Jayapura (Antara Papua) - Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Jayapura Kota AKBP Marison Tober Hamonangan Sirait menyebutkan bahwa sistem keamanan lingkungan (sikamling) yang di sampaikan oleh berbagai pihak itu bertujuan untuk mendukung dan menjaga kamtibmas.
"Yah, saya kira ini seruan yang baik (siskamling), pos-pos polisi juga kami sudah ada," kata AKBP Marison Tober Hamonangan Sirait di Jayapura, Papua, Rabu.
Dia mengatakan pihaknya berusaha semaksimal mungkin tetapi dengan segala keterbatasan, meski kota ini relatif padat.
"Memang tidak bisa mengcover semua tapi ini bukan merupakan suatu pembenaran juga, artinya kita akan berupaya maksimal" katanya.
Untuk itu, mantan Kapolres Keerom itu menyarankan agar masyarakat mendukung upaya aparat keamanan dalam hal ini kepolisian dalam menciptakan dan menjaga keamanan sehingga jauh dari kata kekerasan.
"Alangkah baiknya masyarakat kita juga punya pengamanan swakarsa, artinya mereka membangun siskamling, pos ronda itu merupakan produk budaya kearifan lokal yang luar biasa, dan itu sangat baik," katanya.
Dia berharap setiap RT/RW atau kampung ada siskamling, sehingga kekerasan berupa tindak kriminal akan hilang atau paling tidak berkurang drastis.
"Kalau setiap RT/RW punya siskamling, misalnya tiap malam 10 orang berjaga, terus ada koordinasi dan kontrol dari kami sebagai aparat berwajib, maka keamanan akan tercipta dengan baik," katanya.
Tober mengatakan rumus kejahatan itu terbentuk karena ada niat dan kesempatan.
"Kalau niat ada tetapi kesempatan tidak, tentu tidak akan terjadi kejahatan. Orang punya niat mencuri tapi di kampung itu ramai karena ada pertahanan diri, siskamling, ramai, tentunya tidak akan ada yang berani lakukan kejahatan," katanya lagi.
Diketahui, dalam tiga hingga empat pekan terakhir, Kota Jayapura dan sekitarnya dihebohkan dengan beberapa kasus kekerasan yang menimpa sejumlah orang, terutama di kawasan Buper Waena.
Sopir mobil rental Andre Marweri ditemukan tewas dengan luka bacok di bagian kepala belakang, Minggu 30 April 2017 sekitar pukul 02.00 WIT di lapangan kawasan Bumi Perkemahan Waena, Kelurahan Waena, Distrik Heram.
Sebelas hari kemudian, atau Kamis (11/5) sekitar pukul 00.30 WIT seorang dosen dari Kampus Uncen Dr Suwandi mengalami nasib yang sama dengan luka yang juga hampir sama persis, luka bacok di bagian kepala belakang dan beberapa luka di bagian tubuh.
Tempatnya tewasnya pun masih tak jauh dari kasus pertama, yakni di tikungan Pramuka, kawasan Buper Waena, Kelurahan Waena, Distrik Heram. (*)
"Yah, saya kira ini seruan yang baik (siskamling), pos-pos polisi juga kami sudah ada," kata AKBP Marison Tober Hamonangan Sirait di Jayapura, Papua, Rabu.
Dia mengatakan pihaknya berusaha semaksimal mungkin tetapi dengan segala keterbatasan, meski kota ini relatif padat.
"Memang tidak bisa mengcover semua tapi ini bukan merupakan suatu pembenaran juga, artinya kita akan berupaya maksimal" katanya.
Untuk itu, mantan Kapolres Keerom itu menyarankan agar masyarakat mendukung upaya aparat keamanan dalam hal ini kepolisian dalam menciptakan dan menjaga keamanan sehingga jauh dari kata kekerasan.
"Alangkah baiknya masyarakat kita juga punya pengamanan swakarsa, artinya mereka membangun siskamling, pos ronda itu merupakan produk budaya kearifan lokal yang luar biasa, dan itu sangat baik," katanya.
Dia berharap setiap RT/RW atau kampung ada siskamling, sehingga kekerasan berupa tindak kriminal akan hilang atau paling tidak berkurang drastis.
"Kalau setiap RT/RW punya siskamling, misalnya tiap malam 10 orang berjaga, terus ada koordinasi dan kontrol dari kami sebagai aparat berwajib, maka keamanan akan tercipta dengan baik," katanya.
Tober mengatakan rumus kejahatan itu terbentuk karena ada niat dan kesempatan.
"Kalau niat ada tetapi kesempatan tidak, tentu tidak akan terjadi kejahatan. Orang punya niat mencuri tapi di kampung itu ramai karena ada pertahanan diri, siskamling, ramai, tentunya tidak akan ada yang berani lakukan kejahatan," katanya lagi.
Diketahui, dalam tiga hingga empat pekan terakhir, Kota Jayapura dan sekitarnya dihebohkan dengan beberapa kasus kekerasan yang menimpa sejumlah orang, terutama di kawasan Buper Waena.
Sopir mobil rental Andre Marweri ditemukan tewas dengan luka bacok di bagian kepala belakang, Minggu 30 April 2017 sekitar pukul 02.00 WIT di lapangan kawasan Bumi Perkemahan Waena, Kelurahan Waena, Distrik Heram.
Sebelas hari kemudian, atau Kamis (11/5) sekitar pukul 00.30 WIT seorang dosen dari Kampus Uncen Dr Suwandi mengalami nasib yang sama dengan luka yang juga hampir sama persis, luka bacok di bagian kepala belakang dan beberapa luka di bagian tubuh.
Tempatnya tewasnya pun masih tak jauh dari kasus pertama, yakni di tikungan Pramuka, kawasan Buper Waena, Kelurahan Waena, Distrik Heram. (*)