Jayapura (Antara Papua) - Dinas Kesehatan Provinsi Papua menerapkan sistem puskesmas satelit bagi pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang jauh dari kabupaten/kota di provinsi itu untuk melakukan pemeriksaan pasien tuberkulosis.

"Puskesmas yang jauh seperti di Kabupaten Nduga, Intan Jaya, Puncak Jaya itu kami pakai sistem puskesmas satelit untuk melakukan pemeriksaan pasien TB," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis AIDS, TB, dan Malaria (ATM) Dinkes Papua Bery Wopari di Jayapura, Kamis.

Misalnya, Puskesmas Intan Jaya kirim "slide" (sampel) dahag/lendir yang sudah dikeringkan di kaca mikroskop, kemudian dikirim ke Paniai atau Nabire untuk diperiksa di puskesmas, lalu hasilnya dikirim kembali ke puskesmas (tempat berobat pasien positif TB).

"Itu satu-satunya cara yang kami pakai di daerah-daerah yang sulit atau belum ada tenaga laboratorium dan belum ada laboratoriumnya," ujarnya.

Sebenarnya, pemeriksaan terkait dengan penyakit TB ini sudah dilakukan secara luas sehingga sudah tidak ada kekhawatiran bahwa masyarakat tidak mendapat pemeriksaan TB.

"Hanya persoalannya di puskesmas yang jauh itu, ada petugas kesehatannya atau tidak. Kalau tidak ada petugas, berarti susah untuk melakukan pemeriksaan TB," ujarnya.

Tidak hanya puskesmas yang ada di daerah terpencil, lanjut dia, puskesmas yang ada di daerah kota. Jika tidak ada petugas laboratorium, pemeriksaan TB tidak bisa jalan.

Petugas puskesmas di setiap kabupaten/kota di Papua selalu rutin melaporkan pasien TB yang ditemukan dan diperiksa, kemudian menjalani pengobatan ke Dinkes Provinsi Papua. (*)

Pewarta : Pewarta: Musa Abubar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024