Sentani (ANTARA) - Panitia Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI di Kampung Dondai, Kabupaten Jayapura, Papua menyajikan kuliner khas masyarakat Sentani kepada peserta sarasehan di wilayah itu.
Panitia bidang konsumsi saresehan di Kampung Dondai, Weli Daimoe dalam siaran pers yang diterima Antara di Jayapura, Rabu, mengatakan makanan tradisional yang disiapkan berupa papeda, ikan, ubi-ubian, sayur dan lainnya ternyata cukup disukai para tamu yang hadiri.
Menurut Weli, kuliner tradisional seperti papeda juga menjadi favorit peserta KMAN.
Apalagi kata dia, cara penyajiannya berbeda karena menggunakan wadah dari tanah liat atau dalam bahasa lolak Fi Helay.
"Fi Helay memiliki tampilan sajian yang cukup menarik karena papeda disajikan dalam wadah tanah liat berbentuk loyang," katanya.
Dia menjelaskan dalam bahasa lokal loyang tanah liat itu disebut "helay", wadah Kuno yang di wariskan secara turun temurun dari para leluhur masyarakat adat kampung Dondai.
Selain itu kata dia, wadah dari tanah liat itu memiliki hiasan berupa lukisan berukuran kecil dan halus di sampingnya.
"Lingkar bagian bawah wadah itu dibuat dengan anyaman rotan, sebagai penahan keseimbangan di bagian bawah," ujarnya.
Dia menambahkan papeda yang dibuat di dalam wadah itu (helay) panasnya akan bertahan cukup lama.
"Itu sudah jadi tradisi bagi kami di sini dan selama sarasehan yang berlangsung papeda akan menjadi menu utama dalam penyajian makan untuk peserta selain itu diselingi dengan makan lokal yang lain," katanya lagi.
Panitia bidang konsumsi saresehan di Kampung Dondai, Weli Daimoe dalam siaran pers yang diterima Antara di Jayapura, Rabu, mengatakan makanan tradisional yang disiapkan berupa papeda, ikan, ubi-ubian, sayur dan lainnya ternyata cukup disukai para tamu yang hadiri.
Menurut Weli, kuliner tradisional seperti papeda juga menjadi favorit peserta KMAN.
Apalagi kata dia, cara penyajiannya berbeda karena menggunakan wadah dari tanah liat atau dalam bahasa lolak Fi Helay.
"Fi Helay memiliki tampilan sajian yang cukup menarik karena papeda disajikan dalam wadah tanah liat berbentuk loyang," katanya.
Dia menjelaskan dalam bahasa lokal loyang tanah liat itu disebut "helay", wadah Kuno yang di wariskan secara turun temurun dari para leluhur masyarakat adat kampung Dondai.
Selain itu kata dia, wadah dari tanah liat itu memiliki hiasan berupa lukisan berukuran kecil dan halus di sampingnya.
"Lingkar bagian bawah wadah itu dibuat dengan anyaman rotan, sebagai penahan keseimbangan di bagian bawah," ujarnya.
Dia menambahkan papeda yang dibuat di dalam wadah itu (helay) panasnya akan bertahan cukup lama.
"Itu sudah jadi tradisi bagi kami di sini dan selama sarasehan yang berlangsung papeda akan menjadi menu utama dalam penyajian makan untuk peserta selain itu diselingi dengan makan lokal yang lain," katanya lagi.