Timika (Antara Papua) - Luas area persawahan di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua kini berkurang 200 hektare lantaran telah beralih fungsi menjadi kawasan pemukiman dan sebagian dijadikan lahan pengembangan komoditas perkebunan serta tanaman hortikultura.

Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Perkebunan Mimika Yohana Paliling kepada Antara di Timika, Jumat, mengatakan area persawahan di Mimika terdapat di Kampung Limau Asri (SP5), Naena Muktipura (SP6), Mulia Kencana (SP7) dan Mware (SP8).

"Hingga akhir 2015 lahan persawahan yang bisa kita garap hanya sekitar lebih dari 400 hektare. Sebenarnya lahan persawahan kita lebih dari 600 hektare, tapi sebagian sudah beralih fungsi," jelas Yohana.

Ia mengatakan lahan persawahan seluas lebih dari 300 hektare di Kampung Limau Asri (SP5) sudah ditanami yang mencakup optimalisasi lahan seluas 125 hektare dan persawahan dengan jaringan irigasi seluas 200 hektare.

Sebagian lahan persawahan belum ditanami karena keterbatasan debit air seperti lahan persawahan milik Kelompok Tani Manunggal Jaya SP5. Kondisi serupa dialami para petani di SP6, SP7 dan Mware.

Yohana berharap agar saluran irigasi primer dan sekunder yang dibangun Dinas Pekerjaan Umum Mimika dengan mengambil air dari Kali Piyuka bisa segera rampung tahun ini. Dengan tersedianya sumber air yang memadai, diharapkan produksi gabah bisa meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.

"Dulu kita hanya mampu menghasilkan 3,5 ton gabah per hektare. Diharapkan dengan adanya saluran irigasi, produksi padi semakin meningkat hingga mencapai 4,5 ton per hektare.

Yohana mengharapkan keberanian para petani lokal Papua untuk mulai menekuni pertanian padi sawah.

Beberapa tahun lalu, katanya, masyarakat Suku Amungme di Kampung Aramsolki, Distrik Agimuga pernah dilatih untuk menanam padi sawah. Program yang disponsori oleh USAID melalui Amarta itu cukup berhasil lantaran produksi padi di Aramsolki cukup melimpah.

Gabah yang dihasilkan dari sawah di Aramsolki tersebut beberapa waktu lalu dibawa oleh petugas Dinas Pertanian ke Timika untuk digiling dan selanjutnya berasnya dibawa kembali ke Agimuga untuk konsumsi masyarakat setempat.

"Kita semua mendukung. Pertanyaannya sekarang, apakah ada petani sawah lokal atau tidak. Kalau ada yang bersedia memberikan lahannya untuk dijadikan sawah, kita akan bantu memfasilitasi," tutur Yohana.

Lantaran masih terbatasnya produksi padi di Mimika, warga setempat hingga kini masih terus mengandalkan pasokan beras dari luar Papua, terutama dari Pulau Jawa dan Sulawesi serta Merauke. (*)

Pewarta : Pewarta: Evarianus Supar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2025