Jayapura (Antaranews Papua) - Aktivis lingkungan dari USAID Lestari, Deddy Rickson mengatakan laju kerusakan Cagar Alam Pegunungan Cycloop cukup memprihatikan, sehingga dibutuhkan perhatian dari setiap pemangku kepentingan untuk melindungi dan melestarikannya.

"Jadi, kalau kita lihat Cycloop ini, tingkat kerusakan atau laju kerusakan cukup tinggi, pertahun bisa 5-10 hektare. Ini memang perlu komitmen bersama, bukan hanya kita atau BBKSDA, Dinas Kehutanan atau lainnya, tapi semua karena jangan sampai terjadi bencana lalu saling menyalahkan," kata Deddy Rickson di Jayapura, Papua, Minggu.

Deddy yang menjabat Koordinator Lanskap USAID Lestari di Cagar Alam Pegunungan Cycloop mengungkapkan berdasarkan hasil analisis dari pihaknya, pada 2013 hingga 2015 luas pembukaan lahan atau deforestasi di kawasan tersebut sekitar 275 hektare.

"Kemudian pada 2015 hingga 2017, mulai menurun kurang lebih 32 hektare yang sudah dibuka dan pada 2018 ini kami belum sempat lakukan analisisi, tapi saat teman-teman lakukan patroli menemukan pembukaan lahan-lahan yang baru," katanya.

Menurut dia, Cycloop dari sisi ancaman bukan saja dari ketersediaan air sebagaimana ramai diberitakan dan dirasakan oleh warga Kabupaten dan Kota Jayapura, tetapi dari semua jenis yang ada di dalam kawasan tersebut sangat mengkhawatirkan.

"Dari sisi ekologinya, salah satu contohnya itu kalau dulu masyarakat sering masuk ke hutan, sering menemukan spesies langka yakni Ekidna, tapi sekarang yang kami lakukan dalam survey pada 2017 akhir itu, kami tidak temukan spesies ini. Sehingga menunjukkan bahwa memang ada ancaman untuk spesies ini atau ada perusakan terhadap habitat spesies ini dan lainnya," katanya.

Ia menyontohkan burung Cenderawasih, Nuri dan Kakatua, berdasarkan hasil patroli pengamanan dan perlindungan Cagar Alam Pegunungan Cycloop, terjadi tingkat penurunan perburuan spesies lindung jenis itu.

"Jadi dari tahun 2017 itu kurang lebih penurunannya sekitar 45 persen, di 2018 berkurang lagi menjadi 66 persen. Tapi kalau Ekidna hasil kajian kami sementara ini kami belum temukan, kemungkinan tidak punah, tapi bergeser, dia berpindah, kemungkinan dia makin naik keatas Cycloop," katanya.

Mengenai upaya perlindungan dan pelestarian yang digaungkan oleh BBKSDA dengan menggandeng Rumah Belajar Papua dan berbagai komunitas di Kabupaten dan Kota Jayapura dengan menyelenggarakan Festival Cycloop di Pasir 6 pada awal Desember, Deddy mengapresiasiakan hal tersebut.

"Karena berbicara perlindungan dan pelestarian Cagar Alam Pegunungan Cycloop bukan menjadi tugas satu atau dua pihak, tetapi semua pihak harus ikut bertanggungjawab. Kami dari USAID Lestari sejak terlibat aktif pada akhir 2015 sudah punya program pengamanan dan perlindungan kawasan," katanya.

Pewarta : Alfian Rumagit
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024