Jayapura (ANTARA) - Akademi sepak bola buatan PT Freeport Indonesia (PTFI) yang bermarkas di Mimika Sport Complex, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah bernama Papua Football Academy atau PFA mendidik para siswanya dengan menerapkan metode sepak bola modern.
Selain mendapatkan bimbingan dan didampingi oleh pelatih kepala, asisten pelatih, pelatih fisik dan fisioterapis para siswa PFA juga mendapatkan ilmu tambahan dari video analis yang bertujuan untuk menganalisa dan mengevaluasi performa mereka sendiri saat berlatih maupun setelah pertandingan.
Video Analis PFA Phaksy Sukowati saat dihubungi dari Jayapura, Jumat, mengatakan analisis video sangat diperlukan oleh pemain di era sepak bola modern terutama pada level akademi.
"Apalagi PFA menganut konsep sepak bola modern sehingga analisis video saat berlatih dan setelah pertandingan sangat diperlukan," katanya.
Menurut Sukowati, dengan membiasakan para siswa untuk menonton rekaman video performa, mereka bisa melihat apa saja kekurangan yang perlu dibenahi supaya sesuai dengan prinsip bermain sepak bola yang baik, dan juga bagaimana progres siswa bermain secara individual maupun secara tim.
"Jadi melalui video bisa menjadi gambaran untuk mengevaluasi dan mereka juga bisa melihat apa saja kekurangan mereka," ujarnya.
Pelatih kepala Papua Fooball Academy, Ardiles Rumbiak mengatakan selain rutinitas latihan dan sekolah, para siswa juga dilatih untuk menganalisa performa agar bisa memahami posisi bermain dan evaluasi taktik.
"Di usia mereka yang masih 13 sampai 14 tahun itu kami memang lebih fokus kepada individu pemain, bagaimana mereka mengerti bermain di posisi itu yang paling penting untuk kami siapkan," katanya.
Sementara itu, Asisten Pelatih Melky Papare mengatakan pihaknya berharap melalui penerapan metode sepak bola modern akan membawa progres positif bagi para siswa untuk menjadi lebih baik ke depan dalam mengolah si kulit bundar.
"Ketika mereka menyaksikan video rekaman itu pastinya mereka bisa melihat sendiri performa mereka sehingga bisa melihat kekurangan dan menjadi bahan evaluasi untuk progres mereka ke depannya," katanya.
Sebanyak 30 siswa PFA yang didapat dari hasil pencarian bakat di tiga kota yakni Kota Jayapura, Mimika dan Merauke akan dibentuk untuk menjadi pesepakbola berkualitas di masa depan untuk Indonesia.
Mereka berlatih setiap dua jam pada pagi hari pukul 08.00 WIT hingga 10.00 WIT dan bersekolah di sore hari selama dua jam dari pukul 14.30 WIT sampai 16.30 WIT dengan metode homeschooling atau sekolah rumah.
Selain mendapatkan bimbingan dan didampingi oleh pelatih kepala, asisten pelatih, pelatih fisik dan fisioterapis para siswa PFA juga mendapatkan ilmu tambahan dari video analis yang bertujuan untuk menganalisa dan mengevaluasi performa mereka sendiri saat berlatih maupun setelah pertandingan.
Video Analis PFA Phaksy Sukowati saat dihubungi dari Jayapura, Jumat, mengatakan analisis video sangat diperlukan oleh pemain di era sepak bola modern terutama pada level akademi.
"Apalagi PFA menganut konsep sepak bola modern sehingga analisis video saat berlatih dan setelah pertandingan sangat diperlukan," katanya.
Menurut Sukowati, dengan membiasakan para siswa untuk menonton rekaman video performa, mereka bisa melihat apa saja kekurangan yang perlu dibenahi supaya sesuai dengan prinsip bermain sepak bola yang baik, dan juga bagaimana progres siswa bermain secara individual maupun secara tim.
"Jadi melalui video bisa menjadi gambaran untuk mengevaluasi dan mereka juga bisa melihat apa saja kekurangan mereka," ujarnya.
Pelatih kepala Papua Fooball Academy, Ardiles Rumbiak mengatakan selain rutinitas latihan dan sekolah, para siswa juga dilatih untuk menganalisa performa agar bisa memahami posisi bermain dan evaluasi taktik.
"Di usia mereka yang masih 13 sampai 14 tahun itu kami memang lebih fokus kepada individu pemain, bagaimana mereka mengerti bermain di posisi itu yang paling penting untuk kami siapkan," katanya.
Sementara itu, Asisten Pelatih Melky Papare mengatakan pihaknya berharap melalui penerapan metode sepak bola modern akan membawa progres positif bagi para siswa untuk menjadi lebih baik ke depan dalam mengolah si kulit bundar.
"Ketika mereka menyaksikan video rekaman itu pastinya mereka bisa melihat sendiri performa mereka sehingga bisa melihat kekurangan dan menjadi bahan evaluasi untuk progres mereka ke depannya," katanya.
Sebanyak 30 siswa PFA yang didapat dari hasil pencarian bakat di tiga kota yakni Kota Jayapura, Mimika dan Merauke akan dibentuk untuk menjadi pesepakbola berkualitas di masa depan untuk Indonesia.
Mereka berlatih setiap dua jam pada pagi hari pukul 08.00 WIT hingga 10.00 WIT dan bersekolah di sore hari selama dua jam dari pukul 14.30 WIT sampai 16.30 WIT dengan metode homeschooling atau sekolah rumah.