Biak (ANTARA) - Pengetahuan tentang stunting dan kesehatan reproduksi harus dimiliki kaum perempuan asli Papua terutama bagi mereka yang hidup di berbagai kampung.
Karena, kasus stunting anak di lingkungan keluarga, antara lain, disebabkan kurangnya pengetahuan kaum perempuan tentang kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi, dan mengenai kebutuhan asupan gizi bagi anak sejak dalam kandungan.
Adapun faktor lain adanya kasus stunting anak di lingkungan keluarga tertentu karena masalah kemiskinan ekonomi rumah tangga yang menyebabkan mereka tidak memiliki akses memadai untuk memperoleh sumber gizi.
Kondisi itulah yang menjadi perhatian serius Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Johanna Nap. Ia hampir setiap hari melakukan edukasi kepada perempuan Papua di kampung-kampung hingga di wilayah Kepulauan Padaido/Aimando sampai Kepulauan Numfor.
Kehadirannya di tengah masyarakat untuk mengedukasi tentang pencegahan stunting dan kesehatan reproduksi perempuan OAP di setiap kampung, kini mulai menampakkan hasil. Ada kesadaran di kalangan warga akan pentingnya kesehatan reproduksi dan pemerian asupan makanan bergizi bagi anak.
Kehadiran Johanna di berbagai kampung itu untuk melaksanakan misi besar Pemkab Biak Numfor untuk mengeliminasi kasus stunting anak hingga nol. Sebuah tantangan besar yang diyakini bisa ditaklukkan.
Meskipun kasus stunting di Kabupaten Biak Numfor terus menurun, tetaplah diperlukan intervensi lanjutan untuk memangkas hingga serendah mungkin. Pada tahun 2021, kasus stunting tercatat 34 persen, lalu pada 2022 turun menjadi 27 persen, dan hingga akhir Desember 2023 tinggal 6,1 persen atau kurang lebih 300 kasus stunting anak di Biak Numfor.
Berbagai kebijakan strategis dilakukan pemerintah daerah melalui DP3AKB untuk menurunkan angka stunting anak hingga nol kasus.
Sejak dilantik menjadi Kepala DP3AKB pada Desember 2022, Johanna memang fokus memerangi kasus stunting tanpa harus mengabaikan masalah kesehatan lain yang harus diatasi. Pemkab Biak Numfor memang berharap banyak bahwa di tangan Johanna kasus stunting bisa menurun drastis.
Memberi edukasi langsung ke warga memang menjadi pilihan Johanna, mengingat kondisi kaum perempuan OAP masih belum banyak mengenyam pendidikan yang memadai.
Bahkan, ada sebagian perempuan OAP di berbagai kampung yang belum sempat menikmati pendidikan karena berbagai faktor penyebab.
Namun demikian, dengan berbagai kebijakan strategis yang tepat, Pemerintah Kabupaten Biak Numfor optimistis mampu mengatasi stunting anak, bahkan bisa mewujudkan anak-anak di Kabupaten Biak Numfor bebas dari stunting pada tahun ini.
Dapur sehat
Guna mewujudkan Kabupaten Biak Numfor nol kasus stunting pada 2024, perlu langkah konkret yang menjadi pekerjaan besar bagi jajaran Pemkab Biak Numfor.
Untuk mengatasi kasus stunting anak nol kasus pada 2024, membutuhkan kerja keras dari pemangku kepentingan antarinstansi pemerintah daerah, termasuk kecukupan alokasi anggaran.
Pemerintah Kabupaten Biak Numfor melalui Dinas DP3AKB telah melaksanakan program pencegahan stunting anak dengan membuat dapur sehat di kampung-kampung.
Penyediaan dapur sehat di kampung diharapkan mampu menyediakan asupan makanan bergizi untuk anak-anak balita dan ibu hamil yang juga membutuhkan asupan bernutrisi.
Melalui dapur sehat tersebut, orang tua bisa memanfaatkan bahan alam lokal, seperti sagu, pokem (sejenis gandum), keladi, pisang, hingga ikan. Bahan-bahan makanan ini dapat diolah di dapur sehat menjadi sumber makanan bergizi.
Tersedianya makanan sehat di dapur sehat itu dapat mengatasi kasus stunting anak di kampung-kampung. Keberadaan dapur sehat ini juga memudahkan akses bagi setiap keluarga untuk mendapatkan makanan sehat.
