Jayapura (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua mencatat Kota Jayapura mengalami inflasi sebesar 0,66 persen selama Desember 2019. 

Kepala BPS Provinsi Papua Simon Sapari di Jayapura, Kamis, mengatakan secara umum inflasi tersebut dipengaruh kenaikan harga pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan serta bahan makanan yang memberikan andil total masing-masing sebesar 0,32 persen dan 0,21 persen terhadap keseluruhan inflasi di Kota Jayapura.

"Kondisi tersebut juga lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya di mana Kota Jayapura mengalami inflasi sebesar 0,85 persen," katanya.

Menurut Simon, di antara faktor pemicu terjadinya inflasi juga ada kenaikan harga dengan besaran andil masing-masing yaitu ikan ekor kuning sebesar 0,312 persen, tarif angkutan udara 0,235 persen, tukang bukan mandor 0,067 persen, ikan mumar 0,035 persen, ikan teri 0,033 persen dan bawang putih 0,031 persen.

"Selain itu masih ada daging ayam ras 0,025 persen, mobil 0,021 persen, bawang merah 0,020 persen, emas perhiasan 0,020 persen dan beberapa komoditas lainnya," ujarnya.

Dia menjelaskan di Kota Jayapura, perkembangan inflasi tahun berjalan maupun "year on year (yoy)" Desember 2019 mencapai 0,60 persen, di mana pencapaian ini lebih rendah dan terkendali dibandingkan bulan yang sama pada 2018 yakni sebesar 6,70 persen.

"Berdasarkan pantauan inflasi 'month to month' sepanjang 2019 tercatat di Kota Jayapura mengalami fenomena inflasi sebanyak lima kali dan deflasi tujuh kali," katanya. 

Dia menambahkan memperhatikan besaran capaian inflasi tahun kalender dan yoy serta capaian inflasi Desember 2019, pihaknya menilai kondisi inflasi masih terkendali.

Menurut dia, ke depan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) perlu mengantisipasi sejak dini potensi inflasi akibat kenaikan cukai rokok dan beberapa komoditas potensial lainnya.

Pewarta : Hendrina Dian Kandipi
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024