Jakarta (ANTARA) - Direktur Wahid Foundation Yenny Zannuba Wahid mengatakan buku berjudul "Hidup Penuh Lemon" menggambarkan semangat para perempuan yang tak padam meski kehidupan mereka terdampak masa pandemi COVID-19.
"Ketika saya membaca bukunya, saya merasa mendapat pesan kuat dari mereka, pandemi ini boleh merobek-robek kehidupan saya tapi tidak dengan jiwa dan semangat saya," kata Yenny melalui siaran pers di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, perempuan menjadi kelompok yang rentan selama pandemi.
Yenny menyebut bahwa yang dialami oleh perempuan dalam hampir dua tahun pandemi ini sangat berat karena perempuan memikul tambahan beban dengan bertambahnya tanggung jawab pengasuhan, berkurangnya pendapatan secara signifikan dan menjadi korban kekerasan rumah tangga.
Buku berjudul "Hidup Penuh Lemon" digarap oleh 22 perempuan alumni Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti angkatan 1993.
Buku antologi non-fiksi ini mengisahkan mengenai perjuangan mereka menghadapi pasang surut kehidupan saat pandemi.
Para penulis berasal dari latar belakang berbeda seperti guru SDLB Tunarungu, kurator seni, dosen, penulis, pekerja kreatif, pemilik sekolah swasta dan ibu rumah tangga.
Tempat tinggal mereka tersebar di Pulau Jawa, Bali, Australia, sampai Amerika Serikat.
Kisah mereka cukup beragam dari seseorang yang menghadapi wafatnya ibunda penderita Alzheimer usai berkurangnya interaksi sosial dan terapi khusus saat awal pandemi sampai seorang tunarungu yang kesulitan berkomunikasi karena semua tenaga kesehatan di rumah sakit menggunakan masker saat dia dirawat karena terjangkit COVID-19.
"Saya melihat bahwa upaya perempuan-perempuan ini seperti membawa lilin kebaikan yang membawa semangat perjuangan yang saya harap bisa menyebar ke semua perempuan di Indonesia," kata Yenny.
Buku "Hidup Penuh Lemon" diluncurkan pada 8 Maret 2022 bertepatan dengan peringatan Hari Perempuan Sedunia.