Timika (Antaranews Papua) - Kamoro Community Development Group (KCDG) atau Kelompok Pemberdayaan Masyarakat Kamoro mendorong pemberdayaan warga di lima kampung yang terkena dampak langsung limbah industri PT Freeport Indonesia di Timika, Mimika, Papua.
Kelompok pemberdayaan masyarakat Kamoro yang diberi nama Taru Aria adalah gerakan masyarakat asli Suku Kamoro yang mendiami lima kampung, yakni Nayaro, Tipuka, Ayuka, Koperapoka, Nawaripi yang keanggotaannya juga berasal dari lima kampung tersebut.
Ketua Kamoro Community Development Group (KCDG) Taru Aria, Yohanis Mamiri di Timika, Rabu mengatakan, tujuan utama kelompok tersebut, yaitu untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dengan berbagai kegiatan pengembangan masyarakat yang sumber dananya berasal dari masyarakat sendiri dan untuk masyarakat.
"Kami menyadari bahwa adanya ketergantungan masyarakat terhadap PT Freeport Indonesia melalui dana kemitraan, hanya menunggu Freeport bantu. Namun pertanyaannya apakah masyarakat kami sudah siap jika sewaktu-waktu Freeport pergi," kata Yohanis.
Dr Leonardus Tumuka yang juga pendamping kelompok tersebut mengatakan hidup masyarakat Kamoro termasuk di lima kampung harus berjalan terus meskipun Freeport dapat tutup sewaktu-waktu.
"Potensi yang ada pada masyarakat harus mulai digali sejak sekarang entah itu dari sektor pertanian, perikanan dan lain-lain," ujar Leonardus.
Ia mengatakan bahwa program pemberdayaan yang sedang dilakukan kelompok tersebut mengagendakan tiga kegiatan antara lain pembentukan koperasi yang bergerak di sektor perikanan, renovasi rumah mandiri dan rencana pembangunan Goa Maria sebagai salah satu destinasi wisata rohani di kampung Nayaro.
Semua anggaran yang akan digunakan untuk tiga program tersebut berasal dari sumbangan masyarakat sendiri. Khususnya untuk renovasi rumah dan pembangunan Goa Maria akan dikerjakan oleh masyarakat tanpa diupah.
"Sebetulnya kami bukan tidak mau melibatkan pemangku kepentingan lain tetapi ini adalah proses penyadaran bahwa masyarakat bisa melakukan pengembangan tanpa mengharapkan bantuan dari pihak lain. Dengan demikian akan muncul rasa percaya diri, dan masyarakat bisa melakukan perubahan sendiri secara berkesinambungan," ujarnya.
Selain itu masyarakat harus dilatih untuk bisa memutuskan mata rantai ketergantungan yang menurutnya telah akut terhadap Freeport.
Ia juga berharap agar program pemberdayaan menuju kemandirian khususnya di lima kampung tersebut menjadi proyek percontohan untuk yang kemudian diharapkan berdampak kepada kampung-kampung yang lain. (*)
Kelompok pemberdayaan masyarakat Kamoro yang diberi nama Taru Aria adalah gerakan masyarakat asli Suku Kamoro yang mendiami lima kampung, yakni Nayaro, Tipuka, Ayuka, Koperapoka, Nawaripi yang keanggotaannya juga berasal dari lima kampung tersebut.
Ketua Kamoro Community Development Group (KCDG) Taru Aria, Yohanis Mamiri di Timika, Rabu mengatakan, tujuan utama kelompok tersebut, yaitu untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dengan berbagai kegiatan pengembangan masyarakat yang sumber dananya berasal dari masyarakat sendiri dan untuk masyarakat.
"Kami menyadari bahwa adanya ketergantungan masyarakat terhadap PT Freeport Indonesia melalui dana kemitraan, hanya menunggu Freeport bantu. Namun pertanyaannya apakah masyarakat kami sudah siap jika sewaktu-waktu Freeport pergi," kata Yohanis.
Dr Leonardus Tumuka yang juga pendamping kelompok tersebut mengatakan hidup masyarakat Kamoro termasuk di lima kampung harus berjalan terus meskipun Freeport dapat tutup sewaktu-waktu.
"Potensi yang ada pada masyarakat harus mulai digali sejak sekarang entah itu dari sektor pertanian, perikanan dan lain-lain," ujar Leonardus.
Ia mengatakan bahwa program pemberdayaan yang sedang dilakukan kelompok tersebut mengagendakan tiga kegiatan antara lain pembentukan koperasi yang bergerak di sektor perikanan, renovasi rumah mandiri dan rencana pembangunan Goa Maria sebagai salah satu destinasi wisata rohani di kampung Nayaro.
Semua anggaran yang akan digunakan untuk tiga program tersebut berasal dari sumbangan masyarakat sendiri. Khususnya untuk renovasi rumah dan pembangunan Goa Maria akan dikerjakan oleh masyarakat tanpa diupah.
"Sebetulnya kami bukan tidak mau melibatkan pemangku kepentingan lain tetapi ini adalah proses penyadaran bahwa masyarakat bisa melakukan pengembangan tanpa mengharapkan bantuan dari pihak lain. Dengan demikian akan muncul rasa percaya diri, dan masyarakat bisa melakukan perubahan sendiri secara berkesinambungan," ujarnya.
Selain itu masyarakat harus dilatih untuk bisa memutuskan mata rantai ketergantungan yang menurutnya telah akut terhadap Freeport.
Ia juga berharap agar program pemberdayaan menuju kemandirian khususnya di lima kampung tersebut menjadi proyek percontohan untuk yang kemudian diharapkan berdampak kepada kampung-kampung yang lain. (*)