Sentani (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayapura, Papua mengharapkan masyarakat setempat dapat kembali mengonsumsi pangan lokal.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Jayapura Suliyono, di Sentani, Senin, mengatakan telah dikampanyekan ke masyarakat 139 kampung dan lima kelurahan agar bisa mengonsumsi sagu, jagung, dan umbi-umbian.
“Kami punya pangan lokal seperti umbi-imbian, jagung, dan sagu sangat berlimpah, maka ini bisa dimanfaatkan menjadi alternatif pengganti beras,” katanya pula.
Menurut Suliyono, alangkah baiknya masyarakat di daerah ini bisa mengubah cara berpikirnya untuk jangan menganggap pangan lokal sebagai pengganti beras, tetapi dijadikan sebagai makanan utama.
“Kadar gula dalam pangan lokal sangat rendah dibandingkan dengan beras, dan kandungan gizi yang terkandung di dalamnya sangat tinggi sehingga bisa genapi dengan ikan, daging serta sayur saat mengonsumsi,” ujarnya.
Dia menjelaskan pihaknya terus mendorong untuk tingkat ketergantungan beras harus bisa ditekan dan diganti dengan sagu, jagung, dan umbi-umbian.
“Kalau kita sudah bisa mengurangi ketergantungan beras, maka secara otomatis laju inflasi bisa ditekan dengan baik karena masyarakat kembali ke produk alam,” katanya lagi.
Dia menambahkan, untuk masyarakat di kampung-kampung dari empat wilayah pembangunan konsumsi pangan lokal sangat baik, berbeda dengan di daerah perkotaan.
“Kita harus sadar bahwa dengan mengonsumsi pangan lokal, maka secara tidak langsung telah menjaga kesehatan tubuh kita untuk tetap baik, karena produk alam itu sangat sehat dan alami,” ujarnya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Jayapura Suliyono, di Sentani, Senin, mengatakan telah dikampanyekan ke masyarakat 139 kampung dan lima kelurahan agar bisa mengonsumsi sagu, jagung, dan umbi-umbian.
“Kami punya pangan lokal seperti umbi-imbian, jagung, dan sagu sangat berlimpah, maka ini bisa dimanfaatkan menjadi alternatif pengganti beras,” katanya pula.
Menurut Suliyono, alangkah baiknya masyarakat di daerah ini bisa mengubah cara berpikirnya untuk jangan menganggap pangan lokal sebagai pengganti beras, tetapi dijadikan sebagai makanan utama.
“Kadar gula dalam pangan lokal sangat rendah dibandingkan dengan beras, dan kandungan gizi yang terkandung di dalamnya sangat tinggi sehingga bisa genapi dengan ikan, daging serta sayur saat mengonsumsi,” ujarnya.
Dia menjelaskan pihaknya terus mendorong untuk tingkat ketergantungan beras harus bisa ditekan dan diganti dengan sagu, jagung, dan umbi-umbian.
“Kalau kita sudah bisa mengurangi ketergantungan beras, maka secara otomatis laju inflasi bisa ditekan dengan baik karena masyarakat kembali ke produk alam,” katanya lagi.
Dia menambahkan, untuk masyarakat di kampung-kampung dari empat wilayah pembangunan konsumsi pangan lokal sangat baik, berbeda dengan di daerah perkotaan.
“Kita harus sadar bahwa dengan mengonsumsi pangan lokal, maka secara tidak langsung telah menjaga kesehatan tubuh kita untuk tetap baik, karena produk alam itu sangat sehat dan alami,” ujarnya.