Wamena (ANTARA) - Anak-anak korban kerusuhan Wamena yang mengungsi di Kodim 1702/Jayawijaya, Sabtu, bermain dan bernyanyi sambil menari sebagai upaya pemulihan trauma.
Mereka diajak menari dan bernyanyi diiringi gitar secara berkelompok sambil bermain. Suara tawa dan keceriaan mereka mewarnai Sabtu sore yang teduh di halaman Kodim 1702/Jayawijaya.
Setelah menari dan bernyanyi, anak-anak duduk berbaris untuk mendengarkan dongeng yang diperankan boneka-boneka binatang.
Interaksi antara pendongeng dan anak-anak kerap terjadi, suara semangat mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan pendongen.
"Kegiatan ini bertujuan memberikan mereka aktivitas karena kebutuhan utama anak adalah bermain," kata Koordinator Tim LDP Kemensos Milly Mildawati.
Kementerian Sosial memberikan layanan dukungan psikososial bagi anak-anak maupun orang dewasa yang menjadi korban kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua yang saat ini sedang berada di pengungsian.
Layanan dukungan psikososial seperti bermain, bercerita, dan berbagai kegiatan lainnya untuk rekreasi dan pemulihan trauma akibat kerusuhan yang terjadi pada 23 September lalu.
Permainan yang dilakukan, seperti Ludo raksasa, ular tangga, mendongeng, menyanyi dan menari, serta bermain bola.
Untuk orang dewasa, layanan yang diberikan berupa kegiatan percakapan sosial yang bertujuan memberikan ruang komunikasi, mendengarkan keluhan, dan harapan mereka.
Sebanyak tiga tenaga profesional Tim LDP Kemensos diperkuat pendamping PKH turut memberikan layanan psikososial kepada para pengungsi yang tersebar di enam titik pengungsian di Wamena.
Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat mengatakan dalam situasi pengungsian saat ini penting bagi mereka untuk mendapatkan layanan dukungan psikososial.
"Penting dalam situasi seperti ini karena mereka masih trauma. Maka kegiatan 'trauma healing' menjadi penting," kata dia.
Anak-anak tersebut mengikuti orang tuanya mengungsi setelah terjadi kerusuhan di Wamena pada 23 September lalu.
Mereka diajak menari dan bernyanyi diiringi gitar secara berkelompok sambil bermain. Suara tawa dan keceriaan mereka mewarnai Sabtu sore yang teduh di halaman Kodim 1702/Jayawijaya.
Setelah menari dan bernyanyi, anak-anak duduk berbaris untuk mendengarkan dongeng yang diperankan boneka-boneka binatang.
Interaksi antara pendongeng dan anak-anak kerap terjadi, suara semangat mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan pendongen.
"Kegiatan ini bertujuan memberikan mereka aktivitas karena kebutuhan utama anak adalah bermain," kata Koordinator Tim LDP Kemensos Milly Mildawati.
Kementerian Sosial memberikan layanan dukungan psikososial bagi anak-anak maupun orang dewasa yang menjadi korban kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua yang saat ini sedang berada di pengungsian.
Layanan dukungan psikososial seperti bermain, bercerita, dan berbagai kegiatan lainnya untuk rekreasi dan pemulihan trauma akibat kerusuhan yang terjadi pada 23 September lalu.
Permainan yang dilakukan, seperti Ludo raksasa, ular tangga, mendongeng, menyanyi dan menari, serta bermain bola.
Untuk orang dewasa, layanan yang diberikan berupa kegiatan percakapan sosial yang bertujuan memberikan ruang komunikasi, mendengarkan keluhan, dan harapan mereka.
Sebanyak tiga tenaga profesional Tim LDP Kemensos diperkuat pendamping PKH turut memberikan layanan psikososial kepada para pengungsi yang tersebar di enam titik pengungsian di Wamena.
Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat mengatakan dalam situasi pengungsian saat ini penting bagi mereka untuk mendapatkan layanan dukungan psikososial.
"Penting dalam situasi seperti ini karena mereka masih trauma. Maka kegiatan 'trauma healing' menjadi penting," kata dia.
Anak-anak tersebut mengikuti orang tuanya mengungsi setelah terjadi kerusuhan di Wamena pada 23 September lalu.