Jakarta (ANTARA) - Bulu tangkis akhirnya merebut dua medali bagi Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020 lewat perjuangan pasangan ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu dan tunggal putra Anthony Ginting.
Catatan manis diukir Greysia/Apriyani yang berhasil menaklukkan Chen Qing Chen/Jia Yi Fan asal China di partai final dan sukses mempersembahkan medali emas pertama bagi Indonesia.
Dalam pertandingan final bulu tangkis ganda putri yang bergulir selama 55 menit di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang, Greysia/Apriyani memetik kemenangan dalam dua gim dengan skor 21-19, 21-15.
Secara head-to-head, Chen/Jia sebetulnya lebih unggul karena mereka merupakan pasangan nomor dua dunia, sedangkan Greysia/Apriyani berada di urutan keenam.
Chen/Jia juga unggul dengan agregat 6-3 dari total sembilan pertemuan mereka dengan Greysia/Apriyani.
Kedua pasangan itu terakhir kali bertemu di turnamen BWF World Tour Finals 2019. Laga tersebut dimenangkan oleh Chen/Jia.
Greysia/Apriyani mengaku masih tidak menyangka mereka bisa keluar sebagai juara dan mempersembahkan medali emas untuk Indonesia dalam ajang Olimpiade Tokyo 2020.
Mereka tidak hanya menjadi penyumbang emas pertama bagi tim Merah Putih di Olimpiade Tokyo, tetapi juga tercatat sebagai ganda putri pertama yang meraih medali emas di ajang Olimpiade.
"Sejujurnya saya masih tak menyangka bisa menjadi juara Olimpiade. Kami hanya mencoba menang poin demi poin. Tapi kami juga memang ingin sekali membuat sejarah bagi bulu tangkis Indonesia,” kata Greysia, dalam keterangan resmi Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Senin.
Mereka juga mengaku sempat "nervous" saat lawannya mengajukan "challenge" pada poin penentuan gim kedua.
"Kami nervous saat lawan meminta 'challenge'. Tapi kami tidak percaya ketika shuttlecock dinyatakan out dan menjadi poin bagi kami di akhir gim kedua. Kami benar-benar tidak menyangka. Rasanya bercampur aduk. Korea dan China adalah lawan yang kuat," ujar Greysia.
Atas kemenangan tersebut, Apriyani pun tak luput meluapkan kebahagiaannya, seraya mempersembahkan medali emasnya untuk orang tua serta ketiga kakaknya.
"Perjalanan kami panjang, dan saya harus belajar untuk mendewasakan diri. Hari ini kami mendapatkan semua, berkah dari Allah dan doa keluarga serta masyarakat Indonesia. Kami sangat senang dan Bahagia. Medali emas ini adalah impian saya. Medali emas ini untuk orang tua dan kakak saya," ungkap Apriyani.
Medali kedua bulu tangkis
Indonesia juga sukses mengamankan medali kedua dari cabang olahraga bulu tangkis Olimpiade Tokyo 2020 setelah Anthony Sinisuka Ginting memenangi laga penentuan perunggu melawan Kevin Cordon dari Guatemala di Musashino Forest Sport Plaza, Senin.
Medali perunggu dari sektor tunggal putra dimenangkan atlet peringkat lima dunia itu setelah berjibaku selama 38 menit dalam dua gim langsung 21-11, 21-13.
Dengan hasil ini, Ginting menorehkan prestasi tertinggi dalam karier bulu tangkisnya dengan memenangkan medali dari ajang Olimpiade perdananya.
Pebulu tangkis berusia 25 tahun itu tak mengalami kendala selama bertanding. Meski memainkan tempo lambat, namun Ginting tetap mampu memupuk angka dari lawannya.
Dibandingkan laga semifinal kontra Chen Long, Minggu (1/8) kemarin, Ginting terlihat lebih santai dalam bermain namun tetap menyajikan serangan yang sulit diatasi lawannya.
Atlet kelahiran Cimahi itu mengungkapkan rasa syukurnya setelah memenangkan medali perunggu dari Tokyo 2020 yang menjadi ajang Olimpiade perdananya.
"Pertama terima kasih kepada Tuhan. Ini Olimpiade pertama saya. Sebenarnya saya ingin (medali) emas, tapi lawan lebih tangguh. Saya sudah berusaha keras dan fokus untuk pertandingan hari ini. Saya senang dengan performa hari ini dan juga perolehan medali perunggu," kata Ginting lewat keterangan resmi BWF.
