Sentani (Antara Papua) - Hampir seluruh sopir angkutan umum (angkot) di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, hingga kini belum menurunkan tarif angkutan sesuai kebijakan pemerintah pusat.
"Belum ada pengumuman dari pemerintah di sini (Pemkab Jayapura) melalui dinas terkait jadi kami masih gunakan tarif lama," kata Christian Pallo, salah seorang sopir angkot jurusan Sentani-Hawai, di Sentani, Rabu.
Christian menuturkan saat ini pihaknya masih menggunakan tarif lama ketika pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya premium menjadi Rp9.500 per liter.
"Waktu BBM naik jadi Rp9.500 per liter, ongkos angkot jadi Rp4.000, meksipun sudah turun belum ada pengumuman resmi dari Organda," katanya.
Dia menjelaskan, meskipun harga BBM kini sudah diturunkan menjadi Rp6.600 per liter, pihaknya sepakat untuk tidak menurunkan tarif angkutan.
"Lagian di Jakarta juga tarif angkotnya belum turun, ya kami samakan saja sekalian dengan tidak menurunkan tarif di sini," ujarnya.
Menurut dia, jika pemerintah hendak menaikan tarif harus dikaji lebih dalam lagi, pasalnya, setelah dinaikan malah diturunkan lagi.
"Kita sebagai sopir juga kadang dimarahi penumpang, kami disangka menaikan dan menurunkan harga sendiri, padahal memang dari pemerintah," tambah Christian. (*)
"Belum ada pengumuman dari pemerintah di sini (Pemkab Jayapura) melalui dinas terkait jadi kami masih gunakan tarif lama," kata Christian Pallo, salah seorang sopir angkot jurusan Sentani-Hawai, di Sentani, Rabu.
Christian menuturkan saat ini pihaknya masih menggunakan tarif lama ketika pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya premium menjadi Rp9.500 per liter.
"Waktu BBM naik jadi Rp9.500 per liter, ongkos angkot jadi Rp4.000, meksipun sudah turun belum ada pengumuman resmi dari Organda," katanya.
Dia menjelaskan, meskipun harga BBM kini sudah diturunkan menjadi Rp6.600 per liter, pihaknya sepakat untuk tidak menurunkan tarif angkutan.
"Lagian di Jakarta juga tarif angkotnya belum turun, ya kami samakan saja sekalian dengan tidak menurunkan tarif di sini," ujarnya.
Menurut dia, jika pemerintah hendak menaikan tarif harus dikaji lebih dalam lagi, pasalnya, setelah dinaikan malah diturunkan lagi.
"Kita sebagai sopir juga kadang dimarahi penumpang, kami disangka menaikan dan menurunkan harga sendiri, padahal memang dari pemerintah," tambah Christian. (*)