Program lain pencegahan stunting bagi anak balita juga dilakukan melalui rembuk stunting yang melibatkan berbagai instansi untuk percepatan penurunan kasus gangguan tumbuh kembang anak tersebut.
Aksi konvergensi percepatan penurunan stunting terintegrasi merupakan salah satu instrumen dalam bentuk kegiatan yang digunakan untuk meningkatkan integrasi intervensi gizi spesifik dan sensitif dalam upaya pencegahan stunting anak.
Artinya, aksi tersebut menerapkan pendekatan atau treatment khusus berdasarkan kasus per kasus yang dialami anak. Karena ada perlakuan khusus per anak maka pendekatan ini lebih efektif dalam mengatasi tengkes.
Intervensi gizi ditujukan kepada setiap rumah tangga di Kabupaten Biak Numfor. Dengan pendekatan langsung ke keluarga, penanggulangan stunting diyakini lebih efektif.
Program makanan sehat
Bunda PAUD Biak Numfor, Papua Ruth Naomi Rumkabu, juga tergerak mengatasi masalah stunting dengan menjalankan program pemberian makanan tambahan bagi anak-anak usia dini.
Pembagian makanan tambahan berupa susu, kacang hijau, telur, dan vitamin menjangkau berbagai kampung, yang dilakukan Bunda PAUD bersama tim Penggerak PKK serta Pokja Himpaudi Biak Numfor.
Selain itu, Ruth bersama kelompok kerja Himpaudi Biak juga memberikan edukasi di kampung-kampung tentang perilaku hidup sehat bersih kepada perempuan Papua.
Ia juga mengajak para orang tua siswa mau memanfaatkan potensi pangan lokal, seperti sagu, ikan, dan sayur-sayuran sebagai sumber asupan sehat untuk anak-anak setempat.
Aktivis perempuan Mama Min Weyai juga menekankan pentingkan perempuan berada di garis terdepan dalam mewujudkan anak-anak Papua tetap sehat dan bebas stunting.
Caranya dengan memastikan anak-anak bisa terpenuhi kebutuhan gizinya. Dalam hal ini, peran dan kepedulian orang tua memenuhi gizi anak-anak mereka sangat penting demi menyiapkan generasi emas Papua di masa mendatang.
Karena, kasus stunting anak di lingkungan keluarga, antara lain, disebabkan kurangnya pengetahuan kaum perempuan tentang kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi, dan mengenai kebutuhan asupan gizi bagi anak sejak dalam kandungan.
Adapun faktor lain adanya kasus stunting anak di lingkungan keluarga tertentu karena masalah kemiskinan ekonomi rumah tangga yang menyebabkan mereka tidak memiliki akses memadai untuk memperoleh sumber gizi.
Kondisi itulah yang menjadi perhatian serius Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Johanna Nap. Ia hampir setiap hari melakukan edukasi kepada perempuan Papua di kampung-kampung hingga di wilayah Kepulauan Padaido/Aimando sampai Kepulauan Numfor.
Kehadirannya di tengah masyarakat untuk mengedukasi tentang pencegahan stunting dan kesehatan reproduksi perempuan OAP di setiap kampung, kini mulai menampakkan hasil. Ada kesadaran di kalangan warga akan pentingnya kesehatan reproduksi dan pemerian asupan makanan bergizi bagi anak.
Kehadiran Johanna di berbagai kampung itu untuk melaksanakan misi besar Pemkab Biak Numfor untuk mengeliminasi kasus stunting anak hingga nol. Sebuah tantangan besar yang diyakini bisa ditaklukkan.
Meskipun kasus stunting di Kabupaten Biak Numfor terus menurun, tetaplah diperlukan intervensi lanjutan untuk memangkas hingga serendah mungkin. Pada tahun 2021, kasus stunting tercatat 34 persen, lalu pada 2022 turun menjadi 27 persen, dan hingga akhir Desember 2023 tinggal 6,1 persen atau kurang lebih 300 kasus stunting anak di Biak Numfor.
Berbagai kebijakan strategis dilakukan pemerintah daerah melalui DP3AKB untuk menurunkan angka stunting anak hingga nol kasus.
Sejak dilantik menjadi Kepala DP3AKB pada Desember 2022, Johanna memang fokus memerangi kasus stunting tanpa harus mengabaikan masalah kesehatan lain yang harus diatasi. Pemkab Biak Numfor memang berharap banyak bahwa di tangan Johanna kasus stunting bisa menurun drastis.
