Biak (ANTARA) - Kampung Binsari, Distrik Samofa, Kabupaten Biak Numfor, Papua, saat ini disiapkan menjadi desa wisata. Kampung ini memiliki daya tarik wisatawan mengingat menyimpan jejak sejarah Perang Dunia II, salah satunya Goa Jepang.
Goa Jepang dalam bahasa Biak disebut Goa Abyab Binsari yang berarti Gua Nenek. Cerita turun-temurun dari warga setempat, dulu di gua itu hidup seorang nenek. Namun, saat tentara Jepang datang ke dalam gua, sang nenek menghilang tanpa jejak.
Goa Jepang memang natural karena terbentuk oleh alam. Gua ini sering digunakan masyarakat untuk beristirahat dan mengambil air untuk keperluan sehari-hari.
Saat tentara Jepang tinggal di dalam gua, lokasi itu juga dijadikan pusat logistik sekaligus tempat persembunyian tentara Jepang pada Perang Dunia II di bawah komando Kolonel Kozume.
Namun, lokasi tersebut diketahui oleh Sekutu, maka pada 7 Juni 1944, pasukan Sekutu menjatuhkan bom dan drum-drum yang berisi bahan bakar di atas gua. Akibatnya, sekitar 3.000 tentara Jepang dilaporkan meninggal dunia.
Menjaga kearifan lokal
Ketua Tim II Direktorat Pengembangan Destinasi Deputi Bidang Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf Anastasia Manuela menyatakan Pemerintah melalui pendampingan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif untuk mengembangkan desa wisata yang bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi kampung.
Aktivitas desa wisata dapat memberikan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya, serta memajukan kebudayaan dan menjaga kearifan lokal.
Pengembangan desa wisata juga merupakan salah satu bentuk percepatan pembangunan kampung secara terpadu untuk mendorong transformasi sosial, budaya, dan ekonomi desa secara berkelanjutan.
Sektor pariwisata sebagai salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan perjalanan wisatawan Nusantara.
Selain itu, juga meningkatkan penerimaan devisa dari sektor pariwisata, penyerapan tenaga kerja, dan kenaikan indeks daya saing pariwisata Indonesia di ranah global.
Oleh karena itu, diperlukan kepekaan khusus untuk menangkap potensi peluang ekonomi kampung wisata di Kabupaten Biak Numfor.
Program Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif bersama Dinas Pariwisata Kabupaten Biak Numfor tahun 2023 telah merintis lima desa wisata, salah satunya Kampung Binsari.
Staf Ahli Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua Jimy E. Mehue menyebutkan Kampung Binsari dirintis menjadi desa wisata di karena berpotensi menarik wisatawan untuk kunjungi sejarah peninggalan Perang Dunia II.
Desa wisata disebut memenuhi tiga komponen untuk membangun desa wisata, yaitu memiliki potensi wisata, kedua minat dan kesiapan masyarakat terhadap pengembangan destinasi wisata setempat, dan ketiga memiliki keunikan konsep desa wisata.
Sementara dari sisi positif pengembangan desa wisata, ada atraksi sebagai daya tarik utama kampung wisata.
Wisata sejarah
Dinas Pariwisata Biak menyebut desa wisata memiliki amenitas sebagai fasilitas pendukung serta aksesibilitas yang dapat diartikan sebagai beragam hal yang berkaitan dengan akses wisatawan ketika hendak berkunjung ke kampung wisata.
"Dinas Pariwisata sangat optimistis Kampung Binsari, yang memiliki Goa Jepang sebagai sejarah peninggalan Perang Dunia II, menjadi desa wisata Biak Numfor," kata Kadis Pariwisata Biak Onny Dangeubun kepada ANTARA.
Karena Pulau Biak punya masa lalu menjadi tempat pertempuran serdadu Jepang dengan pasukan Sekutu AS sehingga daerah ini banyak menyimpan jejak sejarah yang dapat menjadi destinasi objek wisata unggulan.
Kawasan Goa Jepang harus tetap terlindungi dengan baik karena daerah itu merupakan warisan situs bersejarah dimiliki Kabupaten Biak Numfor.
"Sampai saat ini Goa Jepang masih menjadi tujuan wisata sejarah bagi wisatawan mancanegara terutama turis dari Jepang bersama keluarganya," katanya.
Selain itu lokasi Goa Jepang, setiap hari juga menjadi tempat destinasi wisata sejarah eks Pwrang Dunia II bagi wisatawan Nusantara.
Untuk pengembangan pariwisata daerah ke depan, Kampung Binsari sebagai kawasan bersejarah jejak peninggalan Perang Dunia II sedang dirintis untuk ditetapkan sebagai kampung wisata untuk menopang sektor pariwisata dan kebudayaan orang asli Papua.
Terkait dengan kontribusi kampung wisata terhadap penerimaan pendapatan asli daerah (PAD), karena masih dalam rintisan menjadi kampung wisata sehingga sepenuhnya dikelola masyarakat adat sebagai pemilik hak ulayat objek wisata.
Ke depan jika status kampung wisata sudah menjadi mandiri, maka harus lebih profesional dikelola dengan menarik retribusi bagi pengunjung, bekerja sama dengan dinas terkait di Kabupaten Biak Numfor.
