Timika (ANTARA) - Kapolres Mimika AKBP Agung Marlianto menduga ada penumpang gelap yang menunggangi aksi unjuk rasa damai warga Papua di Timika yang berujung pada kerusuhan, Rabu.
AKBP Agung di Timika, Rabu malam, mengatakan unjuk rasa warga Papua yang berlangsung di halaman Kantor DPRD Mimika pada Rabu siang itu awalnya hanya untuk menyuarakan kasus rasisme yang dialami mahasiswa Papua di Surabaya, Malang dan Semarang.
Namun dalam kenyataan, orasi-orasi yang disampaikan sejumlah tokoh saat unjuk rasa berlangsung justru menyuarakan hal-hal lain, diantaranya isu kemerdekaan Papua dan menuntut referendum untuk memisahkan Papua dari bingkai NKRI.
"Memang ada penumpang gelap sebagaimana kami identifikasi. Tidak ada sama sekali koordinator lapangan dari kegiatan unjuk rasa ini," katanya.
Dugaan adanya penumpang gelap dalam aksi unjuk rasa warga Papua di Timika diketahui dari penangkapan 13 warga di Timika pada Rabu pagi sekitar pukul 07.30 WIT.
Belasan warga yang diduga merupakan aktivis dan simpatisan Komite Nasional Papua Barat/KNPB itu diamankan lantaran melakukan pemalangan jalan sekaligus memaksa beberapa tempat usaha di Timika untuk meminta ban bekas.
Saat diamankan, dari tangan warga tersebut juga ditemukan bensin. alat tajam yang sudah dipersiapkan untuk melakukan aksi-aksi anarkis.
"Saat mengamankan mereka, kami juga menemukan bendera bintang kejora. Jadi, jelas ada penumpang gelap yang berseberangan untuk memanfaatkan momentum aksi unjuk rasa damai ini," kata AKBP Agung.
Kapolres memastikan situasi keamanan di seluruh Kota Timika pada Rabu petang hingga malam ini sudah terkendali sepenuhnya.
"Situasi di Mimika sudah pulih kembali. Aktivitas masyarakat sudah berjalan normal pascabentrokan saat pembubaran kegiatan anarkis dan perusakan pos pintu masuk dan pintu keluar gedung DPRD Mimika, lalu ada penyerangan. Itu semua sudah kami kendalikan dengan baik," jelas AKBP Agung.
AKBP Agung di Timika, Rabu malam, mengatakan unjuk rasa warga Papua yang berlangsung di halaman Kantor DPRD Mimika pada Rabu siang itu awalnya hanya untuk menyuarakan kasus rasisme yang dialami mahasiswa Papua di Surabaya, Malang dan Semarang.
Namun dalam kenyataan, orasi-orasi yang disampaikan sejumlah tokoh saat unjuk rasa berlangsung justru menyuarakan hal-hal lain, diantaranya isu kemerdekaan Papua dan menuntut referendum untuk memisahkan Papua dari bingkai NKRI.
"Memang ada penumpang gelap sebagaimana kami identifikasi. Tidak ada sama sekali koordinator lapangan dari kegiatan unjuk rasa ini," katanya.
Dugaan adanya penumpang gelap dalam aksi unjuk rasa warga Papua di Timika diketahui dari penangkapan 13 warga di Timika pada Rabu pagi sekitar pukul 07.30 WIT.
Belasan warga yang diduga merupakan aktivis dan simpatisan Komite Nasional Papua Barat/KNPB itu diamankan lantaran melakukan pemalangan jalan sekaligus memaksa beberapa tempat usaha di Timika untuk meminta ban bekas.
Saat diamankan, dari tangan warga tersebut juga ditemukan bensin. alat tajam yang sudah dipersiapkan untuk melakukan aksi-aksi anarkis.
"Saat mengamankan mereka, kami juga menemukan bendera bintang kejora. Jadi, jelas ada penumpang gelap yang berseberangan untuk memanfaatkan momentum aksi unjuk rasa damai ini," kata AKBP Agung.
Kapolres memastikan situasi keamanan di seluruh Kota Timika pada Rabu petang hingga malam ini sudah terkendali sepenuhnya.
"Situasi di Mimika sudah pulih kembali. Aktivitas masyarakat sudah berjalan normal pascabentrokan saat pembubaran kegiatan anarkis dan perusakan pos pintu masuk dan pintu keluar gedung DPRD Mimika, lalu ada penyerangan. Itu semua sudah kami kendalikan dengan baik," jelas AKBP Agung.