Biak (ANTARA) - Provinsi Papua selain memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah, warga masyarakatnya yang terdiri atas berbagai etnis, suku, budaya, dan agama itu juga dikenal toleran. Kemampuan warga menjaga nilai-nilai kebersamaan tersebut menjadi modal penting bagi Bumi Cenderawasih ini dalam menatap masa depannya.

Wujud dari implementasi nilai-nilai toleransi beragama bagi masyarakat Papua, terutama di Kabupaten Biak Numfor, dengan mudah dijumpai dalam keseharian di lingkungan rumah tinggal warga maupun di lingkungan kerja bagi aparatus sipil negara atau pekerja swasta.

Misalnya, toleransi beragama diperlihatkan warga Kabupaten Biak Numfor. Walaupun berbeda keyakinan, mereka tetap saling menghormati dan menghargai cara beribadah sesuai agama yang dianut.

Implementasi toleransi kehidupan beragama terlihat nyata pada saat umat Kristiani menyelenggarakan pawai obor Fajar Paskah sebagai rangkaian ibadah Paskah. Kala itu, kumandang azan di masjid tidak disuarakan melalui pelantang luar masjid.

Begitu juga di waktu umat Kristiani melaksanakan ibadah Natal di lingkungan kerja atau organisasi kemasyarakatan, maka yang menjadi panitia pelaksana perayaan Natal berasal dari warga Muslim.

Nilai toleransi beragama bagi masyarakat di Tanah Papua sudah menjadi komitmen bersama yang harus dijaga. Warga Biak Numfor selama ini telah memperlihatkan implementasi hubungan persaudaraan antarumat beragama dan praktik ini sudah menyatu dalam kehidupan sehari-hari.

Bupati Biak Numfor Herry Ario Naap memuji penerapan nilai toleransi beragama oleh masyarakat Papua yang tinggi karena antarpemeluk agama saling menghormati dan menghargai perbedaan.

Pemerintah Kabupaten Biak Numfor, Papua, memberikan apresiasi kepada warga masyarakat yang menerapkan toleransi beragama.

"Perwujudan nilai toleransi beragama yang diperlihatkan umat Islam di Kabupaten Biak Numfor telah nyata dalam mendukung kegiatan keagamaan umat Kristiani saat pawai obor Fajar Paskah," kata Herry Ario Naap.

Penerapan kerukunan umat beragama dengan mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat sehingga Pemkab Biak Numfor bangga karena toleransi benar-benar diwujudkan dalam keseharian.

Peran organisasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Majelis Ulama Indonesia, lembaga gereja, tokoh adat, dan pemerintah menjadi kunci terciptanya kerukunan umat beragama di daerah ini.

Ajaran toleransi beragama yang telah melekat dengan pemeluk agama apapun di Biak Numfor, kata Herry Naap, hendaknya terus dijaga bersama karena hal itu modal utama membangun daerah untuk lebih maju, sejahtera, dan mandiri.

"Pemerintah daerah terus mengajak warga Kabupaten Biak Numfor untuk merawat nilai kerukunan antarumat beragama di lingkungan tempat tinggal," harap Bupati Biak Numfor Herry Naap.

Model toleransi

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Papua K.H. Syaiful Islam Al Payage meminta umat Islam di Kabupaten Biak Numfor tetap menjaga hubungan dan toleransi umat beragama di tengah masyarakat yang beragam guna mewujudkan Papua Zona Damai.

Payage menilai, masyarakat di Tanah Papua, khususnya Kabupaten Biak Numfor, dapat merawat kebinekaan dan menjaga nilai-nilai toleransi kerukunan umat beragama karena daerah ini dijadikan model percontohan toleransi beragama bagi daerah lain di Indonesia.

Para pemimpin agama di Tanah Papua yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama, dinilainya intens berkomunikasi dalam menyikapi perkembangan situasi masalah sosial kemasyarakatan di Papua.

Ia berharap warga Muslim di Kabupaten Biak Numfor Papua tidak mudah terhasut dengan berbagai informasi yang tidak benar (hoaks) yang dapat memecah belah kerukunan umat beragama di Papua yang sudah kondusif.

"Jika mendapatkan informasi yang dinilai tak benar dalam lingkungan masyarakat bisa melaporkan kepada aparat berwenang untuk dilakukan penanganan guna mengantisipasi hal-hal yang tidak kita inginkan," ujarnya.

Sementara, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Biak Numfor Pendeta Mickhael Kapisa mengakui keharmonisan antarumat beragama di Biak Numfor itu indah dan terlihat pada waktu umat Kristiani sedang melakukan perayaan Natal dan Tahun Baru 2023.

"Masing-masing warga Biak Numfor yang berbeda keyakinan tetapi bisa bersatu melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan hingga ikut bersama untuk merayakan Natal dan Tahun Baru 2023," ujar Kapisa.

Ia mengajak semua umat beragama untuk terus merawat dan menjaga kehidupan antar umat Kabupaten Biak Numfor agar selalu harmonis dalam setiap kegiatan agama dan sosial kemasyarakatan.

FKUB Biak bersama pemerintah dan semua umat beragama untuk senantiasa mempertahankan toleransi kehidupan beragama di tengah masyarakat Kabupaten Biak Numfor.

Komitmen bersama

Akademisi Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Biak Dr. Muslim Lobubun, M.H. menilai, implementasi nilai kerukunan umat beragama di Kabupaten Biak Numfor sangat bagus karena telah menjadi komitmen bersama untuk menjaga daerah ini tetap selalu kondusif dan aman.

Kokohnya nilai toleransi beragama di tengah masyarakat, menurut dia, tidak terlepas dari peran langsung para tokoh adat, agama, dan aparat pemerintah, serta bupati sebagai pengambil kebijakan. Mereka menjadi kunci utama menjaga Tanah Papua aman dan nyaman.

"Dalam kehidupan sehari-hari, implementasi toleransi beragama mudah dijumpai di lingkungan keseharian masyarakat di Kabupaten Biak Numfor," katanya.

Menjaga hubungan dan toleransi antarumat beragama menjadi modal penting bagi Kabupaten Biak Numfor untuk membangun berbagai sektor pembangunan. Pada akhirnya, toleransi dan kerukunan warga bakal membawa kesejahteraan bagi warga masyarakat Biak Numfor.






 

Pewarta : Muhsidin
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024