Meski belum memberi PAD, Dinas Pariwisata bersama mitra CSR BUMN membangun fasilitas sarana prasarana di kampung wisata, seperti toilet, pembangunan gapura Goa Jepang, hingga pembangunan tempat istirahat bernuansa rumah adat Rumsram.
Desa wisata ini juga merupakan tempat ideal untuk belajar tentang kearifan lokal.
Keunggulan lain desa wisata yakni dapat memberikan beberapa dampak positif bertambahnya lapangan pekerjaan yang dapat mengurangi pengangguran di kampung.
Selain itu, juga memberi keuntungan desa wisata, meningkatnya pertumbuhan ekonomi, terpeliharanya kelestarian alam, sumber daya dan kebudayaan hingga terciptanya sarana prasarana infrastruktur yang mumpuni karena memiliki sertifikat CHSE (Clean, Health, Safety, and Environment).
Sertifikasi ini meningkatkan kepercayaan para pengunjung terhadap destinasi desa wisata.
Pengelola objek wisata Goa Jepang Binsari Yusuf R, mengatakan, lokasi objek wisata Goa Jepang Binsari terbuka untuk umum melayani wisatawan yang berkunjung.
Jumlah kunjungan tempat wisata Goa Jepang pascapandemi COVID-19 pada 2021 hingga triwulan Tahun 2023 bervariasi.
Data pada tahun 2021--karena masih pandemi COVID-19-- jumlah pengunjung ke Goa Jepang Binsari tercatat 709 orang. Lalu pada tahun 2022, jumlah wisatawan ke Goa Jepang tercatat 873 orang, dan hingga September 2023, jumlah wisatawan mencapai 915 orang.
Manfaat ekonomi bagi warga sekitar destinasi wisata Goa Jepang dari kunjungan wisatawan dengan menjual makanan dan minuman dikelola badan usaha desa (BumDes) yang menyediakan konsumsi untuk pengunjung.
BumDes Binsari diberikan kewenangan mengelola kedai kuliner, minuman, dan tempat parkir kendaraan yang ada sekitar permukiman warga.
Adapun retribusi masuk kampung wisata itu rata-rata Rp25 ribu/orang, untuk wisatawan mancanegara dibayar per paket kunjungan dengan harga bervariasi sesuai kesepakatan dengan pemandu wisata lokal.
Warga yang bermukim di sekitar Goa Jepang ada yang berjualan buah pinang, sirih, serta aneka kuliner dan hiasan.
Kampung Binsari tidak hanya sebagai tujuan wisata, tetapi juga menjadi garda depan untuk menjaga kearifan budaya lokal masyarakat adat Suku Biak.
Goa Jepang dalam bahasa Biak disebut Goa Abyab Binsari yang berarti Gua Nenek. Cerita turun-temurun dari warga setempat, dulu di gua itu hidup seorang nenek. Namun, saat tentara Jepang datang ke dalam gua, sang nenek menghilang tanpa jejak.
Goa Jepang memang natural karena terbentuk oleh alam. Gua ini sering digunakan masyarakat untuk beristirahat dan mengambil air untuk keperluan sehari-hari.
Saat tentara Jepang tinggal di dalam gua, lokasi itu juga dijadikan pusat logistik sekaligus tempat persembunyian tentara Jepang pada Perang Dunia II di bawah komando Kolonel Kozume.
Namun, lokasi tersebut diketahui oleh Sekutu, maka pada 7 Juni 1944, pasukan Sekutu menjatuhkan bom dan drum-drum yang berisi bahan bakar di atas gua. Akibatnya, sekitar 3.000 tentara Jepang dilaporkan meninggal dunia.
Menjaga kearifan lokal
Ketua Tim II Direktorat Pengembangan Destinasi Deputi Bidang Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf Anastasia Manuela menyatakan Pemerintah melalui pendampingan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif untuk mengembangkan desa wisata yang bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi kampung.
Aktivitas desa wisata dapat memberikan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya, serta memajukan kebudayaan dan menjaga kearifan lokal.
Pengembangan desa wisata juga merupakan salah satu bentuk percepatan pembangunan kampung secara terpadu untuk mendorong transformasi sosial, budaya, dan ekonomi desa secara berkelanjutan.
Sektor pariwisata sebagai salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan perjalanan wisatawan Nusantara.
Selain itu, juga meningkatkan penerimaan devisa dari sektor pariwisata, penyerapan tenaga kerja, dan kenaikan indeks daya saing pariwisata Indonesia di ranah global.
Oleh karena itu, diperlukan kepekaan khusus untuk menangkap potensi peluang ekonomi kampung wisata di Kabupaten Biak Numfor.
Program Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif bersama Dinas Pariwisata Kabupaten Biak Numfor tahun 2023 telah merintis lima desa wisata, salah satunya Kampung Binsari.
Staf Ahli Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua Jimy E. Mehue menyebutkan Kampung Binsari dirintis menjadi desa wisata di karena berpotensi menarik wisatawan untuk kunjungi sejarah peninggalan Perang Dunia II.
