Jayapura (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua mencatat Provinsi Papua mengalami deflasi secara bulanan sebesar 0,73 persen pada Februari 2024.

"Sementara secara tahun kalender (Januari-Februari 2024), Papua mengalami deflasi sebesar 0,72 persen," kata Kepala BPS Provinsi Papua Adriana Carolina di Jayapura, Papua, Jumat.

Menurut Carolina, secara umum harga di Papua menunjukkan adanya penurunan secara bulanan yakni terdapat dua kelompok pengeluaran mengalami inflasi dan tujuh kelompok mengalami deflasi dari dua kelompok lainnya yang harganya tidak bergerak atau tetap.

"Andil inflasi bulanan tertinggi pada kelompok informasi komunikasi dan jasa keuangan yaitu sebesar 0,02 persen yang dipengaruhi oleh kenaikan harga telepon seluler," ujarnya.

Dia menjelaskan sementara andil deflasi bulanan Februari 2024 terdalam tercatat pada kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,55 persen.

"Komoditas utama penyumbang inflasi antara lain cabai rawit, ikan tuna, tomat, siri dan buah pinang," katanya lagi.

Selanjutnya kata dia, inflasi dari tahun ke tahun (year on year) Februari 2024 terhadap Februari 2023 tercatat sebesar 2,02 persen dan jika ditinjau melalui kelompok pengeluaran tujuh kelompok mengalami inflasi dan empat kelompok mengalami deflasi.

"Tiga kelompok penyumbang inflasi Papua pada Februari 2024 secara year on year yakni kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil terbesar 1,03 persen," ujarnya.

Dia menambahkan komoditas penyumbang inflasi terbesar ialah beras, sigaret kretek mesin, bawang putih, tomat dan sigaret kretek putih mesin.

"Kemudian adalah kelompok transportasi dengan andil 0,49 persen di mana komoditas penyumbang inflasi terbesar pada kelompok tersebut ialah tarif angkutan udara, tarif angkutan mobil sepeda motor, oli mesin dan tarif angkutan laut," katanya.

Pewarta : Ardiles Leloltery
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024