Jayapura (ANTARA) - Memelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat di sekelilingnya, Babinsa Koramil 1708-03/Biak Barat Praka Elisa membantu pengrajin membuat perangkap ikan bertempat di Kampung Yomdori, Distrik Biak Barat, Kabupaten Biak Numfor.
Babinsa Koramil 1708-03/Biak Barat Praka Elisa dalam siaran pers kepada Antara di Jayapura, Sabtu, mengatakan pihaknya berkesempatan untuk belajar membuat perangkap ikan atau sering disebut bubu oleh masyarakat setempat.
"Bubu adalah alat sederhana untuk menangkap ikan biasanya terbuat dari bahan yang ada di alam seperti rotan, bambu maupun kawat jaring," katanya.
Menurut Praka Elisa, alat ini merupakan kerajinan dari masyarakat Kampung Yomdori, di mana biasanya hasil yang didapatkan digunakan untuk dijual maupun dikonsumsi sendiri.
"Alat ini digunakan sebagai pengganti jala, dan banyak digunakan masyarakat karena penggunaannya yang praktis hanya cukup ditenggelamkan ke sungai atau laut besoknya baru dicek kembali, hanya dalam proses pembuatannya dibutuhkan keterampilan khusus," ujarnya.
Dia menjelaskan pihaknya juga berpesan dalam aktivitas menangkap ikan agar masyarakat selalu hati-hati, selalu memperhatikan kondisi cuaca, jika cuaca buruk sebaiknya masyarakat tidak menangkap ikan, sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak dinginkan.
Sementara itu, salah satu warga Kampung Yomdori Martin mengatakan kerajinan membuat bubu tidak semudah yang dilihat atau seperti membalikkan telapak tangan di mana dalam proses pembuatannya dibutuhkan ketelitian, kesabaran dan kecermatan agar hasilnya bagus.
Babinsa Koramil 1708-03/Biak Barat Praka Elisa dalam siaran pers kepada Antara di Jayapura, Sabtu, mengatakan pihaknya berkesempatan untuk belajar membuat perangkap ikan atau sering disebut bubu oleh masyarakat setempat.
"Bubu adalah alat sederhana untuk menangkap ikan biasanya terbuat dari bahan yang ada di alam seperti rotan, bambu maupun kawat jaring," katanya.
Menurut Praka Elisa, alat ini merupakan kerajinan dari masyarakat Kampung Yomdori, di mana biasanya hasil yang didapatkan digunakan untuk dijual maupun dikonsumsi sendiri.
"Alat ini digunakan sebagai pengganti jala, dan banyak digunakan masyarakat karena penggunaannya yang praktis hanya cukup ditenggelamkan ke sungai atau laut besoknya baru dicek kembali, hanya dalam proses pembuatannya dibutuhkan keterampilan khusus," ujarnya.
Dia menjelaskan pihaknya juga berpesan dalam aktivitas menangkap ikan agar masyarakat selalu hati-hati, selalu memperhatikan kondisi cuaca, jika cuaca buruk sebaiknya masyarakat tidak menangkap ikan, sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak dinginkan.
Sementara itu, salah satu warga Kampung Yomdori Martin mengatakan kerajinan membuat bubu tidak semudah yang dilihat atau seperti membalikkan telapak tangan di mana dalam proses pembuatannya dibutuhkan ketelitian, kesabaran dan kecermatan agar hasilnya bagus.