Memberi edukasi langsung ke warga memang menjadi pilihan Johanna, mengingat kondisi kaum perempuan OAP masih belum banyak mengenyam pendidikan yang memadai.
Bahkan, ada sebagian perempuan OAP di berbagai kampung yang belum sempat menikmati pendidikan karena berbagai faktor penyebab.
Namun demikian, dengan berbagai kebijakan strategis yang tepat, Pemerintah Kabupaten Biak Numfor optimistis mampu mengatasi stunting anak, bahkan bisa mewujudkan anak-anak di Kabupaten Biak Numfor bebas dari stunting pada tahun ini.
Dapur sehat
Guna mewujudkan Kabupaten Biak Numfor nol kasus stunting pada 2024, perlu langkah konkret yang menjadi pekerjaan besar bagi jajaran Pemkab Biak Numfor.
Untuk mengatasi kasus stunting anak nol kasus pada 2024, membutuhkan kerja keras dari pemangku kepentingan antarinstansi pemerintah daerah, termasuk kecukupan alokasi anggaran.
Pemerintah Kabupaten Biak Numfor melalui Dinas DP3AKB telah melaksanakan program pencegahan stunting anak dengan membuat dapur sehat di kampung-kampung.
Penyediaan dapur sehat di kampung diharapkan mampu menyediakan asupan makanan bergizi untuk anak-anak balita dan ibu hamil yang juga membutuhkan asupan bernutrisi.
Melalui dapur sehat tersebut, orang tua bisa memanfaatkan bahan alam lokal, seperti sagu, pokem (sejenis gandum), keladi, pisang, hingga ikan. Bahan-bahan makanan ini dapat diolah di dapur sehat menjadi sumber makanan bergizi.
Tersedianya makanan sehat di dapur sehat itu dapat mengatasi kasus stunting anak di kampung-kampung. Keberadaan dapur sehat ini juga memudahkan akses bagi setiap keluarga untuk mendapatkan makanan sehat.
Program lain pencegahan stunting bagi anak balita juga dilakukan melalui rembuk stunting yang melibatkan berbagai instansi untuk percepatan penurunan kasus gangguan tumbuh kembang anak tersebut.
Aksi konvergensi percepatan penurunan stunting terintegrasi merupakan salah satu instrumen dalam bentuk kegiatan yang digunakan untuk meningkatkan integrasi intervensi gizi spesifik dan sensitif dalam upaya pencegahan stunting anak.
Artinya, aksi tersebut menerapkan pendekatan atau treatment khusus berdasarkan kasus per kasus yang dialami anak. Karena ada perlakuan khusus per anak maka pendekatan ini lebih efektif dalam mengatasi tengkes.
Intervensi gizi ditujukan kepada setiap rumah tangga di Kabupaten Biak Numfor. Dengan pendekatan langsung ke keluarga, penanggulangan stunting diyakini lebih efektif.
Program makanan sehat
Bunda PAUD Biak Numfor, Papua Ruth Naomi Rumkabu, juga tergerak mengatasi masalah stunting dengan menjalankan program pemberian makanan tambahan bagi anak-anak usia dini.
Pembagian makanan tambahan berupa susu, kacang hijau, telur, dan vitamin menjangkau berbagai kampung, yang dilakukan Bunda PAUD bersama tim Penggerak PKK serta Pokja Himpaudi Biak Numfor.
Selain itu, Ruth bersama kelompok kerja Himpaudi Biak juga memberikan edukasi di kampung-kampung tentang perilaku hidup sehat bersih kepada perempuan Papua.
Ia juga mengajak para orang tua siswa mau memanfaatkan potensi pangan lokal, seperti sagu, ikan, dan sayur-sayuran sebagai sumber asupan sehat untuk anak-anak setempat.
Aktivis perempuan Mama Min Weyai juga menekankan pentingkan perempuan berada di garis terdepan dalam mewujudkan anak-anak Papua tetap sehat dan bebas stunting.
Caranya dengan memastikan anak-anak bisa terpenuhi kebutuhan gizinya. Dalam hal ini, peran dan kepedulian orang tua memenuhi gizi anak-anak mereka sangat penting demi menyiapkan generasi emas Papua di masa mendatang.