Jayapura (ANTARA) - Kesejahteraan tenaga kesehatan yang bertugas di pedalaman Asmat, tepatnya di Distrik Kolof Brasa, Kabupaten Asmat, Papua, terpenuhi
Demikian disampaikan Lince Onida Situmorang, salah satu tenaga gizi di Puskesmas Kolof Barasa ketika dikonfirmasi dari Jayapura, Minggu.
Ia mengaku gajinya Rp2,5 juta namun ditambah dengan pembayaran beban kerja. Pembayaran itu diberikan dua kali lipat dari ibu kota Kabupaten Asmat. Lince tidak menyebutkan jumlah tunjangan yang diterima.
"Untuk gaji dan pembayaran beban kerja saya puas, hanya saja yang bikin saya tidak bahagia itu harga barang mahal," tambahnya.
Pedagang yang berjualan di pedalaman yakni di Distrik Kolof Brasa seperti penjual bahan makanan, tidak banyak seperti di ibu kota Kabupaten Asmat.
Di Kolof Brasa, ujarnya bahan makanan mahal seperti telur satu butir Rp5.000, satu bungkus supermi Rp5.000, ikan sardin kecil Rp10.000 sedangkan yang berukuran besar Rp20.000
Lince menjelaskan, biasanya mereka berbelanja ke Distrik Swator, karena bahan makanan kurang di Distrik Kolof Barasa, pedagang sedikit namun barangnya lebih mahal dua kali lipat dari Distrik Swator.
Perjalanan dari Distrik Kolof Brasa ke Distrik Swator dengan menggunakan speed boat lewat sungai selama satu jam, untuk berbelanja.
Di Swator, kata dia harga satu karung 10 kilo Rp10.000. Selanjutnya, beras bulog satu karung delapan kilo Rp130.000, beras satu karung 25 kilo seharga Rp400.000.
Kemudian, lanjut dia telur ayam satu rak Rp90.000. Minyak goreng lima liter Rp100.000, gula satu kilo Rp20.000, dan tahu satu kotak Rp10.000
Sebelumnya, tambah dia semenjak ia bertugas di Kolof Brasa pada 2015 sampai Oktober 2018 tidak ada sinyal sehingga tidak bisa menghubungi keluarga. Akan tetapi, pada Agustus 2018 PT Telkom mulai memasang tower di distrik tersebut.
Awal November 2018, PT Telkom sudah mengoperasikan tower jaringan telepon di distrik itu, sehingga sudah bisa berkomunikasi dengan keluarga dan sanak saudara.
Demikian disampaikan Lince Onida Situmorang, salah satu tenaga gizi di Puskesmas Kolof Barasa ketika dikonfirmasi dari Jayapura, Minggu.
Ia mengaku gajinya Rp2,5 juta namun ditambah dengan pembayaran beban kerja. Pembayaran itu diberikan dua kali lipat dari ibu kota Kabupaten Asmat. Lince tidak menyebutkan jumlah tunjangan yang diterima.
"Untuk gaji dan pembayaran beban kerja saya puas, hanya saja yang bikin saya tidak bahagia itu harga barang mahal," tambahnya.
Pedagang yang berjualan di pedalaman yakni di Distrik Kolof Brasa seperti penjual bahan makanan, tidak banyak seperti di ibu kota Kabupaten Asmat.
Di Kolof Brasa, ujarnya bahan makanan mahal seperti telur satu butir Rp5.000, satu bungkus supermi Rp5.000, ikan sardin kecil Rp10.000 sedangkan yang berukuran besar Rp20.000
Lince menjelaskan, biasanya mereka berbelanja ke Distrik Swator, karena bahan makanan kurang di Distrik Kolof Barasa, pedagang sedikit namun barangnya lebih mahal dua kali lipat dari Distrik Swator.
Perjalanan dari Distrik Kolof Brasa ke Distrik Swator dengan menggunakan speed boat lewat sungai selama satu jam, untuk berbelanja.
Di Swator, kata dia harga satu karung 10 kilo Rp10.000. Selanjutnya, beras bulog satu karung delapan kilo Rp130.000, beras satu karung 25 kilo seharga Rp400.000.
Kemudian, lanjut dia telur ayam satu rak Rp90.000. Minyak goreng lima liter Rp100.000, gula satu kilo Rp20.000, dan tahu satu kotak Rp10.000
Sebelumnya, tambah dia semenjak ia bertugas di Kolof Brasa pada 2015 sampai Oktober 2018 tidak ada sinyal sehingga tidak bisa menghubungi keluarga. Akan tetapi, pada Agustus 2018 PT Telkom mulai memasang tower di distrik tersebut.
Awal November 2018, PT Telkom sudah mengoperasikan tower jaringan telepon di distrik itu, sehingga sudah bisa berkomunikasi dengan keluarga dan sanak saudara.