Manokwari (ANTARA) - Tokoh adat Biak bersama wakil lembaga kultur di Provinsi Papua Barat berharap kedamaian dan keamanan wilayah itu terjamin dari berbagai teror kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang berupaya menghambat pembangunan.
 
Kepala Suku Biak wilayah Provinsi Papua Barat Mananwir Hengky Korwa, melalui sambungan telepon, Senin, mengatakan bahwa kebrutalan kelompok bersenjata di Maybrat bukan bagian dari budaya orang asli Papua.
 
Dia berharap rangkaian peristiwa penyerangan terhadap petugas keamanan hingga menewaskan Sertu Anumerta Miskael Rumbiak putra asli Papua pada 20 Januari lalu merupakan tindakan tidak manusiawi yang melukai seluruh warga Biak di tanah Papua.
 
"Khusus kepada warga Biak di wilayah Papua Barat agar tetap tenang, tidak mudah terhasut, kita bersama mendukung penuh langkah penegakan hukum oleh aparat TNI-POLRI untuk menangkap para pelaku," ujar Mananwir Hengky Korwa.
 
Selanjutnya Semuel Kambuaya wakil masyarakat adat Maybrat di lembaga kultur Majelis Rakyat Papua Barat (MRPB) mendorong adanya dialog damai sebagai solusi menyelesaikan konflik bersenjata di daerah asalnya itu.
 
Ia menyatakan bahwa pembunuhan keji yang terjadi di wilayah Kabupaten Maybrat dengan menyasar pos-pos milik aparat keamanan, bukan budaya orang pribumi Maybrat.
 
"Bagian ini perlu saya luruskan, bahwa orang asli Maybrat cinta damai dan hidup penuh kasih sebagaimana didikan sejak nenek moyang kami,"kata Kambuaya.
 
Ia juga mengimbau kepada masyarakat adat kabupaten Maybrat agar tetap tenang, serahkan sepenuhnya peristiwa Kisor 2 September 2021 dan Aifat Timur 20 Januari 2022 kepada aparat penegak hukum.
 
"Sudah dua kali peristiwa penyerangan dan penembakan di daerah adat kami yang memakan korban jiwa, kami minta ini harus dihentikan dan biarkan daerah kami aman dan damai seperti sedia kala," harap Samuel Kambuaya.

Pewarta : Hans Arnold Kapisa
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024