Tiom (Antaranews Papua) - Komite Internasional Palang Merah menyebutkan fokus kegiatan bakti sosial pengobatan katarak yang dilakukan bersama Palang Merah Indonesia (PMI) berada di empat provinsi dengan jumlah katarak tertinggi.

Walau tidak menyebutkan jumlah penderita katarak di sana, Program Manajer Bidang Kerja Sama di Komite Internasional Palang Merah, Freddy Nggadas memastikan empat provinsi tersebut adalah Papua dan Papua Barat, Maluku serta Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Palang Merah Internasional masuk di sini karena kita melihat bahwa ada kebutuhan bahwa preflensi katarak di Papua, NTT, Maluku cukup tinggi, di atas rata-rata prefalensi katarak Indonesia, sementara dokter mata di sana terbatas," kata Freddy di Tiom, ibu kota Kabupaten Lanny Jaya, Rabu.

Menurut dia, banyak kegiatan bakti sosial pengobatan katarak yang dilakukan organisasi lain, namun lebih difokuskan di kota, sementara di kabupaten-kabupaten masih banyak warga yang mengalami gangguan penglihatan atau katarak..

"Jadi di tempat-tempat terpencil, kita dorong dokter-dokter mata, bekerjasama dengan pemkab, karena itu kita perlu dukungan dari pemda yang bersangkutan," katanya.

Khusus di Provinsi Papua, menurut dia, bakti sosial yang dilakukan sudah mulai sejak tahun 2006 lalu dan lokasi pertama adalah Kabupaten Jayawijaya, Puncak, Yalimo, Pegunungan Bintang, Lanny Jaya, Tolikara dan Waropen.

"Rencana tahun ini kita akan coba diskusi lagi dengan Pemda Intan Jaya. Moga-moga kalau mereka setuju, awal tahun depan kita akan melakukan operasi katarak di sana," katanya.

Sebagai mitra dari Palang Merah Indonesia, menurut dia, Komite Internasional Palang Merah menilai PMI memiliki semangat yang besar untuk membantu pemda mengatasi masalah katarak pada warga.

"Kita melihat dukungan pemda positif dalam menanggapi keinginan dari PMI, kami dari ICRC mencoba ikut mensuport PMI. Suport berupa dana untuk kebutuhan yang diperluhkan oleh dokter mata, seperti obat, lensa, dimobilisasi, transportasi, akomodasi, konsumsi dan lain-lain," katanya. (*)

Pewarta : Marius Frisson Yewun
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024