Ginting menceritakan bahwa keberhasilannya hari ini berkat strategi yang tepat dan memantau gaya permainan lawannya, Cordon dari laga sebelumnya.
"Saya coba menonton pertandingan terakhirnya (Cordon) lawan (Viktor) Axelsen. Saya ingin tahu bagaimana cara untuk melawan dia, beruntung saya bisa melalui hari ini dengan baik," ujar Ginting.
Perjuangan Ginting selama dua minggu di Tokyo akhirnya membuahkan hasil manis meski mengaku sangat kelelahan karena mengalokasikan seluruh daya fisik dan mentalnya pada ajang ini.
Raihan dua medali itu setidaknya mampu sedikit mengobati kekecewaan atlet-atlet lain yang kandas di Olimpiade, terutama bulu tangkis, seperti Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, Gregoria Mariska Tunjung, dan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.
The Daddies harus puas menempati peringkat keempat ganda putra Olimpiade Tokyo 2020 setelah kalah dari Aaron Chia/Soh Woi Yik (Malaysia) pada laga perebutan medali perunggu, Sabtu (31/7) lalu.
Mariska tersingkir di babak 16 besar bulu tangkis setelah dikalahkan Ratchanok Intanon, dari Thailand, sedangkan Praveen/Melati terhenti di perempat final usai dikalahkan pasangan nomor satu dunia asal China, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong.
Prestasi berbuah apresiasi
Kemenangan di dua nomor bulu tangkis itu tentu sangat membanggakan bangsa Indonesia, tak hanya para pecinta bulu tangkis. Apalagi, Greysia/Apriyani bisa membawa pulang medali emas pertama yang diraih di Olimpiade Tokyo.
Berbagai apresiasi dan ucapan selamat pun mengalir untuk para peraih medali itu, tak terkecuali dari Presiden RI Joko Widodo yang langsung menghubungi Greysia/Apriyani.
Melalui panggilan video yang dilakukan dari Indonesia, Presiden menyatakan kegembiraannya atas keberhasilan Greysia/Apriyani di Olimpiade Tokyo, Jepang.
"Selamat sore Greys dan Apri, saya mewakili seluruh rakyat Indonesia mengucapkan selamat atas keberhasilan emasnya, saya betul-betul senang banget, jujur saya bangga apalagi waktu lagu Indonesia Raya berkumandang," ujar Presiden, sebagaimana disaksikan melalui tayangan Youtube Sekretariat Presiden di Jakarta, Senin.
Kepala Negara menyatakan bangga karena Greysia dan Apriyani telah berhasil mempertahankan tradisi emas olimpiade bagi Indonesia.
Presiden juga sempat menanyakan proses pertandingan kepada Greysia dan Apriyani melalui sebuah perbincangan singkat.
Bahkan, Jokowi mengaku sempat tegang saat menonton pertandingan Greysia/Apriyani melawan Chen Qing Chen/Jia Yi Fan.
Duo Greysia dan Apriyani pun mengaku merasakan hal serupa, sambil terus menunjukkan medali emas yang diraihnya.
Secara terpisah, Chef de Mission Kontingen Indonesia untuk Olimpiade Tokyo 2020 Rosan P Roeslani turut mengapresiasi perjuangan Greysia/Apriyani yang sukses merebut medali emas.
"Penampilan Greysia/Apriyani membuat bangga kami semua, bahkan seluruh masyarakat Indonesia. Mereka berhasil membuat sejarah di Olimpiade Tokyo. Greysia/Apriyani menjadi penyumbang emas sekaligus ganda putri pertama yang mampu meraih medali emas di Olimpiad," kata Rosan.
Keberhasilan bulu tangkis sayangnya tak diikuti cabang olahraga angkat besi yang di hari yang sama ikut bertanding di Olimpiade Tokyo setelah Nurul Akmal gagal mempersembahkan medali kelas +87 kg.
Lifter asal Aceh itu harus puas finis di posisi kelima Grup A kelas +87kg putri cabang angkat besi Olimpiade Tokyo 2020 ketika secara bersamaan China kian dominan setelah menyabet emas di kelas tersebut.
Dengan tambahan dua medali, yakni satu emas dan satu perunggu itu, kontingen Indonesia naik ke peringkat ke-35 klasemen medali Olimpiade Tokyo, dengan total lima medali (satu emas, satu perak, dan tiga perunggu).
