Jakarta (ANTARA) - Seperti kita ketahui, bahwa Indonesia secara resmi menjadi tuan rumah perhelatan G-20. Presidensi Indonesia ini didapatkan setelah sebelumnya perhelatan tersebut digelar di Italia.
Dengan mengusung tema tentang “Recover Together, Recover Stronger”, akan ada tiga topik pembahasan utama yang didiskusikan dalam forum tersebut. Sebanyak tiga topik tersebut adalah Global Health Architecture, Digital Economy Transformation, dan Energy Transition.
Mungkin kebanyakan dari Anda juga akan bertanya ketika melihat judul di atas, mengapa ada kata "cuan" di sana? Sebenarnya banyak kata lain juga yang bisa saya ambil, namun sepertinya kata tersebut di masa sekarang sedang "ngetren" untuk merepresentasikan manfaat atau keuntungan yang bisa didapat, di mana menurut saya kata tersebut pada akhirnya masuk ke dalam berbagai bidang, salah satunya terkait dengan informasi.
Sebagian dari kita mungkin masih banyak yang belum menyadari bahwa ada sisi lain yang bisa diambil dari adanya perhelatan G-20, salah satunya terkait dengan manfaat informasi.
Mengapa dikatakan demikian? Karena dengan adanya forum diskusi tersebut, pada akhirnya akan ada beberapa fakta atau kesimpulan yang bisa jadi sebagian dari kita baru tahu bahwa beberapa negara misalnya, memiliki kebijakan khusus terkait dengan topik utama yang diangkat. Banyak informasi menarik yang akan mencuat dalam perhelatan G-20 tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), informasi dapat diartikan pemberitahuan; kabar atau berita tentang sesuatu. Dari pengertian ini, tak salah jika nantinya, dengan perjalanan Indonesia sebagai penyelenggara G-20, akan banyak informasi yang dipublikasikan, baik dari sisi Indonesia sendiri maupun dari sisi negara lain.
Manfaat dari informasi tersebut pun tentunya berguna bagi masyarakat, terutama juga dirasakan bagi para insan humas, baik di kementerian, lembaga, pemerintah pusat dan daerah, atau instansi swasta.
Tukar Informasi
Manfaat terbesar yang bisa insan humas dapatkan adalah saling bertukar informasi satu sama lain.
Bisa jadi, selama ini belum diketahui bagaimana misalnya perkembangan dunia digital antara satu negara dengan negara lain. Hal yang pasti akan sangat berbeda satu sama lain tentang hal tersebut.
Insan humas dapat saling belajar bagaimana penggunaan dunia digital bagi kehumasan di mana pada akhirnya bisa dijadikan metode menarik untuk menyebarluaskan informasi tertentu.
Apalagi perkembangan dunia digital saat ini sangat pesat.
Menurut laporan We Are Social & Kepios, di tahun 2022 jumlah pengguna internet di Indonesia sekitar 205 juta orang, di mana 80,1 persen orang alasan membuka internet untuk menemukan informasi tertentu, sedangkan untuk jumlah pengguna media sosial pada Januari 2022 sudah mencapai 191 juta orang.
Dari data tersebut bisa jadi akan memantik satu sama lain untuk saling bertukar informasi mengenai profil masing-masing pengguna.
Data itu pun juga bisa jadi menunjukkan tentang bagaimana potensi ekonomi digital dapat dikembangkan lebih lanjut. Bisa jadi di negara anggota G-20 sudah ada kebijakan khusus dalam pengembangan atau kerja sama ekonomi digital yang bisa menjadi referensi dan digunakan oleh Indonesia.
Kembali ke kebermanfaatan informasi tadi, selain bidang digital, misalnya di bidang kesehatan insan humas juga bisa saling tukar informasi tentang bagaimana edukasi terkait dengan kesehatan dapat tersampaikan dengan baik kepada publik.
Bahkan pembahasan soal teknologi untuk menyembuhkan penyakit tertentu misalnya, bisa menjadi topik yang menarik untuk disampaikan kepada publik atau dipublikasikan.
Seketika teringat pengertian sederhana terkait dengan komunikasi oleh matematikawan legendaris penemu teori informasi Claude Shannon dan Warren Weaver yang dilansir dari buku Pengantar Ilmu Komunikasi karya Wiryanto, di mana komunikasi adalah suatu proses interaksi manusia yang saling memengaruhi satu sama lain baik sengaja maupun tidak sengaja, dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal namun juga pada nonverbal, seperti ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.
Dari pengertian di atas bisa diartikan bahwa pentingnya pertukaran informasi sehingga membuat orang justru akan semakin terpacu untuk mencari tahu mengenai berbagai informasi secara lebih dalam lagi.
Dari sana pun kita bisa dapat menarik benang merah di mana perhelatan G-20 dapat menumbuhkan kerja sama dan kolaborasi di berbagai bidang.
Di bidang budaya misalnya, dengan adanya saling bertukar informasi, narasi untuk menunjukkan ragam keindonesiaan diharapkan dapat tersampaikan dengan baik pula kepada negara lain.
Berbagai informasi yang didapatkan tadi bisa dipublikasikan dalam bentuk berita, konten media sosial, atau konten-konten lainnya yang menarik.
Hal ini pulalah yang akan mewarnai peran dan tugas insan humas pada perhelatan G-20. Keaktifan dari para insan humas untuk melakukan publikasi atas berbagai informasi menarik terkait dengan hal tersebut akan menjadi motor utama.
Hal-hal secara kreatif dapat dilakukan insan humas dalam proses penyampaian berbagai konten tadi sehingga dengan sangat mudah ditangkap dengan baik oleh publik.
Pada akhirnya “kekayaan” informasi inilah yang harus dapat dipakai dengan baik.
Jadi, cuan tak selalu soal uang yang didapat, melainkan berbagai informasi yang didapat juga akan menjadi cuan yang berguna bagi setiap orang.
*) Doddy Zulkifli Indra Atmaja adalah Pranata Humas, Ditjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek