Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 Dokter Reisa Broto Asmoro mengemukakan penggunaan masker ganda efektif mencegah percikan droplet dari seseorang yang mengidap COVID-19 hingga 95 persen lebih.
"Penelitian Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat menyatakan bahwa paparan penerima berkurang secara maksimal, lebih dari 95 persen ketika sumber dan penerima dilengkapi dengan masker ganda,” ujar Reisa Broto Asmoro melalui pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Ahad.
Reisa mengatakan Presiden Joko Widodo kembali menyerukan gerakan Semua Wajib Masker atau Universal Masking sebagai bagian dari Kampanye 3M yang terus digalakkan demi pencegahan penyebaran virus COVID-19.
“Di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, seruan tersebut dikenal dengan ‘Universal Masking’. Maknanya, semua orang wajib memakai masker,” ujarnya.
Dokter Reisa yang juga Duta Adaptasi Kebiasaan Baru RI itu mengemukakan penelitian Dokter Derek Chu dan koleganya yang diterbitkan pada 1 Juni 2020 menyatakan bahwa memakai masker kain akan menurunkan risiko tertular hingga 45 persen. Sedangkan dengan masker bedah bisa turun ke tingkat 70 persen.
"Bersamaan dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), Pemerintah Indonesia juga menyatakan dimulainya kebiasaan memakai dua atau pakai masker ganda (double masking). Pemakaian masker dobel ini artinya memadukan masker bedah dilapisi dengan masker kain," katanya.
Masker tersebut, kata Reisa, memiliki daya saring yang tinggi berdasarkan hasil Penelitian Dr Emily Sickbert Bennet dan tim. "Penelitian tersebut membuktikan filtrasi masker dobel naik di atas 80 persen,” ujarnya.
Studi di CDC di Amerika Serikat, kata Reisa, juga meneliti fungsi masker menutupi bagian hidung dan mulut. Hasilnya, menunjukkan bahwa mengenakan masker yang pas dan benar di wajah dapat membantu membatasi penyebaran virus penyebab COVID-19.
"Masker medis secara substansial mengurangi tetesan droplet. Sedangkan pemakaian masker kain yang lebih erat dan pas di wajah, tanpa ada ruang yang terbuka, akan dapat menahan paparan partikel aerosol yang mungkin ada pada saat pemakainya berada di dalam ruang tertutup bersama dengan orang lain," katanya.
Penelitian CDC tersebut juga menunjukkan bahwa masker medis memang ditemukan lebih longgar daripada masker respirator seperti N95, namun efektivitas masker kain dan prosedur medis dapat ditingkatkan, kata Reisa.
Caranya, adalah dengan memastikan bahwa masker tersebut dipasang dengan baik, sesuai kontur wajah pemakai untuk mencegah kebocoran udara di sekitar tepi masker.
Juga disarankan untuk mengikat tali masker medis dengan bentuk simpul dan meratakan masker medis mengikuti bentuk wajah.
"Penelitian Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat menyatakan bahwa paparan penerima berkurang secara maksimal, lebih dari 95 persen ketika sumber dan penerima dilengkapi dengan masker ganda,” ujar Reisa Broto Asmoro melalui pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Ahad.
Reisa mengatakan Presiden Joko Widodo kembali menyerukan gerakan Semua Wajib Masker atau Universal Masking sebagai bagian dari Kampanye 3M yang terus digalakkan demi pencegahan penyebaran virus COVID-19.
“Di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, seruan tersebut dikenal dengan ‘Universal Masking’. Maknanya, semua orang wajib memakai masker,” ujarnya.
Dokter Reisa yang juga Duta Adaptasi Kebiasaan Baru RI itu mengemukakan penelitian Dokter Derek Chu dan koleganya yang diterbitkan pada 1 Juni 2020 menyatakan bahwa memakai masker kain akan menurunkan risiko tertular hingga 45 persen. Sedangkan dengan masker bedah bisa turun ke tingkat 70 persen.
"Bersamaan dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), Pemerintah Indonesia juga menyatakan dimulainya kebiasaan memakai dua atau pakai masker ganda (double masking). Pemakaian masker dobel ini artinya memadukan masker bedah dilapisi dengan masker kain," katanya.
Masker tersebut, kata Reisa, memiliki daya saring yang tinggi berdasarkan hasil Penelitian Dr Emily Sickbert Bennet dan tim. "Penelitian tersebut membuktikan filtrasi masker dobel naik di atas 80 persen,” ujarnya.
Studi di CDC di Amerika Serikat, kata Reisa, juga meneliti fungsi masker menutupi bagian hidung dan mulut. Hasilnya, menunjukkan bahwa mengenakan masker yang pas dan benar di wajah dapat membantu membatasi penyebaran virus penyebab COVID-19.
"Masker medis secara substansial mengurangi tetesan droplet. Sedangkan pemakaian masker kain yang lebih erat dan pas di wajah, tanpa ada ruang yang terbuka, akan dapat menahan paparan partikel aerosol yang mungkin ada pada saat pemakainya berada di dalam ruang tertutup bersama dengan orang lain," katanya.
Penelitian CDC tersebut juga menunjukkan bahwa masker medis memang ditemukan lebih longgar daripada masker respirator seperti N95, namun efektivitas masker kain dan prosedur medis dapat ditingkatkan, kata Reisa.
Caranya, adalah dengan memastikan bahwa masker tersebut dipasang dengan baik, sesuai kontur wajah pemakai untuk mencegah kebocoran udara di sekitar tepi masker.
Juga disarankan untuk mengikat tali masker medis dengan bentuk simpul dan meratakan masker medis mengikuti bentuk wajah.