Catatan manis diukir Greysia/Apriyani yang berhasil menaklukkan Chen Qing Chen/Jia Yi Fan asal China di partai final dan sukses mempersembahkan medali emas pertama bagi Indonesia.
Dalam pertandingan final bulu tangkis ganda putri yang bergulir selama 55 menit di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang, Greysia/Apriyani memetik kemenangan dalam dua gim dengan skor 21-19, 21-15.
Secara head-to-head, Chen/Jia sebetulnya lebih unggul karena mereka merupakan pasangan nomor dua dunia, sedangkan Greysia/Apriyani berada di urutan keenam.
Chen/Jia juga unggul dengan agregat 6-3 dari total sembilan pertemuan mereka dengan Greysia/Apriyani.
Kedua pasangan itu terakhir kali bertemu di turnamen BWF World Tour Finals 2019. Laga tersebut dimenangkan oleh Chen/Jia.
Greysia/Apriyani mengaku masih tidak menyangka mereka bisa keluar sebagai juara dan mempersembahkan medali emas untuk Indonesia dalam ajang Olimpiade Tokyo 2020.
Mereka tidak hanya menjadi penyumbang emas pertama bagi tim Merah Putih di Olimpiade Tokyo, tetapi juga tercatat sebagai ganda putri pertama yang meraih medali emas di ajang Olimpiade.
"Sejujurnya saya masih tak menyangka bisa menjadi juara Olimpiade. Kami hanya mencoba menang poin demi poin. Tapi kami juga memang ingin sekali membuat sejarah bagi bulu tangkis Indonesia,” kata Greysia, dalam keterangan resmi Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Senin.
Mereka juga mengaku sempat "nervous" saat lawannya mengajukan "challenge" pada poin penentuan gim kedua.
"Kami nervous saat lawan meminta 'challenge'. Tapi kami tidak percaya ketika shuttlecock dinyatakan out dan menjadi poin bagi kami di akhir gim kedua. Kami benar-benar tidak menyangka. Rasanya bercampur aduk. Korea dan China adalah lawan yang kuat," ujar Greysia.
Atas kemenangan tersebut, Apriyani pun tak luput meluapkan kebahagiaannya, seraya mempersembahkan medali emasnya untuk orang tua serta ketiga kakaknya.
"Perjalanan kami panjang, dan saya harus belajar untuk mendewasakan diri. Hari ini kami mendapatkan semua, berkah dari Allah dan doa keluarga serta masyarakat Indonesia. Kami sangat senang dan Bahagia. Medali emas ini adalah impian saya. Medali emas ini untuk orang tua dan kakak saya," ungkap Apriyani.
Medali kedua bulu tangkis
Indonesia juga sukses mengamankan medali kedua dari cabang olahraga bulu tangkis Olimpiade Tokyo 2020 setelah Anthony Sinisuka Ginting memenangi laga penentuan perunggu melawan Kevin Cordon dari Guatemala di Musashino Forest Sport Plaza, Senin.
Medali perunggu dari sektor tunggal putra dimenangkan atlet peringkat lima dunia itu setelah berjibaku selama 38 menit dalam dua gim langsung 21-11, 21-13.
Dengan hasil ini, Ginting menorehkan prestasi tertinggi dalam karier bulu tangkisnya dengan memenangkan medali dari ajang Olimpiade perdananya.
Pebulu tangkis berusia 25 tahun itu tak mengalami kendala selama bertanding. Meski memainkan tempo lambat, namun Ginting tetap mampu memupuk angka dari lawannya.
Dibandingkan laga semifinal kontra Chen Long, Minggu (1/8) kemarin, Ginting terlihat lebih santai dalam bermain namun tetap menyajikan serangan yang sulit diatasi lawannya.
Atlet kelahiran Cimahi itu mengungkapkan rasa syukurnya setelah memenangkan medali perunggu dari Tokyo 2020 yang menjadi ajang Olimpiade perdananya.
"Pertama terima kasih kepada Tuhan. Ini Olimpiade pertama saya. Sebenarnya saya ingin (medali) emas, tapi lawan lebih tangguh. Saya sudah berusaha keras dan fokus untuk pertandingan hari ini. Saya senang dengan performa hari ini dan juga perolehan medali perunggu," kata Ginting lewat keterangan resmi BWF.
