Jayapura (Antaranews Papua) - Manajemen Perum Bulog Divisi regional (Divre) Papua-Papua Barat menduga petani Papua cenderung menyimpan beras dan baru akan menjualnya jika Harga Pokok Penjualan (HPP) dinaikkan pemerintah.

"Ada analisa bahwa petani berharap HPP pemerintah dinaikan agar mereka bisa menjual stoknya. Karena itu mereka menahan stok," ujar Kepala Bulog Divre Papua-Papua Barat, Fauzi Muhammad, di Jayapura, Minggu.

HPP beras yang berlaku saat ini sebesar Rp7.300/kilogram, dan petani menghendaki dinaikan lagi agar penghasilan mereka bisa meningkat.

Fauzi menjelaskan bahwa karena faktor tersebut sehingga Bulog Papua-Papua Barat gagal memenuhi target penyerapan beras lokal.

"Pengadaan beras sampai saat ini mencapai 85 persen (sekitar 39.100 ton) dari target yang sebesar 46.000 ton," kata dia.

Selain hal tersebut, faktor anomali cuaca juga dianggap menjadi salah satu penyebab karena membuat musim tanam petani terlambat.

"Lalu musim hujan kemarin terlambat satu bulan sehingga mereka menahan untuk menabur benih. Kalau sudah mulai menanam baru mereka akan melepas stoknya, tapi itu pun tidak banyak," katanya.

Fauzi melihat faktor pihak swasta yang ikut menyerap beras lokal belum menjadi masalah utama karena jumlahnya yang belum terlalu banyak.

"Kalau di daerah Papua belum terlalu banyak yang menyerap beras lokal, paling beberapa orang yang menyerap untuk dikirim ke Jawa Timur untuk kemudian dijadikan beras premium," ujarnya.

"Mereka berani membeli beras petani di atas HPP karena gabah dari Merauke itu bagus, apa lagi saat panen gaduh," sambung Fauzi. (*)

Pewarta : Dhias Suwandi
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024