Jayapura (ANTARA) - Kodam XVII/Cenderawasih mengharapkan semua elemen masyarakat tidak terpengaruh ajakan kelompok kriminal bersenjata (KKB) untuk melakukan perlawanan terhadap aparat TNI maupun Polri.

Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Cenderawasih Kolonel Kav Herman Taryaman dalam siaran pers di Jayapura, Selasa, mengatakan kini terkuak KKB tidak hanya menggunakan warga, baik perempuan maupun anak-anak dijadikan tameng, namun mengajak para pelajar SMP/SMA untuk menyerang prajurit TNI yang sedang bertugas, salah satunya saat melaksanakan pencarian Pilot Susi Air di Nduga maupun wilayah lain di Papua.

"Bukan hanya dengan provokatif di media sosial (medsos), namun mengajak secara langsung dengan mendatangi para pelajar SMP/SMA untuk menyerang aparat TNI yang sedang bertugas," katanya.

Menurut dia, hal ini sangat disesalkan sehingga tidak salah apabila warga di Kabupaten Nduga maupun Intan Jaya dan daerah lainnya mulai melakukan perlawanan kepada gerombolan tersebut karena keluarga ataupun anak-anaknya menjadi tumbal KKB.

"Kita semua harus berhati-hati dengan ajakan KKB terhadap para pelajar di mana jika ditemukan hal seperti itu maka harus dilaporkan dan jangan sampai terpengaruh," ujarnya.

Dia menjelaskan daerah yang dikuasai KKB sulit dijangkau bahkan oleh pemerintah, terutama di tingkat distrik yang menjadi basis kelompok tersebut, di mana jika dilihat peran kepala distrik maupun kepala kampung cenderung tidak berjalan.

"Seperti kejadian sesaat sebelum penyanderaan Pilot Susi Air, yakni adanya pembangunan puskesmas itu saja diganggu, sekolah-sekolah (tempat pendidikan) dibakar dengan alasan apabila ada masyarakat menjadi pintar maka tidak akan bisa dipengaruhi lagi untuk bersama-sama memberontak dengan tujuan makar atau separatis," kata Herman.

Dia menambahkan cara-cara KKB memang licik karena selalu menyerang TNI atau Polri ketika melakukan penegakan hukum sehingga setiap dihadapi untuk ditangkap selalu menggunakan mama-mama dan anak-anak yang ditampilkan di depan sebagai tameng karena beralasan aparat keamanan tidak mungkin mau berhadapan dengan perempuan dan anak.

"Terkait cara perekrutan yang dilakukan dengan mengintimidasi warga dan tidak memperbolehkan anak-anak bersekolah, bahkan justru dipaksa untuk bergabung dengan gerombolan KKB," ujarnya lagi.

Pewarta : Hendrina Dian Kandipi
Editor : Editor Papua
Copyright © ANTARA 2024