Timika, Papua (ANTARA News) - PT Freeport Indonesia menggunakan peralatan pendeteksi getaran yang disebut Lifepak 3 untuk mengetahui apakah masih ada korban yang hidup di area reruntuhan fasilitas tempat pelatihan tambang bawah tanah Big Gossan.
General Manajer Tambang PT Freeport yang juga mengepalai Tim Penyelamat, Nurhadi Sabirin, di Timika, Sabtu, mengatakan,"Lifepak 3 telah mendeteksi getaran-getaran yang seirama dengan detak jantung manusia."
Lokasi runtuhan itu merupakan "ruang kelas" pelatihan di bawah tanah, di Big Gossan, salah satu blok pertambangan PT Freeport Indonesia di sana.
(E015/F002)
General Manajer Tambang PT Freeport yang juga mengepalai Tim Penyelamat, Nurhadi Sabirin, di Timika, Sabtu, mengatakan,"Lifepak 3 telah mendeteksi getaran-getaran yang seirama dengan detak jantung manusia."
Walau begitu, kata dia, belum dapat dipastikan karena ada kemungkinan disebabkan getaran-getaran lainnya.
"Kami belum dapat mendeteksi tanda-tanda berpotensi lain selama 72 jam lalu," kata Sabirin.
Menurut dia, tim penyelamat terus berupaya 24 jam tanpa henti secara cepat mengupayakan penyelamatan sekitar 23 pekerja yang diduga masih tertimbun dalam reruntuhan fasilitas pelatihan tambang bawah tanah Big Gossan sejak Selasa (14/5).
"Kami belum dapat mendeteksi tanda-tanda berpotensi lain selama 72 jam lalu," kata Sabirin.
Menurut dia, tim penyelamat terus berupaya 24 jam tanpa henti secara cepat mengupayakan penyelamatan sekitar 23 pekerja yang diduga masih tertimbun dalam reruntuhan fasilitas pelatihan tambang bawah tanah Big Gossan sejak Selasa (14/5).
Mereka berlaga dengan waktu, makin lama waktu dihabiskan maka makin kecil kemungkinan korban-korban itu bisa selamat. Secara teoritis, manusia bisa bertahan hidup tanpa makan sama sekali sekitar tujuh-delapan hari, namun tanpa minum setetespun maka cuma tiga hari saja.
Sabirin menambahkan, pihaknya telah mengerahkan para ahli beserta perlengkapan terbaik agar dapat menyelesaikan upaya penyelamatan para pekerja yang masih tertimbun.
Sejauh ini, lima korban tewas telah bisa dievakuasi dari dalam terowongan bawah tanah itu; 10 korban selamat saat dievakuasi, dan seorang sebelumnya bisa meloloskan diri beberapa saat setelah kecelakaan terjadi.
Lokasi runtuhan itu merupakan "ruang kelas" pelatihan di bawah tanah, di Big Gossan, salah satu blok pertambangan PT Freeport Indonesia di sana.
Kecelakaan berpangkal pada keruntuhan secara mendadak "atap" ruang kelas itu, Selasa lalu (14/5). Hingga kinipun dilaporkan runtuhan-runtuhan material masih berjatuhan sehingga menghambat tim penyelamat bekerja.
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Rozik B Soetjipto, menegaskan, akan menginvestigasi menyeluruh mengungkap penyebab tragedi tersebut. "Kami akan menyiapkan bantuan tenaga ahli internasional dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk melakukan investigasi," kata Soetjipto.
Ia menambahkan, "PT Freeport akan menempuh segala langkah yang memungkinkan untuk memastikan kasus serupa tidak terulang kembali."
Ia menambahkan, "PT Freeport akan menempuh segala langkah yang memungkinkan untuk memastikan kasus serupa tidak terulang kembali."
(E015/F002)