Jayapura (ANTARA) - Seksi Wartawan Olahraga (Siwo) PWI Pusat mengharapkan jurnalis peliput Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI di Provinsi Papua dapat menulis berita tanpa menonjolkan sisi jurnalistik iba bagi para atlet disabilitas yang mengikutinya.
Penanggung jawab atau Koordinator Siwo PWI Pusat Abdul Munib di Jayapura, Kamis, mengatakan justru jurnalis harus menunjukkan dalam tulisannya bahwa meskipun penyandang disabilitas namun dapat berprestasi sebagai atlet Peparnas.
"Jurnalis peliput Peparnas dalam tulisannya dapat memberikan gambaran kepada masyarakat, meskipun atlet tersebut memiliki kekurangan namun dapat mencapai hal-hal yang belum tentu dilakukan oleh seseorang dengan fisik lengkap atau sempurna," katanya.
Menurut Munib, dalam menulis bagi atlet disabilitas ini, harus memperhatikan narasi dengan bahasa yang bermartabat.
"Dalam tulisan jurnalis, harus memberi dampak positif yakni memotivasi atlet lainnya untuk dapat lebih mengembangkan diri," ujarnya.
Dia menjelaskan maka dalam meliput Peparnas XVI Papua, jurnalis dapat menunjukkan keterbatasan atlet hanyalah sebatas fisik, namun jiwanya bebas dan bersemangat sehingga mampu mencapai tahap mengikuti pertandingan yang ada.
"Juga dibutuhkan jurnalistik jiwa untuk melihat perjuangan atlet disabilitas sehingga dapat dituangkan dalam tulisan yang bisa dibaca oleh masyarakat," katanya lagi.
Dia menambahkan dengan memahami apa yang harus ditulis maka pesan dari penyelenggaraan Peparnas yang diikuti para atlet disabilitas dapat tersampaikan kepada masyarakat secara maksimal.
Penanggung jawab atau Koordinator Siwo PWI Pusat Abdul Munib di Jayapura, Kamis, mengatakan justru jurnalis harus menunjukkan dalam tulisannya bahwa meskipun penyandang disabilitas namun dapat berprestasi sebagai atlet Peparnas.
"Jurnalis peliput Peparnas dalam tulisannya dapat memberikan gambaran kepada masyarakat, meskipun atlet tersebut memiliki kekurangan namun dapat mencapai hal-hal yang belum tentu dilakukan oleh seseorang dengan fisik lengkap atau sempurna," katanya.
Menurut Munib, dalam menulis bagi atlet disabilitas ini, harus memperhatikan narasi dengan bahasa yang bermartabat.
"Dalam tulisan jurnalis, harus memberi dampak positif yakni memotivasi atlet lainnya untuk dapat lebih mengembangkan diri," ujarnya.
Dia menjelaskan maka dalam meliput Peparnas XVI Papua, jurnalis dapat menunjukkan keterbatasan atlet hanyalah sebatas fisik, namun jiwanya bebas dan bersemangat sehingga mampu mencapai tahap mengikuti pertandingan yang ada.
"Juga dibutuhkan jurnalistik jiwa untuk melihat perjuangan atlet disabilitas sehingga dapat dituangkan dalam tulisan yang bisa dibaca oleh masyarakat," katanya lagi.
Dia menambahkan dengan memahami apa yang harus ditulis maka pesan dari penyelenggaraan Peparnas yang diikuti para atlet disabilitas dapat tersampaikan kepada masyarakat secara maksimal.