Semarang (ANTARA News Papua) - Yayasan Bina Taruna Bumi Cinderawasih (Binterbusih) sebagai mitra Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) bidang pendidikan terus berupaya meningkatkan prestasi akademis peserta beasiswa tingkat SMA di wilayah pulau Jawa, khususnya di Semarang, Jawa Tengah.
Kepala urusan akademik Yayasan Binterbusih, Damas Susetya di Semarang, Provinsi Jawa Tengah, Jumat, mengatakan, peningkatan prestasi akademik tersebut melalui program pendampingan yang dilaksanakan secara khusus di sekolah maupun di asrama.
Dia mengatakan pihak Binterbusih dan sekolah seperti SMA Don Bosco, SMA Sain Lois, SMA St. Mikael, SMA Kristen Masehi, SMK Antonius dan SMK Penerbangan Semarang tempat peserta beasiswa bersekolah sama-sama menyadari sejumlah keterbatasan peserta beasiswa dalam mengikuti pelajaran secara reguler.
Dengan kesadaran itu, maka Binterbusih dan sejumlah SMA di Semarang di atas membuat kesepakatan bersama tentang pemberian les tambahan usai jam sekolah, khusus kepada peserta beasiswa di sekolah.
"Kalau di sekolah program pendampingan satu mata pelajaran satu hari hingga maksimal enam mata pelajaran disesuaikan dengan kebutuhan anak," kata Damas.
Selain di sekolah, Binterbusih juga memfasilitasi pendampingan oleh guru pada jam belajar mandiri di asrama putra maupun putri. Untuk putri didampingi sembilan guru dan di asrama putra sebanyak 17 guru selama dua jam mulai pukul 19.00 - 21.00 WIB setiap hari Senin - Kamis yang akan memberikan pendampingan untuk semua mata pelajaran.
Kendari demikian, Binterbhsih dan pihak sekolah memberikan catatan penting terkait motivasi dan semangat belajar peserta beasiswa.
Kepala SMA Don Bosco Semarang, Agustinus Sudarmadi mengatakan, peserta beasiswa perlu pendekatan lebih secara individual sehingga ada perhatian khusus kepada mereka di kelas.
"Bagaimana mereka memiliki semangat juang yang tinggi, mereka sadar bahwa telah dibiayai dengan dana yang begitu besar, maka kami mengharapkan kesadaran moral untuk bekerja keras dan belajar sehingga bisa membangun Papua di kemudian hari.
Wakil Kepala Sekolah SMA Sint Louis Semarang bidang kurikulum, Joko Murwanto, juga menilai semangat juang peserta beasiswa memang perlu ditingkatkan. Ia justru optimis motivasi peserta beasiswa terus bertumbuh dari tahun ke tahun.
"Tahun pertama pada kelas 10 memang prestasi anak-anak ini landai. Namun perubahannya mulai terlihat ketika ada pada kelas 11 dan kelas 12," ujarnya.
Kepala urusan akademik Yayasan Binterbusih, Damas Susetya di Semarang, Provinsi Jawa Tengah, Jumat, mengatakan, peningkatan prestasi akademik tersebut melalui program pendampingan yang dilaksanakan secara khusus di sekolah maupun di asrama.
Dia mengatakan pihak Binterbusih dan sekolah seperti SMA Don Bosco, SMA Sain Lois, SMA St. Mikael, SMA Kristen Masehi, SMK Antonius dan SMK Penerbangan Semarang tempat peserta beasiswa bersekolah sama-sama menyadari sejumlah keterbatasan peserta beasiswa dalam mengikuti pelajaran secara reguler.
Dengan kesadaran itu, maka Binterbusih dan sejumlah SMA di Semarang di atas membuat kesepakatan bersama tentang pemberian les tambahan usai jam sekolah, khusus kepada peserta beasiswa di sekolah.
"Kalau di sekolah program pendampingan satu mata pelajaran satu hari hingga maksimal enam mata pelajaran disesuaikan dengan kebutuhan anak," kata Damas.
Selain di sekolah, Binterbusih juga memfasilitasi pendampingan oleh guru pada jam belajar mandiri di asrama putra maupun putri. Untuk putri didampingi sembilan guru dan di asrama putra sebanyak 17 guru selama dua jam mulai pukul 19.00 - 21.00 WIB setiap hari Senin - Kamis yang akan memberikan pendampingan untuk semua mata pelajaran.
Kendari demikian, Binterbhsih dan pihak sekolah memberikan catatan penting terkait motivasi dan semangat belajar peserta beasiswa.
Kepala SMA Don Bosco Semarang, Agustinus Sudarmadi mengatakan, peserta beasiswa perlu pendekatan lebih secara individual sehingga ada perhatian khusus kepada mereka di kelas.
"Bagaimana mereka memiliki semangat juang yang tinggi, mereka sadar bahwa telah dibiayai dengan dana yang begitu besar, maka kami mengharapkan kesadaran moral untuk bekerja keras dan belajar sehingga bisa membangun Papua di kemudian hari.
Wakil Kepala Sekolah SMA Sint Louis Semarang bidang kurikulum, Joko Murwanto, juga menilai semangat juang peserta beasiswa memang perlu ditingkatkan. Ia justru optimis motivasi peserta beasiswa terus bertumbuh dari tahun ke tahun.
"Tahun pertama pada kelas 10 memang prestasi anak-anak ini landai. Namun perubahannya mulai terlihat ketika ada pada kelas 11 dan kelas 12," ujarnya.