"Kita semua perlu mawas diri dan membangun kesiapsiagaan nasional. Masyarakat kita harus siap bahwa virus radikalisme dan terorisme itu bisa masuk ke mana saja. Masyarakat harus tetap berwaspada. Kita harus membangun kerja sama bergandengan tangan dengan aparat," kata Boy Rafli di Timika, Sabtu.
Ia menyebut aktivitas atau kegiatan radikalisme dan terorisme bisa terjadi dimana saja, termasuk di wilayah Papua, sebagaimana diungkap aparat kepolisian belum lama ini di Merauke.
Setiap negara di dunia, katanya, harus berupaya mengantisipasi hal itu sebagai dampak dari propaganda jaringan teroris internasional seperti Alqaeda, ISIS dan Taliban.
"Mereka terus melakukan propaganda di seluruh dunia untuk mencari rekrutan baru. Papua tentu menjadi salah satu tempat yang sangat mungkin jaringan mereka bisa tumbuh dan berkembang. Makanya kemarin di Merauke aparat melakukan deteksi dini untuk mencegah aktivitas yang mengarah pada kekerasan," kata mantan Kapolda Papua itu.
Boy Rafli menyebut propaganda ideologi terorisme dan paham radikalisme sangat masif dilakukan melalui media sosial atau dunia maya.
Kelompok tersebut, katanya, senantiasa menyalahgunakan ajaran agama untuk tujuan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Baru-baru ini, Tim Densus 88 Anti Teror Mabes Polri menangkap 12 orang anggota jaringan teroris Ansharut Daulah yang hendak melakukan aksi terorisme di Kota Merauke.
"Kita semua perlu mawas diri dan membangun kesiapsiagaan nasional. Masyarakat kita harus siap bahwa virus radikalisme dan terorisme itu bisa masuk ke mana saja. Masyarakat harus tetap berwaspada. Kita harus membangun kerja sama bergandengan tangan dengan aparat," kata Boy Rafli di Timika, Sabtu.
Ia menyebut aktivitas atau kegiatan radikalisme dan terorisme bisa terjadi dimana saja, termasuk di wilayah Papua, sebagaimana diungkap aparat kepolisian belum lama ini di Merauke.
Setiap negara di dunia, katanya, harus berupaya mengantisipasi hal itu sebagai dampak dari propaganda jaringan teroris internasional seperti Alqaeda, ISIS dan Taliban.
"Mereka terus melakukan propaganda di seluruh dunia untuk mencari rekrutan baru. Papua tentu menjadi salah satu tempat yang sangat mungkin jaringan mereka bisa tumbuh dan berkembang. Makanya kemarin di Merauke aparat melakukan deteksi dini untuk mencegah aktivitas yang mengarah pada kekerasan," kata mantan Kapolda Papua itu.
Boy Rafli menyebut propaganda ideologi terorisme dan paham radikalisme sangat masif dilakukan melalui media sosial atau dunia maya.
Kelompok tersebut, katanya, senantiasa menyalahgunakan ajaran agama untuk tujuan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Baru-baru ini, Tim Densus 88 Anti Teror Mabes Polri menangkap 12 orang anggota jaringan teroris Ansharut Daulah yang hendak melakukan aksi terorisme di Kota Merauke.