Ginting menceritakan bahwa keberhasilannya hari ini berkat strategi yang tepat dan memantau gaya permainan lawannya, Cordon dari laga sebelumnya.
"Saya coba menonton pertandingan terakhirnya (Cordon) lawan (Viktor) Axelsen. Saya ingin tahu bagaimana cara untuk melawan dia, beruntung saya bisa melalui hari ini dengan baik," ujar Ginting.
Perjuangan Ginting selama dua minggu di Tokyo akhirnya membuahkan hasil manis meski mengaku sangat kelelahan karena mengalokasikan seluruh daya fisik dan mentalnya pada ajang ini.
Raihan dua medali itu setidaknya mampu sedikit mengobati kekecewaan atlet-atlet lain yang kandas di Olimpiade, terutama bulu tangkis, seperti Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, Gregoria Mariska Tunjung, dan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.
The Daddies harus puas menempati peringkat keempat ganda putra Olimpiade Tokyo 2020 setelah kalah dari Aaron Chia/Soh Woi Yik (Malaysia) pada laga perebutan medali perunggu, Sabtu (31/7) lalu.
Mariska tersingkir di babak 16 besar bulu tangkis setelah dikalahkan Ratchanok Intanon, dari Thailand, sedangkan Praveen/Melati terhenti di perempat final usai dikalahkan pasangan nomor satu dunia asal China, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong.
Prestasi berbuah apresiasi
Kemenangan di dua nomor bulu tangkis itu tentu sangat membanggakan bangsa Indonesia, tak hanya para pecinta bulu tangkis. Apalagi, Greysia/Apriyani bisa membawa pulang medali emas pertama yang diraih di Olimpiade Tokyo.
Berbagai apresiasi dan ucapan selamat pun mengalir untuk para peraih medali itu, tak terkecuali dari Presiden RI Joko Widodo yang langsung menghubungi Greysia/Apriyani.
Melalui panggilan video yang dilakukan dari Indonesia, Presiden menyatakan kegembiraannya atas keberhasilan Greysia/Apriyani di Olimpiade Tokyo, Jepang.
"Selamat sore Greys dan Apri, saya mewakili seluruh rakyat Indonesia mengucapkan selamat atas keberhasilan emasnya, saya betul-betul senang banget, jujur saya bangga apalagi waktu lagu Indonesia Raya berkumandang," ujar Presiden, sebagaimana disaksikan melalui tayangan Youtube Sekretariat Presiden di Jakarta, Senin.
Kepala Negara menyatakan bangga karena Greysia dan Apriyani telah berhasil mempertahankan tradisi emas olimpiade bagi Indonesia.
Presiden juga sempat menanyakan proses pertandingan kepada Greysia dan Apriyani melalui sebuah perbincangan singkat.
Bahkan, Jokowi mengaku sempat tegang saat menonton pertandingan Greysia/Apriyani melawan Chen Qing Chen/Jia Yi Fan.
Duo Greysia dan Apriyani pun mengaku merasakan hal serupa, sambil terus menunjukkan medali emas yang diraihnya.
Secara terpisah, Chef de Mission Kontingen Indonesia untuk Olimpiade Tokyo 2020 Rosan P Roeslani turut mengapresiasi perjuangan Greysia/Apriyani yang sukses merebut medali emas.
"Penampilan Greysia/Apriyani membuat bangga kami semua, bahkan seluruh masyarakat Indonesia. Mereka berhasil membuat sejarah di Olimpiade Tokyo. Greysia/Apriyani menjadi penyumbang emas sekaligus ganda putri pertama yang mampu meraih medali emas di Olimpiad," kata Rosan.
Keberhasilan bulu tangkis sayangnya tak diikuti cabang olahraga angkat besi yang di hari yang sama ikut bertanding di Olimpiade Tokyo setelah Nurul Akmal gagal mempersembahkan medali kelas +87 kg.
Lifter asal Aceh itu harus puas finis di posisi kelima Grup A kelas +87kg putri cabang angkat besi Olimpiade Tokyo 2020 ketika secara bersamaan China kian dominan setelah menyabet emas di kelas tersebut.
Dengan tambahan dua medali, yakni satu emas dan satu perunggu itu, kontingen Indonesia naik ke peringkat ke-35 klasemen medali Olimpiade Tokyo, dengan total lima medali (satu emas, satu perak, dan tiga perunggu).