Desa wisata disebut memenuhi tiga komponen untuk membangun desa wisata, yaitu memiliki potensi wisata, kedua minat dan kesiapan masyarakat terhadap pengembangan destinasi wisata setempat, dan ketiga memiliki keunikan konsep desa wisata.
Sementara dari sisi positif pengembangan desa wisata, ada atraksi sebagai daya tarik utama kampung wisata.
Wisata sejarah
Dinas Pariwisata Biak menyebut desa wisata memiliki amenitas sebagai fasilitas pendukung serta aksesibilitas yang dapat diartikan sebagai beragam hal yang berkaitan dengan akses wisatawan ketika hendak berkunjung ke kampung wisata.
"Dinas Pariwisata sangat optimistis Kampung Binsari, yang memiliki Goa Jepang sebagai sejarah peninggalan Perang Dunia II, menjadi desa wisata Biak Numfor," kata Kadis Pariwisata Biak Onny Dangeubun kepada ANTARA.
Karena Pulau Biak punya masa lalu menjadi tempat pertempuran serdadu Jepang dengan pasukan Sekutu AS sehingga daerah ini banyak menyimpan jejak sejarah yang dapat menjadi destinasi objek wisata unggulan.
Kawasan Goa Jepang harus tetap terlindungi dengan baik karena daerah itu merupakan warisan situs bersejarah dimiliki Kabupaten Biak Numfor.
"Sampai saat ini Goa Jepang masih menjadi tujuan wisata sejarah bagi wisatawan mancanegara terutama turis dari Jepang bersama keluarganya," katanya.
Selain itu lokasi Goa Jepang, setiap hari juga menjadi tempat destinasi wisata sejarah eks Pwrang Dunia II bagi wisatawan Nusantara.
Untuk pengembangan pariwisata daerah ke depan, Kampung Binsari sebagai kawasan bersejarah jejak peninggalan Perang Dunia II sedang dirintis untuk ditetapkan sebagai kampung wisata untuk menopang sektor pariwisata dan kebudayaan orang asli Papua.
Terkait dengan kontribusi kampung wisata terhadap penerimaan pendapatan asli daerah (PAD), karena masih dalam rintisan menjadi kampung wisata sehingga sepenuhnya dikelola masyarakat adat sebagai pemilik hak ulayat objek wisata.
Ke depan jika status kampung wisata sudah menjadi mandiri, maka harus lebih profesional dikelola dengan menarik retribusi bagi pengunjung, bekerja sama dengan dinas terkait di Kabupaten Biak Numfor.
Meski belum memberi PAD, Dinas Pariwisata bersama mitra CSR BUMN membangun fasilitas sarana prasarana di kampung wisata, seperti toilet, pembangunan gapura Goa Jepang, hingga pembangunan tempat istirahat bernuansa rumah adat Rumsram.
Desa wisata ini juga merupakan tempat ideal untuk belajar tentang kearifan lokal.
Keunggulan lain desa wisata yakni dapat memberikan beberapa dampak positif bertambahnya lapangan pekerjaan yang dapat mengurangi pengangguran di kampung.
Selain itu, juga memberi keuntungan desa wisata, meningkatnya pertumbuhan ekonomi, terpeliharanya kelestarian alam, sumber daya dan kebudayaan hingga terciptanya sarana prasarana infrastruktur yang mumpuni karena memiliki sertifikat CHSE (Clean, Health, Safety, and Environment).
Sertifikasi ini meningkatkan kepercayaan para pengunjung terhadap destinasi desa wisata.
Pengelola objek wisata Goa Jepang Binsari Yusuf R, mengatakan, lokasi objek wisata Goa Jepang Binsari terbuka untuk umum melayani wisatawan yang berkunjung.
Jumlah kunjungan tempat wisata Goa Jepang pascapandemi COVID-19 pada 2021 hingga triwulan Tahun 2023 bervariasi.
Data pada tahun 2021--karena masih pandemi COVID-19-- jumlah pengunjung ke Goa Jepang Binsari tercatat 709 orang. Lalu pada tahun 2022, jumlah wisatawan ke Goa Jepang tercatat 873 orang, dan hingga September 2023, jumlah wisatawan mencapai 915 orang.
Manfaat ekonomi bagi warga sekitar destinasi wisata Goa Jepang dari kunjungan wisatawan dengan menjual makanan dan minuman dikelola badan usaha desa (BumDes) yang menyediakan konsumsi untuk pengunjung.
BumDes Binsari diberikan kewenangan mengelola kedai kuliner, minuman, dan tempat parkir kendaraan yang ada sekitar permukiman warga.
Adapun retribusi masuk kampung wisata itu rata-rata Rp25 ribu/orang, untuk wisatawan mancanegara dibayar per paket kunjungan dengan harga bervariasi sesuai kesepakatan dengan pemandu wisata lokal.
Warga yang bermukim di sekitar Goa Jepang ada yang berjualan buah pinang, sirih, serta aneka kuliner dan hiasan.
Kampung Binsari tidak hanya sebagai tujuan wisata, tetapi juga menjadi garda depan untuk menjaga kearifan budaya lokal masyarakat adat Suku Biak.