Sentani (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayapura, Papua, mengharapkan masyarakat Orang Asli Papua (OAP) menjaga keberlangsungan sumber pangan lokal, guna menekan inflasi di daerah itu, seiring tingginya harga kebutuhan pokok saat ini.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Jayapura Suliyono di Sentani, Selasa, mengatakan masyarakat harus kembali mengkonsumsi makanan lokal seperti sagu, jagung, dan umbi-umbian.
“Budaya mengkonsumsi makanan lokal kalau dibiasakan maka ketergantungan terhadap beras pasti menurun dan inflasi pasti dapat dikendalikan,” katanya.
Saat ini, lanjut dia, harga bahan poko seperti beras mencapai Rp15.000 hingga Rp17.000 per kilogram yang memicu inflasi di kabupaten tersebut.
Menurut Suliyono, pihaknya terus mengkampanyekan makanan lokal di setiap pertemuan dengan masyarakat kampung supaya gerakan ini harus disukseskan.
“Makanan lokal seperti sagu, jagung, dan umbi itu tidak hanya disajikan seperti itu-itu saja atau monoton, tetapi bisa dikreasikan dalam bentuk apapun sehingga enak dan baik untuk dikonsumsi,” ujarnya.
Dia menjelaskan gizi makanan lokal sangat baik untuk dikonsumsi, apalagi makanan ini sangat sehat dan rendah gula.
“Orang dengan penyakit tertentu (diabetes) sangat baik mengkonsumsi makanan berbahan lokal dengan dikombinasikan dengan protein yang diperoleh dari ikan maupun daging,” katanya.
Dia menambahkan makanan sehat dan bergizi itu tidak perlu mahal, tetapi dapat ditemukan di lingkungan sekitar.
“Anak-anak sebaiknya diajari makanan lokal, sehingga tidak ada ketergantungan terhadap makanan instan dan beras,” ujarnya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Jayapura Suliyono di Sentani, Selasa, mengatakan masyarakat harus kembali mengkonsumsi makanan lokal seperti sagu, jagung, dan umbi-umbian.
“Budaya mengkonsumsi makanan lokal kalau dibiasakan maka ketergantungan terhadap beras pasti menurun dan inflasi pasti dapat dikendalikan,” katanya.
Saat ini, lanjut dia, harga bahan poko seperti beras mencapai Rp15.000 hingga Rp17.000 per kilogram yang memicu inflasi di kabupaten tersebut.
Menurut Suliyono, pihaknya terus mengkampanyekan makanan lokal di setiap pertemuan dengan masyarakat kampung supaya gerakan ini harus disukseskan.
“Makanan lokal seperti sagu, jagung, dan umbi itu tidak hanya disajikan seperti itu-itu saja atau monoton, tetapi bisa dikreasikan dalam bentuk apapun sehingga enak dan baik untuk dikonsumsi,” ujarnya.
Dia menjelaskan gizi makanan lokal sangat baik untuk dikonsumsi, apalagi makanan ini sangat sehat dan rendah gula.
“Orang dengan penyakit tertentu (diabetes) sangat baik mengkonsumsi makanan berbahan lokal dengan dikombinasikan dengan protein yang diperoleh dari ikan maupun daging,” katanya.
Dia menambahkan makanan sehat dan bergizi itu tidak perlu mahal, tetapi dapat ditemukan di lingkungan sekitar.
“Anak-anak sebaiknya diajari makanan lokal, sehingga tidak ada ketergantungan terhadap makanan instan dan beras,” ujarnya.