Jayapura (Antara Papua) - Dewan Pengurus Daerah Real Estate Indonesia (DPD REI) Provinsi Papua menargetkan pembangunan 5.500 unit rumah selama 2016, dan sebagian besarnya adalah rumah bersubsidi.
"Kami menargetkan membangun 5.500 unit, 4.600 unit di antaranya adalah rumah bersubsidi dalam program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP)," kata Ketua DPD REI Papua, Nelly Suryani di Jayapura, Senin.
Ia menyebut hingga akhir Mei 2016 REI Papua baru bisa merealisasikan target tersebut sebesar 26 persen.
"Januari hingga Mei 2016, rumah yang telah terbangun sebanyak 1.200 unit," katanya.
Namun Nelly mengakui bahwa untuk mengejar target tersebut ada beberapa kendala yang ditemui, seperti daya beli masyarakat yang diperkirakan akan menurun pada pertengahan tahun.
"Potensi yang menggerus pencapaian target tersebut diantaranya fenomena libur sekolah dan menjelang hari besar keagamaan, masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) lebih memprioritaskan kebutuhannya saat itu, sehingga daya serap berkurang lagi," ujar dia.
Dia mengatakan, kebijakan pemerintah pusat yang ingin memudahkan segala bentuk investasi belum bisa direspon baik oleh pemerintah daerah sehingga proses pembangunan masih terhambat.
"Di daerah masih banyak yang belum paham tentang penyederhanaan ijin, masih menggunakan peraturan daerah yang lama," ujarnya.
Nelly juga menyebut faktor kelistrikan juga sangat mempengaruhi pembangunan rumah karena kini PLN di Jayapura tengah mengalami defisit daya sehingga banyak rumah yang telah dibangun oleh REI belum mendapatkan pasokan listrik. (*)
"Kami menargetkan membangun 5.500 unit, 4.600 unit di antaranya adalah rumah bersubsidi dalam program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP)," kata Ketua DPD REI Papua, Nelly Suryani di Jayapura, Senin.
Ia menyebut hingga akhir Mei 2016 REI Papua baru bisa merealisasikan target tersebut sebesar 26 persen.
"Januari hingga Mei 2016, rumah yang telah terbangun sebanyak 1.200 unit," katanya.
Namun Nelly mengakui bahwa untuk mengejar target tersebut ada beberapa kendala yang ditemui, seperti daya beli masyarakat yang diperkirakan akan menurun pada pertengahan tahun.
"Potensi yang menggerus pencapaian target tersebut diantaranya fenomena libur sekolah dan menjelang hari besar keagamaan, masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) lebih memprioritaskan kebutuhannya saat itu, sehingga daya serap berkurang lagi," ujar dia.
Dia mengatakan, kebijakan pemerintah pusat yang ingin memudahkan segala bentuk investasi belum bisa direspon baik oleh pemerintah daerah sehingga proses pembangunan masih terhambat.
"Di daerah masih banyak yang belum paham tentang penyederhanaan ijin, masih menggunakan peraturan daerah yang lama," ujarnya.
Nelly juga menyebut faktor kelistrikan juga sangat mempengaruhi pembangunan rumah karena kini PLN di Jayapura tengah mengalami defisit daya sehingga banyak rumah yang telah dibangun oleh REI belum mendapatkan pasokan listrik. (*)