Timika (Antara Papua) - Biro Kesehatan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) hingga kini belum memfokuskan perhatian pada program penanganan penderita penyakit kusta yang kian meningkat di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua dalam beberapa tahun terakhir.
"Kalau secara langsung melakukan pelayanan kesehatan penderita kusta, memang kami belum ada program spesifik untuk itu. Tapi kalau di rumah sakit sudah. Sudah ada beberapa penderita kusta yang menjalani pengobatan di Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) Timika," kata Kepala Biro Kesehatan LPMAK Yusuf Nugroho kepada Antara di Timika, Sabtu.
Yusuf mengakui, adanya peningkatan jumlah penderita kusta di Mimika.
Hal itu tergambar dari semakin meningkatnya jumlah temuan kasus baru dari para pasien yang berobat ke RSMM Timika, salah satu rumah sakit milik LPMAK yang dikelola oleh Yayasan Caritas Timika Papua (YCTP) Keuskupan Timika.
Menurut dia, hingga kini Biro Kesehatan LPMAK masih terbatas pada beberapa program seperti pemberantasan penyakit menular yaitu malaria, tuberculosis (TB), HIV-AIDS, kesehatan ibu dan anak serta program air bersih dan sanitasi lingkungan.
Sementara itu Kepala Puskesmas Wania Guntoro mengatakan, sejak Januari-September 2015 di wilayahnya ditemukan 19 kasus kusta.
Belasan kasus kusta itu ditemukan petugas kesehatan Puskesmas Wania dari kegiatan penjaringan di pemukiman warga.
"Setiap temuan kasus akan ditindaklanjuti dengan kunjungan dan penjaringan ke rumah keluarga. Dengan metode deteksi kasus inilah, 19 kasus tersebut ditemukan," jelasnya.
Kendala yang dihadapi dalam melakukan penjaringan kasus kusta itu yaitu tidak semua keluarga mau menerima kunjungan petugas.
Bahkan sebagian keluarga ada yang menolak kedatangan petugas Puskesmas Wania.
"Kalau ada keluarga yang tolak, kita tidak memaksa. Nanti ada tim yang melakukan pendekatan khusus ke keluarga yang bersangkutan. Kami bekerja sama dengan Yayasan Caritas Timika Papua," jelasnya.
Guntoro mengatakan, pihaknya tidak kaget dengan temuan belasan kasus kusta di wilayah Puskesmas Wania yang mencakup Kampung Kamoro Jaya (SP1) dan Kampung Wonosari Jaya (SP4).
Pasalnya, warga yang bermukim di wilayah tersebut cukup tinggi mobilitasnya untuk berhubungan dengan masyarakat di wilayah pesisir Mimika yang diduga kuat sudah banyak warganya yang tertular kasus kusta.
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Mimika Reynold Ubra beberapa waktu lalu mengatakan kasus kusta di wilayah pesisir Mimika, terutama di kampung-kampung wilayah Mimika Barat Jauh seperti Pronggo, Aindua, Ararau dan lainnya cukup banyak sehingga membutuhkan perhatian serius dari semua pihak.
"Dari beberapa tahun lalu saat kunjungan ke kampung-kampung pesisir untuk penyuluhan HIV-AIDS, kami menemukan ada sejumlah warga yang tertular penyakit kusta. Jika ini tidak segera diatasi, jumlah kasus akan semakin banyak. Apalagi penularannya sangat cepat," kata Reynold.
Selain di Mimika, temuan kasus kusta terbanyak di wilayah Papua yaitu di Mumugu, Kabupaten Asmat.
Pastor Hendrik Kada Pr dari Keuskupan Agats Asmat yang bertugas di Distrik Sawaerma mengatakan terjadi peningkatan jumlah kasus kusta di Mumugu dari sekitar 145 orang pada akhir 2014, kini meningkat menjadi 165 orang pada September 2015. (*)
"Kalau secara langsung melakukan pelayanan kesehatan penderita kusta, memang kami belum ada program spesifik untuk itu. Tapi kalau di rumah sakit sudah. Sudah ada beberapa penderita kusta yang menjalani pengobatan di Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) Timika," kata Kepala Biro Kesehatan LPMAK Yusuf Nugroho kepada Antara di Timika, Sabtu.
Yusuf mengakui, adanya peningkatan jumlah penderita kusta di Mimika.
Hal itu tergambar dari semakin meningkatnya jumlah temuan kasus baru dari para pasien yang berobat ke RSMM Timika, salah satu rumah sakit milik LPMAK yang dikelola oleh Yayasan Caritas Timika Papua (YCTP) Keuskupan Timika.
Menurut dia, hingga kini Biro Kesehatan LPMAK masih terbatas pada beberapa program seperti pemberantasan penyakit menular yaitu malaria, tuberculosis (TB), HIV-AIDS, kesehatan ibu dan anak serta program air bersih dan sanitasi lingkungan.
Sementara itu Kepala Puskesmas Wania Guntoro mengatakan, sejak Januari-September 2015 di wilayahnya ditemukan 19 kasus kusta.
Belasan kasus kusta itu ditemukan petugas kesehatan Puskesmas Wania dari kegiatan penjaringan di pemukiman warga.
"Setiap temuan kasus akan ditindaklanjuti dengan kunjungan dan penjaringan ke rumah keluarga. Dengan metode deteksi kasus inilah, 19 kasus tersebut ditemukan," jelasnya.
Kendala yang dihadapi dalam melakukan penjaringan kasus kusta itu yaitu tidak semua keluarga mau menerima kunjungan petugas.
Bahkan sebagian keluarga ada yang menolak kedatangan petugas Puskesmas Wania.
"Kalau ada keluarga yang tolak, kita tidak memaksa. Nanti ada tim yang melakukan pendekatan khusus ke keluarga yang bersangkutan. Kami bekerja sama dengan Yayasan Caritas Timika Papua," jelasnya.
Guntoro mengatakan, pihaknya tidak kaget dengan temuan belasan kasus kusta di wilayah Puskesmas Wania yang mencakup Kampung Kamoro Jaya (SP1) dan Kampung Wonosari Jaya (SP4).
Pasalnya, warga yang bermukim di wilayah tersebut cukup tinggi mobilitasnya untuk berhubungan dengan masyarakat di wilayah pesisir Mimika yang diduga kuat sudah banyak warganya yang tertular kasus kusta.
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Mimika Reynold Ubra beberapa waktu lalu mengatakan kasus kusta di wilayah pesisir Mimika, terutama di kampung-kampung wilayah Mimika Barat Jauh seperti Pronggo, Aindua, Ararau dan lainnya cukup banyak sehingga membutuhkan perhatian serius dari semua pihak.
"Dari beberapa tahun lalu saat kunjungan ke kampung-kampung pesisir untuk penyuluhan HIV-AIDS, kami menemukan ada sejumlah warga yang tertular penyakit kusta. Jika ini tidak segera diatasi, jumlah kasus akan semakin banyak. Apalagi penularannya sangat cepat," kata Reynold.
Selain di Mimika, temuan kasus kusta terbanyak di wilayah Papua yaitu di Mumugu, Kabupaten Asmat.
Pastor Hendrik Kada Pr dari Keuskupan Agats Asmat yang bertugas di Distrik Sawaerma mengatakan terjadi peningkatan jumlah kasus kusta di Mumugu dari sekitar 145 orang pada akhir 2014, kini meningkat menjadi 165 orang pada September 2015. (*)